Selasa, 16 Juni 2009

Pilpres Iran yang Penuh Warna


Pilpres Iran yang Penuh Warna
Tanggal 12 Juni kemarin, warga Iran kembali memberi kejutan. Tak kurang dari 85% pemilih memberikan suaranya. Artinya, sekitar 40 juta orang dari 46 juta warga sudi mengantri berjam-jam untuk memberikan suara. Komisi Penyelenggara Pemilu sampai harus menambah tenggat penutupan TPS beberapa jam lagi, lantaran berjubelnya warga yang hendak berpartisipasi.
Tapi, bagi Prof. Mahdi Khourshad, kejutan yang sebenarnya bukan di situ. Lahirnya kepemimpinan generasi kedua revolusi yang menantang atau mengoreksi kepemimpinan generasi pertama—itulah kejutan terbesar. Dan tak seperti kebanyakan revolusi lain, regenerasi di Iran itu berlangsung mendebarkan melalui proses yang demokratis. Inilah salah satu dari sekian “keganjilan” revolusi Islam Iran yang barangkali belum ada bandingannya.
Seperti sudah kita ketahui, Mahmoud Ahmadinejad adalah presiden Iran pertama yang tidak termasuk dalam lingkaran dekat Imam Khomeini, sang pemimpin revolusi Islam Iran 1979. Dia datang nun jauh dari luar elit politik yang telah berkuasa sejak 1979 hingga 2004 silam. Dia tidak bermain dengan jargon kiri dan kanan, konservatif dan reformis, ulama dan intelektual. Dia bahkan secara khusus tidak disukai oleh sebagian besar keluarga Imam Khomeini yang memang bertalian darah dengan tokoh reformis Khatami. Pendeknya, dia adalah nobody di blantika perpolitikan Iran sebelum tahun 2003.
Tak heran apabila politisi-cum-milyuner-cum-ulama paling berpengaruh di Iran, Hashemi Rafsanjani, mengirim surat pada rekannya Raja Arab Saudi bahwa pemerintahan Ahmadinejad akan terguling dalam enam bulan. Rafsanjani mengirim surat itu sesaat setelah Ahmadinejad terpilih sebagai presiden tahun 2005. Kalkulasi politik Rafsanjani berdasar pada minimnya rekam jejak Ahmadinejad dalam politik, sehingga di puncak sana secara perlahan dan alamiah dia akan mengalami kemakzulan.
Tapi Rafsanjani keliru besar. Ahmadinejad memang tak mengenal dan tak mau akrab dengan elit. Selama kepemimpinannya, dia terus berkubang di tengah rakyat, menjejalkan diri di antara warga miskin dan menjadi presiden paling banyak mengunjungi desa-desa terpencil Iran. Popularitasnya meroket seiring berjalannya waktu, lantaran model kepimpinan Ahmadinejad yang bersajaha, trengginas, cerdas, kerja keras dan sebagainya. Ciri-ciri inilah yang membuatnya menjadi sangat kontras dengan Rafsanjani, Khatami, Moussavi, Karroubi, Nateq Nuri dan sebagainya yang terkesan aristokratik.
Upaya rival-rival Ahmadinejad untuk membawa-bawa slogan kedekatan dengan Imam Khomeini sedikit berdampak. Keluarga Imam Khomeini yang secara terang-terangan mendukung Moussavi pun tak digubris oleh puluhan juta rakyat Iran. Seolah rakyat Iran bisa membedakan Khomeini dengan keluarga Khomeini—sebuah kemewahan rasional yang jarang dimiliki oleh rakyat-rakyat lain di dunia ketiga.
Kejutan lain dari pemilu kali ini adalah kehadiran saksi tiap-tiap kandidat di semua TPS. Kementerian Dalam Negeri telah memfasilitasi kehadiran saksi-saksi tersebut untuk mengawasi proses pemungutan maupun penghitungan suara.
Kejutan lain yang tak kalah menariknya ialah penayangan program debat capres di televisi nasional. Debat capres yang berlangsung keras, sengit dan kontroversial itu setidaknya menyedot 40-an juta penonton. Malah, banyak yang memperkirakan bahwa debat antara Ahmadinejad dan Moussavi pada 2 Juni lalu menyedot 50 juta penonton.
Dalam debat terbuka itulah Ahmadinejad melancarkan serangannya terhadap Rafsanjani yang dianggap sebagai dalang di balik semua kandidat lain, terutama Moussavi. Ahmadinejad menuduh Rafsanjani sebagai dalang permainan politik elit yang korup, amoral, berpindah-pindah muka dari ultra konservatif menjadi ultra reformis dan sebagainya. Ahmadinejad menganggap bahwa permainan Rafsanjani dan Khatami itu tak menguntungkan rakyat dan merusak cita-cita revolusi Islam Iran.
“Untuk apa membawa-bawa kedekatan kalian dengan Imam Khomeini,” serang Ahmadinejad pada Rafsanjani, Khatami dan Moussavi, “kalau tak satu pun ciri beliau ada pada kalian. Kedekatan kalian pada waktu itu tak berlaku saat ini, karena ukuran yang sebenarnya adalah apa yang terjadi hari ini.”
Pilpres kali ini juga mengguncang relasi-relasi kekuasaan yang telah lama terjalin. Misalnya, relasi kubu Rafsanjani, Khatami dan keluarga Imam Khomeini dengan Khamenei di satu sisi dan relasi Rafsanjani dengan kelompok revolusioner di sisi lain. Saat Ahmadinejad menyerang keras Rafsanjani, Khatami, Nateq Nuri dan elit kekuasaan yang ditengarai dekat dengan Khamenei di depan publik, Rafsanjani menulis surat pada Khamenei. Dalam surat itu, Rafsanjani meminta Khamenei selaku pemimpin tertinggi Iran untuk menindak tegas dan menegur Ahmadinejad “demi terjaganya persatuan dan kedamaian”.
Tapi Khamenei tak bergeming. Rafsanjani kemudian mendatangi Khamenei dua hari menjelang piplres. Selepas pertemuan itu, satusan ribu pesan singkat menyebar ke pelbagai lapisan masyarakat bahwa Khamenei menyesalkan sikap dan perilaku Ahmadinejad. Kubu Ahmadinejad berang. Permainan politik Rafsanjani, terutama langkahnya membawa Khamenei dalam kancah politik praktis, dianggap sebagai preseden yang sangat berbahaya.
Menanggapi gosip-gosip itu, setelah memasukkan suaranya di bilik, Khamenei mengadakan konferensi pers. Di situ dia mendustakan semua gosip yang beredar lewat sms itu. Dia juga meminta semua pihak waspada akan permainan politik yang licik dan merusak. Dia justru meminta semua warga memberikan suara berdasarkan pilihan bebasnya tanpa tekanan dari siapapun.
Keberhasilan Ahmadinejad memperoleh 24 dari 39 juta suara adalah pertanda babak baru dari cerita panjang revolusi Islam Iran. Barangkali inilah awal dari revolusi ketiga yang diusung Ahmadinejad 4 tahun silam—sebuah revolusi yang menjanjikan koreksi dan revisi. Pada pidato kemenangannya di hadapan ratusan ribu warga Teheran, Ahmadinjead berseru, “Kenapa kalian tidak senang saya menjadi presiden di Iran? Apakah karena saya orang miskin dan bertampang dusun? Buat saya, istana-istana kalian tidak lebih berharga daripada sehelai rambut jutaan orang miskin di negeri ini?”
Boleh jadi juga hasil pilpres itu menandakan high call rakyat Iran atas tawaran Presiden AS Barack Obama. Seperti terungkap dalam laporan utama Newsweek edisi Mei 09, bangsa Iran sejatinya adalah kaum saudagar (bazari) yang suka melakukan tawar menawar dalam posisi yang kuat.

Ahmadinejad Menang, Israel Senang??? apa nggak salah tuh !!!!

Ahmadinejad Menang, Israel Senang?

Seorang pejabat Israel, akhir pekan lalu, mengakui ada konsensus diantara sejawatnya di Jerusalem bahwa kemenangan Mahmoud Ahmadijenad dalam Pemilu Iran justru menguntungkan posisi (pemerintahan ekstrem kanan) Israel.
“Pandangan ekstrem dan seruannya bagi penghancuran Iran telah memaksa masyarakat internasional untuk menghadang program nuklir Iran,” kata pejabat yang tak disebutkan namanya itu seperti dikutip The Australian.
Kemenangan tokoh moderat Mir Hossein Mousavi tak akan menghentikan program nuklir Iran sehinga hanya meninabobokan masyarakat internasional bahwa Iran sudah tidak mengancam lagi.
Ahmadinajad menjadi musuh utama Israel karena berulangkali menyeru penghapusan Israel dari peta dunia dan menyangkal “holocaust” (genosida terhadap etnis Yahudi pada Perang Dunia Kedua).
Dia juga menuduh Israal menghukum Palestina atas apa yang dilakukan Jerman terhadap Yahudi selama Perang Dunia Kedua, dan meminta Eropa memindahkan Israel ke benua itu.
Ironisnya sikap keras Ahmadinejad ini memberi alasan kepada Israel untuk mengajak dunia guna terus menyudutkan dan mengucilkan Iran. Lebih dari itu, terpilihnya Ahmadinejad memberi keuntungan strategis bagi Israel karena kebijakan dan pernyataannya justru menjadi informasi berharga bagi Israel.
“Tak ada seorang pun yang melayani program informasi (intelijen) Israel yang lebih baik darinya (Ahmadinejad),” tulis kolumnis Harian Ma’ariv, Ben Caspi.
Israel percaya yang menjadi penguasa riil di Iran adalah Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei dan sekelompok ulama senior Iran.
“Dari sudut pandang operasional, tak ada perbedaan siapapun yang menang (di Iran). Tapi dari sudut pandang intelijen, Ahmadinejad adalah hal terbaik yang menguntungkan kita,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Israel yang mengkhususkan diri mempelajari Iran.
Pernyataan serupa disampaikan kepala meja sunting Iran di Radio Israel, Menashe Amir, yang menyatakan tidak ada perbedaan mendasar antara keempat kandidat dalam Pilpres Iran.
“Perbedaannya adalah pada gaya berbicaranya. Ahmadinejad blak-blakan, sementara yang lain menyembunyikan pemikiran mereka yang sebenarnya lewat kata-kata indah. Setidaknya omongan Ahmadinejad menunjukkan apa yang dipikirkannya. Saya sangat senang dia terpilih kembali,” kata Amir.
Alasan lain yang membuat Israel berharap Ahmadinejad menang adalah bahwa kemenangannya akan membuat kaum muda Iran bangkit melawan kaum ulama yang adalah kekuatan nyata dibalik Ahmadinejad.
Gerakan kaum muda Iran ini bahkan dilihat Israel lebih hebat dibandingkan peristiwa tahun 1997 yang mengantarkan ulama reformis Mohammad Khatami naik ke singgasana kekuasaan.
Israel percaya jika Ahmadinejad dipilih lagi, apalagi jika dituduh telah berbuat curang, maka Iran akan bergejolak.
Para pejabat pertahanan Israel mencatat peringatan seorang tokoh sentral di Garda Republik bahwa pasukannya bakal menghadapi “revolusi beludru” dari para pendukung Mousavi yang kekuatannya setara dengan demonstrasi jalanan yang meruntuhkan pemerintahan (komunis) Cekoslovakia pada 1989.
Israel juga khawatir, kemenangan Mousavi akan membuat Washington berdamai dengan Teheran dan mengizinkan Iran membangun reaktor-reaktor nuklir untuk tujuan damai seperti diisyaratkan Presiden Obama dalam pidatonya di Kairo awal bulan ini. Keadaan ini sama sekali tak diinginkan Israel.
Ironisnya, bangsa Israel menghormati Iran. Kedua negara tak berbatasan langsung dan tak pernah terlibat perang, meskipun Republik Islam Iran aktif menyokong Hizbullah dan Palestina.
Israel tahu, Iran adalah negara muslim dengan penduduk Yahudi terbesar di dunia, menjamin orang Yahudi bebas beribadat, bahkan membolehkan wakil Yahudi duduk di Parlemen.
Banyak orang Yahudi pernah tinggal di Iran, diantaranya seorang mantan Kepala Staf Angkatan Udara dan seorang mantan presiden.
Neo konservatif
Sikap sebagian kalangan di Israel itu diekspresikan pula oleh kelompok neokonservatif sayap kanan AS yang menyebut kemenangan Ahmadinejad telah memberi alasan kepada AS untuk terus mengkerasi Iran.
Direktur Middle East Forum Daniel Pipes, pada sebuah pidato di Heritage Foundation, bahkan terang-terangan akan memilih Ahmadinejad jika saja dia menjadi pemilih dalam Pemilu Iran.
Sementara Michael Rubin dari American Enterprise Institute mengaku lebih baik Ahmadinejadlah yang menang karena itu akan membuat diplomasi Obama gagal di Iran.
“Pemerintah Obama berharap tokoh yang lebih lembut dan agak patuh seperti Mousavi menang, karena akan lebih mudah bagi Obama untuk mempercayai Iran benar-benar telah melunak,” kata Rubin.
Pemikir neokonservatif lainnya, Martin Peretz menulis di New Republic bahwa dia sudah mengetahui sejak lama bahwa para pemimpin terpilih di Iran sebenarnya tidak akan terlalu berkuasa. -ant/kf-
Sumber: The Australian dan The Huffington Post
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/06/16/ahmadinejad-menang-israel-senang/

Jumat, 12 Juni 2009

supaya tidak mudah tersinggung.......

Tersinggung Ya

Pagi tadi saya sempat melerai sopir angkot dan seorang pengendar motor yang akan berkelahi, karena supir angkot tersinggung dengan ucapan sang pengendara motor yang mengeluarkan kata-kata kotor kepada sang supir anggkot. Tanpa disadari kita sebagai manusia dalam hubungan interaksi sosial dengan sesama manusia kita sering merasa tersinggung baik itu sengaja ataupun tidak sengaja. banyak akibat dari rasa tersinggung itu; ada yang marah, sedih, kecewa, bahkan ada yang dendam. Banyak tindakan kekerasan juga lahir karena rasa tersinggung. Jadi hati-hati dengan yang namanya "tersinggung" itu.

Karena kita adalah mahkluk sosial yang butuh berinteraksi dengan orang lain,tentu saja terjadi singgung-singgungan yang tidak selamanya menyenangkan. Hati yang bisa merasakan sakit dan tersinggung oleh orang lain hanya karena kata-kata saja.Aku pikir setiap manusia pasti pernah tersinggung. Entah karena ucapan,sikap atau tingkah laku orang lain.Bahkan hanya gara-gara ditatap saja bisa menyebabkan hati tersinggung, Kita kerap tersinggung oleh hal kecil.

Orang yang terlalu sensitif dan mudah tersinggung adalah orang yang sangat lemah. Kadar ketersinggungan apalagi didominasi perasaanitu pun sudah menunjukkan kelemahan mental manusia, apalagi saat kita meresponnya dengan menyinggung balik. Dua kelemahan yang mudah terjadi pada diri kita. Saat amarah datang, kelemahan mental manusia semakin menjadi. Penting Anda ingat saat-saat seperti itu ketika seseorang memperlakukan anda dengan tidak baik, saat itu kita mungkin berbelas kasih pada rasa amarah, berbuat justru yang merugikan diri sendiri, sehingga kondisi kita menjadi semakin tidak menguntungkan. Jadi kuncinya adalah mengendalikan kondisi kita dan oleh karenanya mengendalikan prilaku kita.

Banyak yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran, banyak orang yang akhirnya rugi padahal dia punya modal apa sebabnya karena dia tidak punya kesabaran. ketika kita merasa tersinggung dan tindakan yang diluar rasional kita yang kita lakukan apa yang terjadi, hanya kepuasan mental sesat yang kita dapat, tetapi selanjutnya hanya sebuah penyesalan abadi yang akan kita terima. Kisah tersinggung pun banya dimuat dikoran, contoh karena tersinggung ayah membunuh anaknya, karena tersinggung sahabat membantai sekeluarga sahabat temanya. karena tersinggung seorang bocah memperkosa temannya. dan banyak lagi.

apa yang harus kita lakukan untuk tidak mudah tersingung

1. Jaga Kata-kata mu... sesuatu yang mungkin terkesan biasa. Mungkin kadang-kadang terkesan tiada artinya. Hanya basa basi tetapi bisa dimaknai lain oleh lawan bicara kita, sering dari sebuah percandaan karena salah berucap membuat orang merasa tersinggung dan terjadilah sebuah perkelahian. ingat bahwa berkata-kata itu penting dan krusial Melalui kata2 kamu bisa memotivasi seseorang. Melalui kata-kata itu juga pula kamu bisa menghancurkan hidup seseorang.

2. Sabar dan Tidak Mudah Marah
Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

3. Belajar Memaafkan
Cobalah jadi orang pemaaf, karena orang pemaaf itu akan hidup dalam kedamaian, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan kulitas diri , dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan

4. Cobalah Saling menghargai
ketersinggungan diri dapat terjadi karena diri kita merasa di lecehkan, atau direndahkahn, untuk menghindarinya cobalah saling menghargai, kita pasti ingin dihargai bukan, cobalah untuk menghargai orang lain seperti anda ingin dihargai orang lain hal ini dapat mencegah anda atau orang lain tersinggung.

sakit hati yang disebabkan karena tersinggungjauh lebih berbahaya dari sekedar penyakit hati hepatitis. Resiko fatal dari hepatitis adalah kematian buat sipenderita. Tapi kalau sakit hati karena tersinggung bisa menyebabkan kematian orang lain,teman bahkan saudara sendiri.

yah memang ketersinggung diri berawal dari hati, kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita. yang menyebabkan orang tersinggung karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa sukses atau merasa memiliki drajat lebih dari orang lain. Tapi harus diingat bahwa manusia adalah sama.

"Janganlah Lemparkan sebutir batu pada permukaan danau yang tenang. Sekejap ia akan menimbulkan riak-riak gelombang. jangan menyinggung perasaan orang lain akan menghasilkan sebuah pertengkaran atau minimal rasa sakit hati pada orang lain"

"Jangan suka menyinggung orang, kalau tidak mau disinggung"

Doa dari Keranjang Tempe

Doa dari Keranjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, tempat tinggal seorang ibu penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai menyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang.

"Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. " demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi.......deg !! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..."

Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh.

Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut.

"Keajaiban Tuhan akan datang....pasti, " yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "kehendak" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu.

"Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, airmata menitik di keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi?

Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Allah telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan.

Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat. Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya.

"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ...."

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "Jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ...."

"Bagaimana Bu ? Apa ibu menjual tempe setengah jadi ?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca ?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi ! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"

"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu ?"

Sahabatku, ini kisah yang biasa bukan ? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa.....dan "memaksakan" agar .....Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sempurna..

Senin, 08 Juni 2009

Hasil Polling: Ahmadinejad Masih Teratas





capress
Capress Iran
Dalam debat kandidat yang dilakukan secara live oleh televisi chanel 3 Iran, keempat kandidat presiden Iran telah menunjukkan kesiapannya untuk memenangkan pemilu. Mereka juga siap untuk mengungkapkan semua aset pribadi mereka ke kehakiman.

Mahmoud Ahmadinejad saat debat dengan Mehdi Karroubi hari Sabtu, 7/6/09 meminta kepada semua kandidat untuk mengungkapkan asset dan kekayaan pribadi. Permintaan Ahmadinejad ini disambut oleh keempat kandidat.
Salah satu pernyataan Ahmadinejad saat debat dengan Mehdi Karroubi adalah supaya setiap kandidat mengungkapkan asset pribadi dan kekayaannya kepada masyarakat.

Gholam Hossein Karbaschi, ketua umum tim sukses Karroubi di Teheran mengatakan, siap untuk membeberkan semua asset dan kekayaan pribadi Karroubi. "Semua anggota tim sukses Karroubi siap hadir dalam membeberkan daftar asset dan kekayaan pribadi, asalkan daftar asset yang merefisi bukan dari pemerintah, karena pemerintah tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan itu," ujar Karbaschi, seperti di rilis dalam situs Tabnak.

Untuk itu Karbaschi merekomendasikan kepada badan independen untuk memeriksa aset dan kekayaan pribadi setiap kandidat. Masih menurut Karbaschi, komite yang dibentuk harus melakukan refisi kekayaan kandidat dihadapan perwakilan independen dari semua empat calon presiden.

Gholam Hoosein Karbaschi adalah tim kepala tim sukses Karroubi yang saat menjabat sebagai walikota Teheran pernah tersandung korupsi di jamannya Khatami.

Sementara itu, Mir-Hossein Mousavi, mantan perdana mentri yang juga mendapat dukungan Hashemi Rafsanjani, Khatami juga telah siap untuk mengumumkan asset dan kekayaan pribadinya.

Jamshid Ansari, penasehat Mousavi mengatakan, "Sebagian besar orang tahu Bapak Mousavi mempunyai asset dan kekayaan pribadi , sebagian kekayaan dan aset yang dimiliki oleh Bapak Mousavi sebagian untuk mendanai kampanye oleh karena itu, kami tak dapat menyiapkan daftar asset dan kekayaannya dalam waktu empat bulan. Untuk meverifikasi harta kekayaan Mousavi, Ansari meminta kepada kehakiman untuk merefisi asset dan kekayaan calon presiden dan dalam jangka waktu singkat. Tandas Ansari

Sekretaris umum dari Partai Keadilan dan Pembangunan Abdolhossein Rouholamini juga menyatakan kesiapannya untuk mengumumkan asset dan kekayaan Mohsen Rezaei.

Pemilihan presiden Iran kesepuluh ini dijadwalkan akan berlangsung Jumat 12 Juni 2009. Dari hasil polling dan jajak pendapat yang dilakukan oleh tebyan dan kayhan, Ahmadinejad masih calon terkuat dan menempati urutan pertama dari setiap poliing pasca debat dengan Mousavi. Dan urutan kedua Mir-Hossein Mousavi yang sebelum diadakan debat capres menempati urutan pertama.