Minggu, 30 November 2008

Rukun Islam Ada “Enam”

Padahal kitab itu dilarang untuk dibaca bukan karena kitab itu adalah menyesatkan dan pembacanya pasti tersesatkan..!, akan tetapi ketakutan penguasa Ale Saud yang menjadikan mazhab wahhabi sebagai mazhab resminya akan ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh ke tong sampah oleh kaum muslimin. Dan lebih dari itu adalah ketakutan penguasa Ale Saud dimana kaum muslimin akan semakin cerdas dan akan kembali ke jalan yang benar yaitu jalan ahlu sunnah wal jammaah.

Ada dialog menarik antara dua orang kakak beradik. Sang kakak alim kabir, sang adik bahlul dan pembohong besar serta ahmaq. Sebagai rasa tanggung jawab besar dihadapan Allah swt nanti, maka sang kakak harus meluruskan pikiran sang adik yang melenceng. Cuman sayang sang adik yang otak dan pikiran warasnya telah di gerayuti oleh syetan dan iblis maka, nasehat berharga dari sang kakak malah menjadi penyebab perpisahan abadi diantara keduanya. Tentu penggalan dialog dibawah ini adalah bagian dari kelanjutan dialog-dialog mereka sebelumnya.

Syeh Sulaiman sang kakak bertanya kepada adiknya, M Abdul Wahahhab dan berkata:” Ada berapakah rukun Islam ya Muhammad ..?. Adiknya menjawab: “Lima”. Kemudaian Syeh Sulaiman menjawab: “ Ketahuilah bahwa engkau telah membuat rukun Islam itu enam”, yang ke enam adalah bahwa barangsiapa yang tidak mengikutimu maka mereka telah keluar dari Islam. Dan inilah rukun Islam ke enam menurut mazhabmu”. Cek…!! Da’awi Munawiin li Dakwati Syekh Muhammad Abdul Wahhab, di kumpulkan dan di susun oleh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdul Latif al-Wahhabi, Cetakan Darul Wathan Saudi Arabiah, Cetakan pertama, Tahun 1412 M.

Tentu saja ketika kita menjuluki sekte wahhabi sebagai tukang kafir atau lebih tegasnya adalah tukang jagal kaum muslimin, berdasarkan kaidah yang bisa diambil dari dialog dua kakak beradik ini “Barang siapa yang tidak mengikuti mazhab Wahahbiyah maka mereka adalah kafir”. Dan dialog inilah menjadi penyebab Syeh Sulaiman yang alim itu di penjara dan dibunuh oleh pengikut wahhabiyah.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa yang terjadi adalah fakta sejarah, bertahun-tahun pengkafiran terhadap mazhab yang tidak seakidah dengan sekte wahhabiyah sudah berjalan sejak lama dan julukan kafir, musrik dan bid’ah juga disematkan pada masyarakat kampung halamanya di dusun gersang Annajd. Cek..! Kitab Ad-duru Assaniyah fi Rasaili An-najdiah, Halaman 10/193.

Dan Kitab As-shawa’igu A-rububiyah fi Madzhabil Wahhabiyah, adalah salah satu kitab yang isinya sebagian berupa nasehat-nasehat sang kakak kepada adiknya. Namun sayang ajakan kembali kepada Allah swt dari sang alim ini justru di tampik. Kalau saja pengikut wahhabiyah membaca kitab yang ditulis oleh ulama alim besar, berakhlak mulia ini, maka saya yakin kebenaran yang selama ini tertutupi pasti akan terbuka. Namun sayangnya kitab yang sedianya adalah untuk menasehati aliran wahhabiyah ini dilarang untuk dibaca dan selama 200 tahun lebih hingga kini, kitab itu dianggap sebagai kitab dholal.

Padahal kitab itu dilarang untuk dibaca bukan karena kitab itu adalah menyesatkan dan pembacanya pasti tersesatkan..!, akan tetapi ketakutan penguasa Ale Saud yang menjadikan mazhab wahhabi sebagai mazhab resminya akan ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh ke tong sampah oleh kaum muslimin. Dan lebih dari itu adalah ketakutan penguasa Ale Saud dimana kaum muslimin akan semakin cerdas dan akan kembali ke jalan yang benar yaitu jalan ahlu sunnah wal jammaah. Tidak percaya..??? cek Kitab Kutub Khadarul Ulama Minha, Oleh Abi Ubaidah mashur dengan sebutan Hasan Ale Salman al-Wahhabi, Cetakan pertama, Daru Shami’i, Riyadh. Halaman 1/271. Tahun 1415 HQ.

Pengkafiran dan penjagalan massal satu kampung terhadap umat yang tidak seakidah adalah kisah nyata dan tragedi pahit dari sejarah pengkafiran umat manusia hingga zaman kita ini. Desa Al-kharaj [Perkampungan luas kira-kira 80 kilo metr dari Riyadh. Cek Al-mu’jamu Al-jughrafi lil Biladi Al-arabiyah As-saudiyah, Halaman 1/391] adalah saksi bisu atas pembantaian atas nama menegakkan agama tauhid itu. Cek..!! Ar-rasaili As-syahsiyah lil Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, Nomor surat 34, Halaman 232.

Ya Ikhwani Al-wahhabi..hehehe… lihat betapa mesranya ana, meskipun kita berseberangan dalam akidah, namun ana masih manggil dengan kata “saudara-saudaraku” untuk sekte wahhabi, ini karena rasa tanggung jawab saya dihadapan Allah swt sebagai taklif ilahi yang harus ana sampaikan….. jika kalian pencari kebenaran dan ingin menyebarkan kebenaran maka, cek kitab-kitab yang ana sebutkan diatas.

Dan harapan ana, kalian ngak usah ninggalin mazhabmu. Tetaplah berpegang teguh di jalan Ibnu Taimiyah dan M Abdul Wahhab karena disana kalian bisa hidup bergelimpangan harta karun melimpah ruah meskipun kalian nggak “syughul”…!!. Musa’adah dari Ale Saud..? karena jasa kalian dalam menegakkan agama tauhidnya Ale Saud ?. []

Rujukan:

  1. As-shawa’iqu Ar-rububiyah fi Madzhabil Wahhabiyah

  2. Da’awi Munawiin li Dakwati Syekh Muhammad Abdul Wahhab, di kumpulkan dan di susun oleh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdul Latif al-Wahhabi, Cetakan Darul Wathan Saudi Arabiah, Cetakan pertama, Tahun 1412 M

  3. Kitab Ad-duru Assaniyah fi Rasaili An-najdiah, Halaman 10/193.

  4. Kutub Khadarul Ulama Minha, Oleh Abi Ubaidah mashur dengan sebutan Hasan Ale Salman al-Wahhabi, Cetakan pertama, Daru Shami’i, Riyadh. Halaman 1/271. Tahun 1415 HQ.

  5. Ar-rasaili As-syahsiyah lil Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, Nomor surat 34, Halaman 232.

  6. Al-mu’jamu Al-jughrafi lil Biladi Al-arabiyah As-saudiyah, Halaman 1/391

Beginilah Wahabi/Salafi/y Memandang Umat Islam


Ketika saya buka dan baca kitab, eh….. novel wahabi atau jamaah takfiriyah yang berjudul “Kasfu As-subhat” disana terdapat kata “SYIRIK” dan “MUSRIKIN” yang dipersembahkan kepada umat Islam sebanyak ± 24 kali dan kata-kata tersebut diulang-ulang. Dan kalimat diatas juga dinisbahkan kepada yang selain muslim. Jadi dalam pandangan kaum pembid’ah umat dan pengkafir umat ini, antara Islam dan bukan Islam mempunyai tingkat derajat yang sama. Artinya ketika umat selain Islam wajib dibunuh maka, umat Islam yang selain wahabi atau salafi/y juga wajib dibunuh. Begitu juga ungkapan dari kata-kata seperti, para penyembah berhala, murtadin, musuh tauhid, musuh Allah sebanyak ± 20 kali. Dan kata-kata tersebut semuanya diletakkan tepat di jidat kaum muslimin yang tidak sefaham dan seakidah dengannya.

Memang, membaca dan meneliti kitab dari mazhab ciptaan zionis ini akan menemukan kejanggalan-kejanggalan. Sebegitu dahsyat dan picik dalam bernalar sampai-sampai tidak ada umat yang bener dihadapan Allah swt kecuali wahabi ini. Yach.. bisa diibaratkan surga adalah milik mereka dan kelompok mereka. Jangan-jangan dia juga mengklaim bahwa surga yang bikin adalah kakek dan neneknya kali. Hih… ngeri deh…..

Ketika saya buka dan baca kitab, eh….. novel wahabi atau jamaah takfiriyah yang berjudul “Kasfu As-subhat” disana terdapat kata “SYIRIK” dan “MUSRIKIN” yang dipersembahkan kepada umat Islam sebanyak ± 24 kali dan kata-kata tersebut diulang-ulang. Dan kalimat diatas juga dinisbahkan kepada yang selain muslim. Jadi dalam pandangan kaum pembid’ah umat dan pengkafir umat ini, antara Islam dan bukan Islam mempunyai tingkat derajat yang sama. Artinya ketika umat selain Islam wajib dibunuh maka, umat Islam yang selain wahabi atau salafi/y juga wajib dibunuh. Begitu juga ungkapan dari kata-kata seperti, para penyembah berhala, murtadin, musuh tauhid, musuh Allah sebanyak ± 20 kali. Dan kata-kata tersebut semuanya diletakkan tepat di jidat kaum muslimin yang tidak sefaham dan seakidah dengannya. Pemikiran wahabi seperti yang terdapat dalam kitab-kitan muktabar mereka sama sekali tidak terdapat toleransi. Yang ada hanyalah penisbahan kafir, syirik dan bid’ah. Dakwakan meraka selama ini, bahwa agama merekalah satu-satunya agama ilahi, mazhab yang dijamin akan masuk surga tanpa hisab dan yang lain nyewa disana adalah kisah nyata dari kitab-kitab mereka.

Dalam pandangan kaum wahabi, untuk menjadi seorang muslim tidak cukup hanya mengucapkan kalimat dua Syahadah. Meskipun mereka mengucapkan dua kalimat syahadah, tapi selama dia masih bertabarruk di tempat-tempat kubur wali Allah, berziarah ke makam kanjeng nabi atau minta syafaat kanjeng nabi saw, minta pertolongan melalui wali-wali Allah maka kehormatan mereka layak untuk di hancurkan.

Bahkan dikatakan juga perbuatan muslimin yang melaksanakan perbuatan-perbuatan tersebut diatas adalah syirik dan kafir bahkan lebih berbahaya dari orang-orang jahiliyah. Tidak percaya..? buka novel: Ar-rasaili Al-lamiyah karangan M Abdul Wahhab, Halaman 79., Tadhirul I’tiqad karangan San’ani, Halaman 17., Fathul Majid, Halaman 40 dan 41., serta Kasfu As-subhat. []

Rujukan:

  1. Ar-rasaili Al-lamiyah karangan M Abdul Wahhab, Halaman 79

  2. Tadhirul I’tiqad karangan San’ani, Halaman 17

  3. Fathul Majid, Halaman 40 dan 41

  4. Dan Kasfu As-subhat

Surat para Rabbi kepada Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah


Kepada Rakyat Lebanon yang Terhormat

Assalamu Alaikum
Semoga rahmat Yang Mahakuasa bagi kalian semua, keluarga kalian, dan seluruh saudara kami yang mulia di Lebanon.

Kami berbicara kepada kalian sebagai suara Yahudi sejati—umat Yahudi, yang setia kepada ajaran Taurat dari Yang Mahakuasa, di seluruh dunia.

Kurang daripada sebulan yang lalu kami menyampaikan sebuah surat terbuka kepada Dr. Al-Zahar, dan masyarakat Gaza sekaligus seluruh rakyat Palestina.
Dalam surat ini, dengan pertolongan Yang Mahakuasa, kami menyampaikan kepedihan, duka-cita, dan kekecewaan kami dalam kaitan dengan kekejaman yang dilakukan oleh negara “Israel” yang ilegal (berdasarkan atas hukum-hukum Taurat, hukum umat Yahudi).

Kami menyatakan bahwa kami telah menulis kepada Dr. Al-Zahar secara personal untuk menyampaikan belasungkawa dan simpati kami atas kehilangannya. Kami lebih jauh menyatakan bahwa sejujurnya kami menyampaikan belasungkawa kepada setiap keluarga yang menderita kerugian dan kehilangan karena tangan-tangan iblis ini, negara Zionis “Israel”. Apa yang seharusnya kami nyatakan adalah bahwa kami semestinya secara pribadi menulis dan mengunjungi setiap penduduk Gaza dan seluruh bangsa Palestina untuk menyampaikan perasaan hati kami dan seluruh kedukaan kami, yang merasakan penderitaan bangsa yang tidak berdosa ini di tangan sebuah entitas, yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Taurat yang suci dan autoritas kerabbian kami sebagai sepenuhnya terlarang.

Lebih jauh, seluruh rakyat Palestina, kerabat, dan keturunan mereka, yang tersebar di seluruh dunia, harus mendengarkan dan merasakan empati kami, dukungan kami, dan doa kami kepada Yang Mahakuasa bagi mereka. Pada akhirnya, kami menyadari bahwa setiap orang dari bangsa ini telah dipengaruhi secara emosional oleh negara Zionis itu.

Kepada yang terhormat, Sayid Hassan Nasrallah, perasaan kami kepada rakyat Lebanon juga persis sama.

Kami telah mendengar anda berbicara baru-baru ini pada pemakaman Tuan Imad Mughniyah dan dalam banyak kesempatan sebelumnya. Maka, kami mengetahui bahwa anda dan organisasi anda sepenuhnya menyadari adanya perbedaan yang tegas antara Zionisme dan Yudaisme, dan terdapat banyak orang Yahudi, apakah mereka yang berada di Palestina atau di seluruh dunia, yang sepenuhnya menentang Zionisme dan negara “Israel”.

Delegasi para rabbi kami telah menjadi tamu di negeri anda yang agung, Lebanon, dan telah dijamu oleh organisasi anda, Hizbullah. Kami di sana dalam rangka menghadiri Konferensi Persekutuan Parlemen Internasional bagi Pembelaan Nasib Palestina.

Penghormatan yang diberikan kepada kami sungguh di luar perkiraan. Pada saat itu, berkat Yang Mahakuasa, kami berkesempatan untuk secara langsung menyaksikan dan mengalami, fakta bahwa bangsa Arab dan umat Muslim, meskipun mengalami penderitaan panjang di tangan Zionisme, ternyata tidak lantas menjadi korban pengaruh jahatnya.

Ke mana pun kami pergi, kami menerima kasih-sayang dan persahabatan. Perhatian kepada kenyamanan kami ke mana pun kami berkunjung di Lebanon adalah prioritas utama dari setiap individu. Saat itulah, kami menyaksikan apa yang mereka derita akibat pendudukan Zionis. Kami terkejut dan sangat menghargai karena semua yang ditunjukkan kepada kami dari penderitaan-penderitaan itu sama sekali tidak disertai tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada para rabbi kami atau kepada bangsa Yahudi secara keseluruhan.

Bangsa Arab dan umat Muslim jelas masih mengingat bahwa kami tidak memiliki konflik agama dan bahwa kami telah hidup bersama secara harmonis selama ribuan tahun. Banyak dari mereka yang memahami adanya perbedaan antara Zionisme dan Yudaisme.

Izinkan kami menyebutkan tiga contoh pengalaman yang sangat inspiratif, yang kami dapatkan di Lebanon, yang telah meninggalkan kesan mendalam di dalam hati kami.

Kami berkunjung ke pusat penjara Khiam dan menyaksikan betapa kejamnya penyiksaan-penyiksaan yang rakyat Lebanon alami selama bertahun-tahun, dan yang dunia abaikan begitu saja. Kami telah mendengar bahwa Zionis menghancurkan penjara itu pada invasi terakhir mereka atas Lebanon, dengan tujuan menghancurkan ingatan akan penyiksaan-penyiksaan itu.

Kami juga mengunjungi sisa-sisa kamp pengungsi Sabra dan Shatilla; kami berbicara kepada pengungsi Palestina di sana dan menyalakan lilin di Martyrs Square, dimana pembantaian yang terkenal itu terjadi. Di kedua tempat itu, air mata kami menetes atas penderitaan tragis yang terjadi dan bertentangan dengan setiap logika hak asasi manusia.

Kami juga berkesempatan untuk menggelar unjuk rasa terhadap Zionisme dan negara “Israel”, tepat di seberang pendudukan Zionis, di gerbang Fatima, titik yang menghubungkan Lebanon dengan pendudukan Zionis. Tentu saja, sudah banyak saudara kami yang tinggal di dalam pendudukan Zionis yang terus melakukan unjuk rasa terhadap rezim itu dari dalam dan menanggung risiko yang sangat besar. Mereka secara brutal dipukuli dan ditahan.

Kami juga ingin memberi tahu anda dan saudara kami, rakyat Lebanon, bahwa ketika Israel menginvasi Lebanon, masyarakat Yahudi di seluruh dunia turut serta dalam demonstrasi-demonstrasi demi mendukung rakyat Lebanon. Di Kanada, Inggris, dan AS, kami dari komunitas relijius Yahudi menghadirkan rabbi-rabbi yang berbicara pada semua unjuk rasa itu untuk mengekspresikan kecaman dan perlawanan kami kepada serangan kejam dan brutal atas Lebanon. Ini di luar demonstrasi-demonstrasi yang digelar secara mandiri oleh komunitas-komunitas Yahudi secara global.

Kami dengan penuh kerendahan hati memohon kepada yang mulia Sayid Hassan Nasrallah untuk menerima kata-kata kami dan menyampaikan pesan ini kepada rakyat Lebanon dan para pengungsi Palestina di negeri anda.

Izinkan kami mengulangi bahwa kami berbicara kepada anda sebagai suara Yahudi sejati—umat Yahudi yang setia kepada ajaran Taurat dari Yang Mahakuasa, di seluruh penjuru dunia.

Meskipun terbatas dalam menyampaikan perasaan kami yang terdalam, hanya dalam rangkaian kata, kami umat Yahudi dengan kerendahan hati ingin menyampaikan kepada anda, kepada rakyat Lebanon, Gaza, dan seluruh bangsa Palestina, segelintir kata sebagai upaya menyampaikan dukungan, duka-cita yang mendalam, dan simpati bahwa kami semua merasakan apa yang kalian rasakan dalam saat-saat yang paling tragis dan traumatis ini.

Sekali lagi, izinkan kami mengatakan bahwa akan lebih pantas dan layak jika kami secara personal menulis dan berbicara kepada setiap korban dari negara Zionis “Israel”.

Semoga kata-kata yang sederhana dan sedikit ini bisa menjadi pesan yang melipur lara, menjalin persahabatan, dan memberikan dukungan kepada anda, rakyat Lebanon, dan kepada warga Gaza serta seluruh bangsa Palestina.

Umat Yahudi sejati di seluruh dunia, tentu saja termasuk mereka yang berada di seluruh wilayah Palestina, dengan pertolongan Yang Mahakuasa, tidak akan pernah menerima ideologi Zionisme dan tidak akan pernah mengakui realisasi dari rencana bid’ahnya, yaitu negara “Israel”.

Ikatan kami yang sesungguhnya adalah kepada Yang Mahakuasa dan Taurat-Nya. Posisi moral kami adalah bahwa kami diperintahkan untuk meniru Yang Mahakuasa, “Jika Yang Mahakuasa adalah Yang Maha Pengasih, maka kami akan menjadi umat yang pengasih.” Kami selalu dan akan selalu, dengan pertolongan Yang Mahakuasa, untuk tetap memisahkan diri dari kesesatan dan kehendak iblis ini, yakni “Zionisme dan negara Israel”.

Izinkan saya mengingatkan anda, bahwa Yang Mahakuasa secara eksplisit telah memerintahkan kepada kami, umat Yahudi, sejak penghancuran Kuil, sekitar dua ribu tahun silam, untuk bertingkah-laku rendah hati dan setia kepada setiap negeri dimana kami tinggal. Lebih jauh, kami dilarang untuk melakukan pemberontakan terhadap setiap bangsa, kami tidak berupaya untuk mengakhiri periode pengasingan kami. Kami dilarang untuk mendirikan negara atau entitas eksklusif bagi kami sendiri.

Kami berdoa bagi kalian, semoga kita semua bisa menanti hingga hari dimana Yang Mahakuasa akan menunjukkan kejayaan di seluruh dunia.

Pada hari itu, semua umat manusia, akan datang ke Tanah Suci, dalam harmoni dan persaudaraan, demi mengabdi kepada Yang Mahakuasa dalam perdamaian.

Sekitar seratus tahun lalu, Zionis tiba di Palestina dalam rangka merealisasikan mimpi mereka, yakni mentransformasi Yudaisme dari sebuah agama kepada nasionalisme. Dan saat itu dimulailah sebuah sejarah pahit pemberontakan melawan Tuhan, yang pada akhirnya berwujud dalam negara ilegal “Israel”.

Sejak penciptaan negara “Israel”, rakyat Palestina dan rakyat Lebanon terus menanggung derita yang tak terperikan. Mereka ditindas, dipukuli, dibunuhi, dihinakan, dan diusir.

Meskipun, dalam surat ini dan dalam kesempatan ini, tidaklah pantas jika kami mengulas penderitaan pribadi kami di tangan rezim Zionis, kami merasa adalah penting untuk menyampaikan fakta ini kepada masyarakat Arab. Moralitas kita menyatakan bahwa dengan saling berbagi penderitaan, maka manusia bisa meringankan penderitaan itu dalam batas-batas tertentu. Hal ini juga untuk menunjukkan kepada semua orang akan kejujuran dalam perlawanan kami kepada pertumbuhan mengerikan dari negara Yahudi ini—apa yang disebut negara “Israel”.

Dengan demikian, izinkan kami menyatakan bahwa sejak kehadiran para pendosa dan ateis ini, yakni Theodore Herzl dan gangnya yang menyuarakan suara-suara jahat dalam menyebarkan ideologi iblis mereka, bid’ah Zionisme, masyarakat Yahudi juga mengalami penderitaan yang tidak terkira, baik fisik maupun spiritual di tangan-tangan mereka. Saudara-saudara kami yang bertakwa kepada Tuhan di seluruh Palestina terus mengalami pemukulan, pembunuhan, pemenjaraan, dan penindasan sejak munculnya Zionisme hingga hari ini. Mereka juga merupakan korban-korban para pelaku kriminal yang sama yang menindas rakyat Palestina dan Lebanon.

Izinkan kami memberi tahu bahwa para pemimpin, rabbi, dan orang-orang bijak sejati kami di Palestina, Timur Tengah, Eropa, dan di seluruh dunia, secara vokal dan antusias menyuarakan perlawanan total mereka kepada Zionisme dan negara “Israel”, sejak kemunculannya. Mereka meneriakkan dan mengecam seluruh kejahatan yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina dan Lebanon. Mereka meneriakkan penindasan terhadap umat Yahudi yang relijius dan negara Israel secara konstan berupaya menghapus dan menghancurkan segala sesuatu yang Ilahi dan relijius. Mereka tanpa kenal lelah dan takut telah mendemonstrasikan, dalam pengorbanan diri yang besar, penentangan mereka kepada pemberontakan melawan Tuhan ini.

Berbagai fatwa yang tak terhitung banyaknya telah dikeluarkan oleh para pemimpin sejati kami, yang meminta umat Yahudi untuk setia kepada Yang Mahakuasa dan Taurat-Nya, dan untuk memisahkan diri mereka dari negara “Israel” yang ilegal dan penuh dosa serta dari kejahatan-kejahatan yang bersumber darinya.

Puji Tuhan, pesan-pesan mereka telah didengar oleh banyak Yahudi yang bertakwa dan telah ditaati. Lebih jauh, ribuan dari mereka telah berdiri bersama rabbi-rabbi mereka untuk terus mendemonstrasikan tanpa kenal takut, hingga hari ini, di seluruh Palestina yang diduduki dan dunia, perlawanan mereka terhadap negara “Israel”.

Semua itu terdokumentasikan dengan baik, tetapi diabaikan oleh kekuatan-kekuatan media yang dikendalikan Zionis dan karena adanya intimidasi terhadap mereka yang berani mengungkapkan kebenaran.

Satu lagi persoalan yang penting untuk disampaikan, selain adanya banyak perintah di dalam Taurat untuk berbuat kebajikan dan larangan jelas atas Zionisme, kami bersimpati dan sensitif kepada nasib rakyat Palestina dan Lebanon, karena kami umat Yahudi pernah mengalami diskriminasi ekstrim dan penderitaan tragis di kamp-kamp konsentrasi di Eropa. Kerabat-kerabat dekat kami menderita dan terbunuh di sana. Kami juga menyadari dan telah mengalami bagaimana rasanya diusir ketika kami dipaksa meninggalkan dari rumah-rumah kami di seluruh Eropa. Pengalaman inilah yang membentuk pemahaman dan perasaan kami bagi penderitaan rakyat Palestina dan Lebanon.

Hingga kini, bagi pemahaman kami yang manusiawi dan terbatas, tampak bahwa entitas iblis ini, yakni negara “Israel”, tidak akan pernah menyerah dan akan terus menebarkan kejahatannya terhadap manusia-manusia yang tidak berdosa di bawah kendalinya.

Namun demikian, ingatlah dan tenangkanlah diri kalian, wahai saudara-saudara kami di Palestina dan Lebanon, bahwa ada Penguasa Semesta, yang Mahabesar, Maha Pengasih, yang benar-benar mengendalikan dunia ini. Dia mampu dan akan mengakhiri penderitaan ini.

Di dalam Taurat, dinyatakan bahwa perbuatan melawan Yang Mahakuasa tidak akan pernah berhasil. Negara “Israel” ini, menurut Taurat, pada akhirnya niscaya akan berakhir.

Mari kita berdoa dan memohon kepada-Nya, untuk menghadirkan pelucutan total yang segera dan damai dari negara ilegal ini pada zaman kita. Dengan anugerah Yang Mahakuasa, semoga Dia merealisasikan hal ini, tanpa ada penderitaan dan kepedihan lebih lanjut. Amin.

Tolong sampaikan pesan ini kepada setiap saudara sebangsa anda yang menderita di bawah penindasan “Zionisme—Israel”. Terkhusus, tolong sampaikan pesan ini kepada para kerabat dari para korban, yang terluka dan cacat, dan yang mendekam di penjara-penjara Israel.

Sampaikan kepada mereka semua solidaritas kami dan dukungan kami. Kami merasa terhina oleh aksi-aksi yang mengatasnamakan kami. Kami memohon kepada anda untuk menyampaikan pesan ini kepada rakyat di Lebanon dan Palestina, bahwa ada ribuan Yahudi di seluruh dunia dan di Palestina yang berdiri bersama kalian dan yang menentang Zionisme serta negara “Israel”. Mereka berlepas diri dari aksi-aksi kaum Zionis. Kami memohon kepada anda untuk memberikan pencerahan bahwa ketika bangsa dan umat anda bersua dengan orang-orang Yahudi, jangan memandang mereka sebagai musuh-musuh. Kita semua melayani Tuhan yang Esa.

Sekali lagi, kami akan tetap berdoa—berharap dan cemas bagi kalian semua.

Semoga kita bisa segera menjumpai pada masa kita, pelucutan total, segera, dan damai dari negara “Israel”.

Semoga Yang Mahakuasa merealisasikan janji-janji-Nya bahwa semua manusia akan melayani-Nya dalam harmoni dan perdamaian. Amin.

Assalam Alaikum

Kami sungguh berada di pihak kalian,
28 Januari 2008

Rabbi Moshe Dov Beck
Rabbi Yisroel Dovid Weiss
Amerika Serikat, Kanada

Rabbi Meir Hirsh
Palestina

Rabbi Ahron Cohen
Inggris Raya

sumber: nkusa.org

Jumat, 28 November 2008

Hermeneutika? Santai ajalah…


2.jpg

Seperti Anda ketahui, ada makhluk asal Yunani yang sering kita dengar namanya: Hermeneutika. Hermeneutika konon berasal dari nama Hermes, dewa dalam mitologi Yunani yang bertugas mengantar dan menafsirkan pesan-pesan para dewa untuk manusia.

Belakangan ini, turunan dewa Hermes itu suka bergentayangan di lingkungan studi Islam. Dari seminar ke seminar, si Hermeneutika berhasil menimbulkan kegairahan pada sebagian, dan kegelisahan pada sebagian lain.

Saya pun ikut penasaran dibuatnya. Melalui beberapa literatur yang ada, saya menemukan bahwa si Hermeneutika itu ternyata tidak sebinal yang dibayangkan oleh sebagian, tapi juga tidak sebahenol yang digambarkan sebagian lain.

Ia ternyata hanyalah sejenis ilmu untuk menafsirkan teks. Dan yang lebih melegakan lagi, makhluk ini ternyata tidak harus selalu bersanding dengan teks suci dan hal-hal suci lainnya. Ia juga bisa melayani keingintahuan manusia pada level yang jauh lebih rendah.

Misalnya, saat kita mendengar atau membaca seseorang menyatakan bahwa “Nabi Muhammad belajar dari kalangan akademis Kristen dan Yahudi”, maka turunan dewa Hermes ini bisa membantu kita menafsirkan maksud di balik teks tersebut.

Setidaknya empat cara untuk menafsirkan teks seperti ini. Pertama, menafsirkan kata demi kata mengikuti kaidah2 tatabahasa, lantas merujukkannya dengan keseluruhan dan sebaliknya sehingga kita menemukan “lingkaran hermeneutik”. Kedua, melihat individualitas pembicara (speaker) atau pengarang (author) teks. Ketiga, melihat medium penyampaian teks itu sendiri (bersandar pada the medium is the message). Dan keempat, situasi dan zaman penyampaiannya (zeitgeist).

Kombinasi keempat cara ini akan memudahkan kita memahami maksud si pembicara atau pengarang. Karena itu, si Hermeneutika kerap disebut sebagai dewa penyelamat kesalahpahaman.

Banyak di antara kita yang dipengaruhi oleh emosi saat menafsirkan teks, apalagi saat kita menafsirkan teks yang membincangkan hal-ihwal yang kita junjung tinggi. Kecuali orang yang sama sekali tak punya penghargaan terhadap Nabi dan al-Qur’an, kita jelas tidak suka dengan penggunaan kata-kata tertentu yang dapat merendahkan derajat tinggi keduanya. Nah, seorang pengarang juga tidak bisa keluar dari pengaruh yang sama saat dia mengarang dan memproduksi teks. Maksudnya, menurut saya, pengarang mana pun pasti menyadari adanya sensivitas menyangkut hal-hal yang disucikan.

Pada titik ini, sebenarnya ada kesalingpahaman yang menghubungkan pengarang biasa dengan penafsir (pembaca) biasa. Ada bahasa terbakukan yang lazim mereka pakai untuk bertukar pesan. Karena itu, saat pengarang bermaksud menghina, maka dia akan memilih tanda baca, diksi, asumsi, referensi, medium dan waktu tertentu yang dapat mempertegas maksud penghinaannya. Dan pada gilirannya, penafsir akan dengan mudah menangkap pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang itu.

Memang, boleh jadi pengarang kurang cerdas dalam memproduksi teks, sehingga dia mengesankan apa yang sebenarnya tidak dia maksudkan. Demikian pula sebaliknya: penafsir juga bisa gegabah menangkap maksud yang tidak pernah disampaikan oleh si pengarang. Di sinilah perlu ada pembacaan ulang, baik oleh si pembaca maupun—terutama—oleh si pengarang.

Bagaimanapun, si Hermeneutika tak harus melulu dipakai dalam soal teks2 suci. Dia adalah turunan Hermes yang siap membantu Aladin mana saja untuk membedah teks milik siapa saja. Dan sebaiknya memang Hermeneutika bermain-main sama kita di sini saja, daripada melanglang buana ke tempat2 nun tinggi di atas sana. Nyok kita Hermeneutika-kan orang2 yang meng-Hermeneutika-kan teks-teks suci.

Selamat ber-Hermeneutika kembali, di gelombang dan waktu yang sama.

Asyura dan Perang yang Akan Datang


Oleh vineyard of saker

Setiap hari adalah Asyura, Setiap bumi adalah Karbala

Jika ada sebuah peristiwa yang sangat sentral dalam etos Muslim Syiah, maka itu adalah kesyahidan (martyrdom) Imam Husain bin Ali (cucu Muhammad, Nabi Islam) dan 72 pengikutnya di tangan 40 ribu pasukan yang kuat dari Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan pada 680 M dalam Perang Karbala. Sekilas rentetan kisah perang itu dikisahkan kembali dalam situs gerakan perlawanan Islam di Lebanon.

Kemenangan Darah atas Pedang

Kesyahidan Husain bin Ali telah memberi makan bagi pikiran dan pengabdian banyak generasi hingga hari ini. Ia telah mendapatkan banyak interpretasi, dan setiap generasi memandang perjuangannya dalam makna perjuangan al-Husain. Dalam pengertian ini, maka darah telah mengalahkan pedang dan Imam Husain telah meraih kemenangan sementara Yazid adalah si pecundang.

Sekarang, saya dapat membayangkan bagaimana sebagian pembaca saya, khususnya mereka yang agnostik dan ateis, memutar-putar mata mereka mengenai hal ini dan bertanya-tanya bagaimana semua ini relevan dengan zaman modern. Jawabannya adalah sebuah kesalahan besar untuk mengabaikan keimanan dan kesalehan orang lain hanya kerena kita tidak bisa memahami, atau berbagi dengan mereka.

Syiah, yang telah ditindas selama berabad-abad, telah membangun seluruh kehidupan spiritual mereka di atas teladan kesyahidan Imam Husain bin Ali, dan tiba pada sebuah resolusi yang kuat bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan sebuah peristiwa seperti itu (pembunuhan atas seorang hamba Tuhan yang saleh oleh siapa pun yang tidak bertanggung jawab) untuk terjadi lagi.

Nyaris tidak mungkin untuk mengabaikan makna kesyahidan ini bagi Syiah (Jangan kalian menganggap yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak, mereka hidup dan di sisi Tuhan, mereka mendapatkan rejekinya, QS. 2:214). Menarik, bahwa kata Arab Syahid memiliki makna yang sama dengan kata Yunani μάρτυς (‘martyr’), yakni ‘saksi’. Dengan kata lain, baik Islam maupun Kristen Ortodoks percaya bahwa menjadi martir (syahid) adalah menjadi saksi sejati bagi Tuhan, dalam kasus Islam melalui teladan Imam Husain dan dalam Kristen melalui teladan Kristus.

Orang-orang Barat yang terdidik gaya “Hollywood” begitu saja menerima kesesatan berpikir bahwa perang hanya dapat dimenangkan lewat teknologi canggih. Dan ketika perang yang akan datang terjadi, maka itu adalah “jet tempur Stealth AS melawan F4 Iran yang kuno atau antara F16 Israel versus Katyusha Hizbullah”. Ini jelas merupakan pandangan yang naif dan bodoh mengenai perang. Perang-perang di masa depan akan menghadapkan dua pasukan tempur: satu pihak adalah mereka yang percaya bahwa perangkat keras akan memenangkan perang bagi mereka atas orang-orang saleh yang, di atas segalanya, berketetapan untuk tidak membiarkan kebenaran digagahi lagi oleh kejahatan dan yang memandang kesyahidan sebagai berkah tertinggi yang manusia bisa dambakan.

Tidak seperti para Wahabi, Syiah tidak mencari peperangan. Mereka pada kenyataannya akan berupaya menghindari itu selama mungkin. Namun demikian, mereka melakukan itu dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan menghadapinya jika situasi menuntut hal itu.

Sekitar dua juta Muslim Syiah berpawai menuju Karbala pada tahun ini, dan jutaan lainnya berkumpul di sekeliling Hassan Nasrallah di Beirut untuk memperingati Asyura. Massa yang besar ini berkumpul ketika para pemimpin mereka mewanti-wanti akan risiko perang yang sangat mungkin terjadi (lihat pidato Hassan Nasrallah). Perang-perang yang akan datang mungkin akan mengambil banyak bentuk: Israel menginvasi Gaza; Israel menginvasi Lebanon; Israel menyerang Iran; dan AS menyerang Iran; atau kombinasi dari tiap-tiapnya. Apa yang harus dipahami para pemimpin Imperium Global adalah bahwa dunia Syiah lebih siap untuk menghadapi mereka. Mereka juga harus mengingat kata-kata Mark Twain bahwa, “Ini bukan soal ukuran anjing dalam pertarungan tetapi ukuran pertarungan dalam anjing,” yang akan menentukan hasilnya.

Apakah mereka yakin memiliki ruh petarung dalam diri mereka dibandingkan dengan apa yang akan mereka hadapi dari diri para “tentara” Syiah?

Tulisan di atas dikutip dari blogger yang mengaku non-Muslim dengan nama vineyard of saker, disertai permintaan maaf kepada para pembacanya yang Syiah jika penafsirannya tentang peristiwa di Karbala tidak sesuai dengan tradisi Syiah.

Memanipulasi Palestina


Selamat datang di Timur Tengah, wilayah yang berkisah tentang banyak hal. Di sana, ribuan tahun lalu, tiga agama besar dunia lahir dan peradaban moral ditinggikan. Namun, di sana pula, kedegilan, kebohongan, dan kezaliman, dari yang sederhana hingga yang paling kompleks sekalipun, ditebar hingga kini.

Dan tanah Kanaan, Palestina, menyajikan contoh yang paling lengkap serta aktual. Di sana, publik dunia dibuai dengan ilusi adanya dua negara yang sama-sama berdaulat, Palestina dan Israel. Tidak ada pendudukan, penindasan, dan kolonisasi Israel, seperti yang disuarakan rakyat Palestina. Lihatlah, kini yang terjadi adalah ‘konflik sipil’ antara sesama orang Palestina, Hamas dengan Fatah. Kalaupun ‘orang-orang bijak’ di Barat memboikot bantuan finansial dan Israel tidak mencairkan pajak, itu hanya karena rakyat Palestina telah salah memilih Hamas sebagai pemimpin mereka. Pilihlah figur-figur ‘independen’, seperti Salam Fayyad, sang ‘perdana menteri’ baru. Maka, dijamin semua itu tidak akan terjadi.

Mari kita urai jalinan benang dusta yang secara canggih dirajut sehingga tampak bak sebuah ‘kebenaran’.

Solusi “Dua-Negara”?

Pada pertengahan 1970-an, mayoritas negara anggota PBB mengakui eksistensi bangsa Palestina. Pada 1993, PLO, dimana Fatah adalah faksi terbesar di dalamnya, mengakui kedaulatan Israel di luar Tepi Barat dan Jalur Gaza, dua wilayah yang hanya 22 persen dari tanah historis Palestina. Dan, inilah solusi “dua-negara” yang didengung-dengungkan itu. Namun, adakah Israel mengakui kedaulatan Palestina dan adakah Otorita Nasional Palestina diakui wewenangnya di dua wilayah yang tinggal sekerat itu?

Jawabannya, kolonisasi terus berlangsung. Tepi Barat difragmentasi menjadi ribuan teritori yang beralih fungsi menjadi komune-komune Yahudi. Tembok pemisah yang sedang dibangun pun inci demi inci masuk ke dalam wilayah Palestina.

Sementara itu, Otorita Nasional Palestina tidak lebih daripada sekedar pemerintahan kota praja, yang hanya memiliki wewenang dalam urusan-urusan administrasi di Gaza dan sebagian distrik di Tepi Barat. Para pejabat Palestina pun tidak dapat bergerak bebas di teritori mereka sendiri tanpa izin dari pasukan keamanan Israel. Belum lagi berbagai penculikan dan penahanan para pejabat eksekutif dan legislatif Palestina. Adakah ini yang dinamakan negara yang berdaulat?

Moderat vs Ekstrimis?

Media-media Barat punya persepsi sendiri mengenai konflik Fatah-Hamas. Koresponden BBC, Paul Reynolds, menyebutnya sebagai, “Pertarungan yang lebih luas antara moderasi (Fatah) dan ekstrimisme (Hamas) di dunia Arab dan Islam”. Tiba-tiba saja, dunia lupa sejarah kelam Fatah yang berlumuran darah, bukan saja warga Yahudi, tetapi juga saudara sebangsa mereka sendiri, rakyat Palestina. Tiba-tiba saja dunia abai mengenai tokoh Fatah seperti Mohammad Dahlan, yang Maret 2007 lalu diangkat Mahmoud Abbas sebagai Kepala Dewan Keamanan Nasional. Human Right Wacth menyebut Dahlan berada di balik aksi-aksi kekerasan berupa penangkapan tanpa proses peradilan, penyiksaan, dan pembunuhan para aktivis, jurnalis, dan tokoh-tokoh penentang Fatah (“Human Right under The Palestinian Authority”, 1997).

Itukah yang dimaksud dengan moderat? Adakah moderasi bermakna tokoh seperti Dahlan, yang secara reguler bertemu pejabat-pejabat tinggi Israel dan menerima pasokan senjata dari AS melalui Israel untuk mempersenjatai milisinya demi memerangi bangsanya sendiri? Adakah seorang yang moderat berarti tokoh seperti Salam Fayyad, yang mengabdi selama 8 tahun di Bank Dunia dan 6 tahun di IMF serta berteman baik dengan Condoleezza Rice? Dan, adakah pula moderasi itu juga merujuk kepada figur seperti Mahmoud Abbas, yang menulis buku 600 halaman tentang Kesepakatan Oslo tanpa menuliskan secuil kata pun tentang “pendudukan” Israel?

Jika itu yang dimaksud Barat dan Israel sebagai moderat, tampaknya rakyat Palestina lebih menyukai para ‘ekstrimis’ ketimbang para moderat itu. Rakyat Palestina memilih Hamas bukan karena mereka menginginkan sebuah negara Islam. Mereka memilih Hamas karena lelah dengan Fatah yang korup dan lemah di hadapan Israel. Mereka memilih Hamas karena fitrah setiap bangsa terjajah di mana pun untuk tidak mendukung para kolaborator imperialis.

Kudeta Siapa?

Jika sebuah pemerintahan terpilih diboikot, diculik menteri-menterinya, dan rivalnya dipersenjatai kekuatan-kekuatan asing, lalu akan kita sebut apa ketika ia membela diri? Barat sekali lagi punya jawabannya yang ‘khas’: Hamas telah melakukan kudeta dengan ‘menguasai’ Gaza.

Mungkin benar bahwa Hamas bertindak di luar koridor hukum, tetapi apakah lantas tindakan Abbas membentuk ‘pemerintahan darurat’ dapat dibenarkan? Menurut Konstitusi Palestina, tindakan Abbas menunjuk perdana menteri baru, dan juga pembentukan ‘pemerintahan darurat’, adalah ilegal.

Pasal 45 dari konstitusi itu menyatakan bahwa presiden tidak berhak menunjuk seorang perdana menteri yang tidak merepresentasikan partai pemenang pemilu (Hamas). Pasal 67 dan 79 menyatakan bahwa perdana menteri dan kabinet yang baru hanya dapat diambil sumpahnya oleh Dewan Legislatif sedangkan Fayyad beserta kabinetnya disumpah oleh Abbas. Jika demikian, akan kita sebut apa kabinet Fayyad sementara konstitusi Palestina tidak memberi wewenang kepada presiden untuk menyatakan ‘kedaruratan’ tanpa penetapan Dewan Legislatif? Dan, atas dasar apa nantinya negara-negara lain berhubungan dengan ‘pemerintahan darurat’ ini? Sebuah problem besar ketika, pada saat yang sama, Ismail Haniyah tetap mengklaim haknya sebagai perdana menteri yang sah.

Sejatinya, ini bukanlah konflik sipil tetapi perlawanan bangsa terjajah menghadapi segelintir elit Fatah yang menggadaikan kedaulatan ke tangan kekuatan-kekuatan neo-imperialis.

Laporan pribadi terakhir mantan utusan PBB untuk Timur Tengah (End of Mission Report), Alvaro de Soto, secara eksplisit menyebutkan bahwa penyebab kekacauan di Palestina adalah ‘kegagalan’ AS mendorong Israel ke arah diplomasi. Bagi de Soto, prasyarat-prasyarat yang diajukan Israel, yang kemudian diamini AS, mustahil dipenuhi Palestina, dan ini menyebabkan jalan menuju negosiasi menjadi buntu. De Soto juga mengecam AS dan Uni Eropa yang menerapkan boikot finansial tanpa memikirkan lebih jauh nasib rakyat Palestina.

Sikap dan pendekatan negatif Israel terhadap Palestina, bahkan saat Fatah yang pragmatis itu berkuasa, semestinya menjelaskan kepada semua pihak bahwa solusi “dua-negara” hanyalah delusi yang diciptakan rezim Zionis untuk sekedar mengulur-ulur waktu (buying time) agar program ilegal kolonisasi dapat terus berlangsung demi mewujudkan nubuat-nubuat fasistik mereka.

Pria Setengah Ton Ingin Kawin

Lowongan buat yang masih jumblo nih… Uribe, pria berbobot setengah ton, akhirnya bisa menurunkan bobotnya hingga 317 kg. Sekarang dia punya satu keinginan, berdiri di atas kaki sendiri untuk menikah.


Saat diwawancarai di rumahnya di Monterrey, Meksiko, Uribe hanya bisa sedikit beringsut di ranjangnya. Maksimal setengah duduk itu pun dilakukannya dengan sangat susah payah. Ia mengatakan, diet ketat membuatnya mampu melepaskan diri dari bobot 560 kg yang membuatnya mendapat rekor Guinness sebagai manusia terberat. Namun dalam dua tahun bobotnya tinggal 249 kg. Sekarang juga berharap wakil Guinness datang menjenguknya dan mengonfirmasi bobotnya yang sekarang dan memberinya rekor baru, yaitu orang terhebat dalam mengurangi berat badan.

Uribe yang hari ini, Rabu (11/6), merayakan ulang tahun ke-43 belum bisa berjalan berdampingan dengan tunangannya, Claudia Solis, menuju pelaminan. “Ini membuat saya frustrasi karena tidak mudah keluar (rumah),” kata Uribe yang juga tidak mampu turun dari ranjang selama enam tahun terakhir.

Upaya terakhirnya keluar dari rumah adalah saat ia hendak menghadiri pesta ulang tahun Solis ke-38. Namun, saat itu ia gagal karena truk yang mengangkut ranjangnya tersangkut di bawah jembatan. Uribe berjanji tidak akan menyerah. “Kami saling jatuh cinta, dan permohonan ulang tahun saya adalah bisa berdiri sehingga kami bisa menikah,” katanya.

Uribe menuturkan, ia bertemu Solis (38), seorang penata rambut, empat tahun lalu. Mereka menjadi sepasang kekasih dua tahun belakangan. “Kami berpasangan. Kami berhubungan seks dan di mata Tuhan kami sudah menikah,” katanya.

Solis yang menemani wawancara itu dengan bangga menunjukkan cincin pertunangan mereka yang berkilau. Ia mengatakan, hidup bersama orang yang terlalu gemuk tidak selalu mudah. “Saya memandikan dia setiap hari dan kami selalu bersama-sama. Ada saja orang yang mengatakan ini hubungan palsu, tapi yang kami punya ini nyata,” kata Solis.

Solis menuturkan, semula keluarganya melarang hubungannya dengan Uribe karena suami pertamanya yang juga terlalu gemuk meninggal karena gagal napas. “Mereka khawatir saya berpacaran dengan orang gemuk lagi karena mereka berpikir suami saya akan mati juga,” katanya.

Uribe, yang mantan penjual onderdil mobil itu, mengatakan, pesta ulang tahunnya akan digelar dengan sederhana, hanya makan malam bersama keluarga. “Kami berencana keluar, tapi yang terakhir itu bikin saya takut. Ketika kami menabrak kabel lampu, saya pikir kami akan tersengat listrik,” katanya.

Uribe mengatakan, bobotnya melonjak tajam ketika ia pindah ke Amerika Serikat selama beberapa tahun sejak 1988. Di sana ia terlalu banyak menyantap makanan cepat saji dan menenggak minuman ringan.

perasi sedot lemak yang merusak simpul getah bening memicu timbulnya tumor seberat sekitar 100 kg di kedua kakinya. Tumor itulah yang membuatnya tidak bisa berjalan. “Ini semua akibat makanan sampah,” katanya.

Sekitar dua tahun lalu, satu tim dokter menolong Uribe dengan mengubah kebiasaan makannya dan mengatasi kegemukan yang luar biasa itu. Sekarang, ia makan lima kali sehari dengan porsi kecil, dengan daging ayam, daging sapi, telur dadar, buah, dan sayur. Sambil duduk di ranjang, Uribe berlatih mengangkat beban dan mengayuh roda dengan tangannya.

Ia berharap perjuangannya itu menjadi inspirasi bagi orang-orang senasib. Ia juga mendirikan Manuel Uribe Foundation tahun ini, tujuannya mendidik orang tentang gizi dan bertempur melawan kegemukan. Meski tidak seekstrem Uribe, banyak orang mengalami kegemukan parah. Sedangkan Solis lebih terfokus pada hadiah yang akan diberikan. “Sebuah keajaiban dia masih hidup. Ia akan berusia 43 tahun, ini harus kami rayakan,” katanya. (AP, Kompas, Rabu, 11 Juni 2008 | 14:14 WIB)