Senin, 22 Desember 2008

Ahmadinejad: Era Kejayaan Bangsa-Bangsa Dunia Telah Tiba

Monday, 22 December 2008 Sample ImagePresiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, masa kejayaan berbagai bangsa telah tiba, oleh karena itu harus dipersiapkan langkah untuk mensejahterahkan semua bangsa di dunia. Ahmadinejad kemarin (Senin 22/12) saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Togo, Koffi Essaw di Tehran menyatakan isu hak asasi manusia digunakan negara arogan dunia untuk menguasai negara lain. Dijelaskannya, saat ini harus dibentuk kekuatan bersatu untuk membendung ambisi negara imperialisme dunia, apalagi kini kekuatan mereka kian lemah.
Seraya mengisyaratkan slogan bohong negara imperialis, Ahmadinejad menambahkan, mereka yang memilih kezaliman sebagai subtansinya tidak dapat menjadi pelopor keadilan di dunia. Dalam kesempatan tersebut Ahmadinejad juga menyampaikan penghargaannya terhadap sikap Togo terkait berbagai masalah dunia termasuk hak asasi manusia di Iran dan hal ini kian meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Dikatakannya, kebijakan Iran adalah mempererat hubungan dengan negara kawasan Afrika, khususnya Togo.
Selain itu, Ahmadinejad menyatakan Iran siap meningkatkan kerjasama bilateral dengan Togo di berbagai bidang termasuk pertanian, energi, kesehatan dan sains. Di sisi lain, menlu Togo dalam kesempatan tersebut menyampaikan salam hangat dari presiden dan rakyat negaranya kepada rakyat Iran. Ia menyatakan bahwa negaranya berniat meningkatkan kerjasamannya di berbagai sektor dengan Iran. Mengingat kemajuan yang saat ini dicapai Iran dalam berbagai bidang, seperti pertanian dan sains.

Minggu, 21 Desember 2008

MENCARI KESELARASAN SAINS MODERN DAN SUFISME






Cetak E-mail


Dalam pengertiannya yang universal sufisme adalah dimensi mistis seluruh agama. Dalam konteks Islam, sufisme adalah dimensi mistis Islam. Robert Frager, Syekh Sufi dan Profesor Psikologi pada Institute of Transpersonal Psychology, California, mengatakan bahwa sufisme tidak berbeda dengan mistisisme dari semua agama. Laksana sungai yang mengalir melewati banyak negara dan yang diakui sebagai milik masing-masing negara itu, sufisme sebenarnya hanya berujung pada satu muara. Seluruh mistisisme memiliki tujuan yang sama, yakni pengalaman ketuhanan langsung.2

Dilihat dari pengertian ini sufisme identik dengan Islam atau agama Islam, tetapi dilihat dari pengertian lain sufisme tidak identik dengan Islam atau agama Islam dalam pandangan orang-orang Muslim yang menolak sufisme. Tidak semua orang Muslim menerima sufisme, apalagi sufisme teosofis yang mengajarkan doktrin wahhdatul-wujud. Banyak di antara orang-orang Muslim yang mengecam sufisme. Mereka memandang bahwa sufisme adalah aliran dan gerakan yang ditambahkan kepada Islam setelah periode Nabi Muhammad saw. Menurut mereka, sufisme bukan asli Islam, tidak pernah diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw. Di mata mereka, sufisme adalah aliran sesat, atau, paling tidak, merugikan umat Islam. Sebaliknya, para pendukung sufisme memandang bahwa sufisme adalah intisari Islam, yang justru mengemban pesan Islam hakiki. Sufisme bersumber dari al-Quran dan sunah. Sufisme sebagai jalan dan sikap hidup telah diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw. Di mata para pendukung sufisme, Nabi Muhammad saw adalah Manusia Sempurna (Insan Kamil) yang paling sempurna. Sufisme dan Islam hakiki adalah satu dan sama, itu-itu juga.

Jika sufisme berbeda dengan agama, pertanyaan, "Mungkinkah sains dan sufisme selaras?" tidak sama dengan pertanyaan, "Mungkinkah sains dan agama selaras?" Dua pertanyaan ini adalah sama jika yang dimaksud dengan agama di sini adalah agama mistis, atau agama sufi, yang dapat dibedakan dengan agama profetik atau agama non-mistis. Agama mistis menekankan imanensi Tuhan sedangkan agama profetik menekankan transendensi-Nya. Agama-agama mistis tumbuh subur di India dan Cina, sedangkan agama-agama profetik hidup dengan kuat di Timur Tengah dan di Barat.

Perspektif

Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya menceritakan kecaman seorang Muslim terhadap teori sains dasar yang dianggapnya telah dimasukkan ke dalam doktrin wahdatul-wujud, doktrin bahwa satu-satunya wujud hakiki adalah Tuhan, sedangkan alam adalah tempat penampakan diri Tuhan. Orang yang mengecam teori sains dasar itu adalah Javid Ansari, seorang pemikir Muslim revivalis asal Pakistan. Ia mengecam penelitian sains dasar yang dilakukan oleh Profesor Abdussalam, Pemenang Hadiah Nobel 1979 dalam bidang fisika. Javid Ansari mengatakan bahwa setelah suatu masa penelitian Profesor Abdussalam mendemonstrasikan bahwa tenaga-tenaga elektromagnetik dan nuklir lemah –dua dari empat tenaga "fundamental" yang dianggap ada dalam alam ini– pada dasarnya adalah identik. Percobaan berikutnya dilakukan untuk menunjukkan bahwa tenaga nuktlir kuat adalah identik dengan tenaga elektromagnetik. Profesor Abdussalam telah membuktikan bahwa "fakta yang menunjukkan bahwa kita telah mencari satu kesatuan di antara tenaga-tenaga alam yang kelihatannya terpisah adalah bagian dari iman kita sebagai fisikawan…diberi hak istimewa untuk memahami bagian disain Tuhan adalah rahmat dan hak istimewa."

Di mata Javid Ansari, tidak ada yang Islami secara esensial tentang teori Profesor Abdussalam, yang bisa ditemukan dalam karya-karya kaum materialis Yunani Kuno dan yang juga ditemukan dalam karya-karya kaum materialis modern. Konsep kesatuan wujud telah dimasukkan ke dalam doktrin wahdatul-wujud oleh banyak kelompok heterodoks yang menghadirkan Islam sebagai sebuah kombinasi sinkretik dari tema-tema metafisis Arya dan Semitik dan menolak keunikannya.

Demikianlah bagian tulisan Javid Ansari sebagai kecaman terhadap Profesor Abdussalam dalam suatu perdebatan ilmu pengetahuan di Dunia Islam 20 tahun lalu. Perdebatan itu dimuat dalam Arabia pada 1982 dan 1983.3 Kita dapat mengambil dua kesimpulan dari kecaman Javid Ansari ini. Pertama, dalam pandangan Javid Ansari, teori sains dasar yang dianut oleh Pofesor Abdussalam sejalan dengan doktrin wahdatul-wujud, doktrin yang dianut oleh para sufi mazhab Ibnu Arabi. Kedua, dalam pandangan Javid Ansari, baik teori sains dasar itu maupun doktrin wahdatul-wujud tidak sesuai dengan Islam, alias sesat.

Sikap menentang teori sains dasar tadi dan doktrin Sufi tentang wahdatul-wujud yang mempengaruhi teori itu adalah suatu perspektif. Sikap mendukung teori sains dasar itu dan doktrin wahdatul-wujud adalah suatu persepektif. Sains adalah suatu perpspektif. Sufisme adalah suatu perspektif. Filsafat adalah suatu perspektif. Teologi adalah suatu perspektif. Fikih adalah suatu perspektif. Perspektif adalah cara memandang atau cara melihat tentang realitas, dunia, alam, atau sesuatu. Perspektif, dengan demikian, berbeda dengan realitas, dunia, alam, atau sesuatu itu.

Niels Bohr betul ketika mengatakan bahwa "Physics is not about how the world is, it is about what we can say about the world"4 (Fisika bukanlah tentang bagaimana alam sebagaimana adanya, ia adalah tentang apa yang bisa kita katakan tentang alam). Misalnya, fisika Newton berbeda dengan fisika Einstein. Karena itu, dunia atau alam dalam fisika Newton berbeda dengan dunia atau alam dalam fisika Einstein meskipun dunia atau alam yang dilihat melalui dua perspektif itu adalah satu dan sama. Dunia dalam penglihatan suatu teori fisika tidak lagi objektif. Yang menjadi persoalan sebenarnya bukanlah realitas, dunia, alam, atau sesuatu, tetapi adalah bagaimana perspektif kita dalam melihat, memandang, atau bersikap terhadap realitas, dunia, alam, atau sesuatu itu.

Dua Cara Berpikir

Warna atau bentuk suatu perspektif ditentukan oleh cara berpikir. Secara garis besar, cara berpikir dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam: Berpikir rasional (rational thinking) dan berpikir imaginal (imaginal thinking).5 Berpikir rasional, yang sering juga disebut berpikir diskursif, bertumpu pada penggunaan akal. Berpikir rasional menekankan kemajemukan, diversitas, perbedaan, dan keterpisahan. Ini adalah cara berpikir "entah ini atau itu." Cara berpkir ini dalam sejarah Islam digunakan oleh para fakih, mutakallim (teolog), dan filosof Peripatetik. Javid Ansari, yang menolak teori sains dasar yang dianut oleh Profesor Abdussalam dan menolak doktrin wahdatul-wujud, seperti disebut di atas, termasuk pemikir yang menggunakan cara berpikir rasional. Berpikir imaginal, yang sering juga disebut berpikir intuitif, menekankan penggunaan hati. Berpikir imaginal cenderung menekankan keesaan, keidentikan, dan pemaduan. Ini adalah cara berpikir "baik ini maupun itu," atau "kedua-duanya." Cara berikir ini menggunakan prinsip coincidentia oppositorum atau prinsip hubungan yin-yang. Cara berpikir ini dalam sejarah Islam digunakan oleh para sufi, filosof yang sufi atau filosof Iluminasionis (Isyraqi).

Tentang hubungan antara Tuhan dan alam, misalnya, para teolog dan filosof menekankan perbedaan dan keterpisahan antara Tuhan dan alam, transendensi Tuhan atas alam. Sedangkan para mistikus atau sufi menekankan kesatuan dan keidentikan Tuhan dan alam, dan pemaduan imanensi dan transendensi Tuhan.

Pertanyaan, "Mungkinkah sains dan sufisme selaras?" tidak dapat dijawab dengan sederhana karena dua alasan. Pertama, yang dimaksud sains tidak hanya sains-sains kealaman, tetapi juga sains-sains sosial. Sains-sains kealaman memiliki ciri-ciri yang bebeda dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh sains-sains sosial. Apakah keselarasan yang dipertanyakan adalah keselarasan antara sains-sains kealaman dan sufisme, atau keselarasan antara sains-sains sosial dan sufisme, atau keselarasan antara sains-sains (baik kealaman maupun sosial) dan sufisme. Kedua, ada persoalan-persoalan tertentu dalam sains yang menimbulkan perbedaan pendapat bukan hanya antara para ilmuwan dan para pemikir agama, tetapi juga antara sesama para pemikir agama. Teori evolusi, misalnya, didukung oleh banyak ilmuwan, filosof dan mistikus, tetapi juga ditolak oleh beberapa ilmuwan, filosof, dan mistikus.

Karya Fritjof Capra The Tao of Physics sering dijadikan rujukan dan sekaligus contoh yang sangat bagus oleh para sarjana dan pemikir untuk menunjukkan kesamamaan-kesamaan antara sains dan mistisisme Timur.6 Karya ini memperlihatkan kesamaan-kesamaan antara fisika modern dan mistisisme Timur yang diwakili oleh Hinduisme, Buddhisme, dan Taoisme. Karya ini dapat mendorong dan membantu pemikir-pemikir Muslim untuk mencari kesamaan-kesamaan antara fisika modern dan sufisme karena kesamaan-kesamaan antara sufisme dan mistisisme Timur. Karya Toshihiko Izutsu Sufism and Taoisme7 adalah contoh yang sangat bagus dari suatu kajian perbandingan yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara konsep-konsep filosofis kunci dalam sufisme yang diwakili oleh Ibnu Arabi, pada satu pihak, dan konsep-konsep filosofis kunci dalam Taoisme yang diwakili oleh Lao Tzu dan Chuang Tzu, pada pihak lain. Jika benar Sufisme dan Taoisme memiliki kesamaan-kesamaan dalam konsep-konsep filosofis kunci, sufisme dan fisika modern juga memiliki kesamaan-kesamaan sebagaimana kesamaan-kesamaan yang dimiliki bersama oleh fisika modern dan Taoisme.

Untuk mencari kesejajaran-kesejajaran antara fisika modern dan mistisisme Timur, Fritjof Capra berangkat dari kesejajaran epistemologis. Menurut Capra, ada dua jenis pengetahuan atau kesadaran manusia: pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif. (Pengetahuan rasional, seperti telah dsebutkan di atas, diperoleh melalui berpikir rasional, sedangkan pengetahuan intuitif diperoleh melalui berpikir imaginal). Meskipun fisika menekankan pengertahuan rasional dan mistisism Timur menekankan pengetahuan intuitif, kedua tipe pengetahuan ini terdapat dalam kedua bidang ini sekaligus. Ini berarti bahwa dalam fisika pengetahuan intuitif pun digunakan dan dalam mistisisme pengetahuan rasional pun ditemukan. Unsur rasional dari riset sebenarnya tidak akan berguna bila tidak dilengkapi oleh intuisi yang memberi para ilmuwan pemahaman-pemahaman baru dan membuat mereka kreatif. Pemahaman-pemahaman intuitif, bagaimana pun, tidak akan berguna bagi fisika kecuali bila pemahaman-pemahaman itu dapat dirumuskan dalam kerangka matematis yang konsisten, yang dilengkapi oleh suatu interpretasi dengan bahasa yang jelas.8

Fritjof Capra mengatakan bahwa para mistikus Timur mengungkapkan pengetahuan mereka dengan kata-kata dengan bantuan mitos-mitos, simbol-simbol, gambaran-gambaran puitis atau pernyataan-pernyataan paradoksikal, sedangkan para fisikawan modern mengungkapkan pengetahuan mereka dengan model-model dan teori-teori verbal. Model-model dan teori-teori verbal mestilah tidak akurat. Model-model dan teori-teori itu adalah imbangan mitos-mitos, simbol-simbol, gambaran-gambaran puitis Timur. Baik para mistikus Timur maupun para fisikawan modern menyadari benar keterbatasan bahasa dan berpikir "linear."9 Pikiran mempunyai peranan yang amat penting dalam mengonstruksi realitas. Capra mengatakan bahwa teori kuantum menunjukkan bahwa "struktur-struktur dan fenomena-fenomena yang kita amati di alam tidak lain daripada ciptaan pikiran kita yang mengukur dan mengategorisasi."10 Teori kuantum menjelaskan bahwa fenomena-fenomena hanya dapat dipahami sebagai hubungan-hubungan dalam suatu rantai proses, yang berujung pada kesadaran pengamat. Capra mengutip kata-kata Eugene Wigner, "Tidaklah mungkin merumuskan hukum-hukum [teori kuantum] dalam suatu cara yang sepenuhnya konsisten tanpa merujuk pada kesadaran."11

Karakteristk epistemologis fisika modern dan mistisisme Timur ini memiliki kesamaan dengan karakteristik epistemologis sufisme bahwa apa yang diketahui diwarnai oleh siapa yang mengetahui. Dengan mengutip kata-kata Junaid, seorang sufi besar dari Bagdad, Ibnu Arabi berkata, "Warna air adalah warna bejana yang ditempatinya" (Lawn al-ma’ lawn ina’ihi).12 Bagi Ibnu Arabi, karakteristik ini berlaku tidak hanya bagi pengetahuan tentang alam, tetapi juga, bahkan terutama, bagi pengetahuan tentang Tuhan sehingga pengetahuan tentang Tuhan lebih merupakan sangkaan (zhann) daripada pengetahuan. Itulah sebabnya mengapa Tuhan melalui sebuah hadis Qudsi berkata, "Aku adalah dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku" (Ana ‘inda zhanni ‘abdi bi).13 Tuhan disangka, bukan diketahui. Dengan kata lain, Tuhan hanya dalam sangkaan manusia, bukan dalam pengetahuannya. Tuhan tidak diketahui dan tidak dapat diketahui. Menarik untuk memerhatikan lanjutan firman Tuhan dalam hadis Qudsi tadi, yaitu, "Maka hendaklah ia [sang hamba] bersangka baik tentang Aku" (Fal-yazhunn bi khayran). Tuhan menyuruh agar kita bersangka baik tentang Dia dalam setiap keadaan dan melarang kita bersangka buruk tentang Dia.

Kesatuan segala Sesuatu

Menurut Capra, karakteristik terpenting pandangan Dunia Timur adalah kesadaran tentang kesatuan dan interrelasi timbal-balik segala sesuatu dan peristiwa, pengalaman akan semua fenomena di dunia sebagai manifestasi-manifestasi dari suatu kesatuan dasar. Segala sesuatu dilihat sebagai bagian-bagian keseluruhan kosmik yang saling tergantung dan tidak dapat dipisahkan; sebagai manifestasi-manifestasi dari realitas terakhir yang sama. Realitas terakhir ini, yang menampakkan dirinya dalam segala sesuatu, disebut Brahman dalam Hinduisme, Dharmakaya dalam Buddhisme, dan Tao dalam Taoisme.14 Capra memandang bahwa kesatuan dasar alam semesta bukan hanya karakteristik sentral pengalaman mistis, tetapi juga adalah salah satu penyingkapan (rahasia) terpenting fisika modern. Kesatuan dasar itu menjadi jelas pada tingkat atomik dan semakin memanifestasikan dirinya ketika seseorang semakin masuk lebih dalam ke dalam materi, turun ke dalam wilayah partikel-partikel subatomik. Berbagai model fisika subatomik mengungkapkan pengetahuan yang sama: bahwa unsur-unsur pokok materi dan fenomena-fenomena dasar yang meliputi unsur-unsur pokok itu semuanya saling terkait, saling terhubung, dan saling tergantung; bahwa semuanya tidak bisa dipahami sebagai entitas-entitas yang terpisah, tetapi sebagai bagian-bagian keseluruhan yang terintegrasi.15

Konsep kesatuan dasar segala sesuatu dalam mistisisme Timur, pada intinya, sama dengan konsep kesatuan wujud (wahdatul-wujud) dalam sufisme Ibnu Arabi dan mazhabnya.16 Sebagaimana mistisisme Timur, sufisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun dalam wujud kecuali Tuhan; hanya ada Satu Wujud Hakiki, yaitu Tuhan. Segala sesuatu selain Tuhan tidak ada pada dirinya sendiri; segala sesuatu itu hanya ada sejauh memanifestasikan wujud Tuhan. Alam adalah lokus penampakan diri Tuhan. Kesamaan kesatuan dasar segala sesuatu dalam mistisisme Timur dan wahdatul-wujud dalam sufisme dengan mudah dapat mendorong para pengkaji untuk mengambil kesimpulan bahwa wahdatul-wujud memiliki kesamaan dengan kesatuan alam semesta sebagai penyingkapan fisika modern

Capra kelihatan terlalu menekankan kesejajaran antara kesatuan segala sesuatu sebagai pengalaman mistis dan kesatuan segala sesuatu sebagai penyingkapan fisika modern sehingga mengabaikan perbedaan antara dua tipe kesatuan itu. Kesatuan segala sesuatu sebagai pengalaman mistis berawal dari realitas tertinggi, atau lebih tepat Realitas Terakhir (dengan huruf besar), yaitu Tuhan, yang menampakkan diri-Nya dalam segala sesuatu di alam semesta ini, sedangkan kesatuan segala sesuatu sebagai penyingkapan fisika tidak menyinggung Realis Terakhir, tetapi terbatas pada partikel-partikel subatomik. Capra lupa melihat perbedaan antara wilayah pengalaman mistis dan wilayah fisika modern. Wilayah pengalaman mistis adalah wilayah spiritual, sedangkan wilayah fisika adalah wilayah material empiris. Jika fisika melompat ke wilayah spiritual-metafisis, ia telah berubah menjadi pengalaman mistis. Boleh jadi, bagi Capra, memang tidak ada lagi batas yang tegas antara wilayah pengalaman mistis dan wilayah fisika.

Menarik memperhatikan cara berpikir ‘Aynul-Qudhat Hamadani, seorang sufi-filosof Persia, yang dicirikan oleh prinsip fundamental yang membedakan antara dua wilayah: "wilayah akal" (thawr al-‘aql) dan "wilayah di luar akal" (thawr wara’ al-‘aql). Masing-masing dari kedua wilayah ini harus dipahami sebagai suatu keadaan subjektif kesadaran dan suatu keadaan objektif realitas sekaligus, meskipun sebenarnya tidak ada perbedaan antara suatu keadaan subjektif kesadaran dan suatu keadaan objektif realitas. ‘Aynul-Qudhat menggambarkan "wilayah akal" dan "wilayah di luar akal" sebagai dua wilayah yang berdampingan, yang keduanya saling bertalian. Ia mengatakan bahwa "batas-batas terakhir wilayah akal berhubungan dengan batas-batas pertama wilayah di luar akal."17 Ini berarti bahwa tingkat terakhir "wilayah akal" adalah tingkat pertama "wilayah di luar akal," sehingga orang-orang yang telah mencapai batas terjauh "wilayah akal" dengan berusaha habis-habisan menggunakan segala daya sajalah yang mampu melangkah ke dalam wilayah daya transrasional jiwa. Wilayah terakhir ini menyingkapkan dirinya kepada manusia ketika, pada ujung kekuatan rasionalnya, seberkas cahaya yang menyinari secara penuh muncul tiba-tiba di dalam batinnya.18 Munculnya "cahaya dalam batin" (an-nur fi al-bathin) mengubah visi tentang dunia kepada sesuatu yang tidak dipikirkan oleh manusia.

"Wilayah akal" sebagai keadaan batini subjek berarti fungsi rasional dan analisis dari akal yang dilakukan atas basis bahan-bahan yang dilengkapi dengan pengalaman indera. Secara objektif, "wilayah akal" berarti dunia empiris, dimensi fenomenal realitas, yang di dalamnya akal memenuhi peranan alamiahnya. "Wilayah di luar akal," jika dilihat sebagai suatu keadaan subjektif kesadaran, berarti lapisan terdalam kesadaran, yang di dalamnya jiwa manusia yang kehilangan sifat manusiawinya sendiri mulai mengadakan kontak langsung dengan tatanan "Ilahi" segala sesuatu. "Wilayah di luar akal," jika dilihat sebagai suatu keadaan objektif realitas, berarti tatanan "Ilahi" segala sesuatu, yaitu dimensi transrasional dan suprainderawi dari realitas, yang akan menampakkan dirinya hanya kepada kesadaran seorang sufi dalam kontemplasi yang dalam.19

Wilayah fisika modern tidak sama dengan wilayah sufisme. Wilayah fisika adalah wilayah rasional, wilayah empiris, wilayah fenomenal, sedangkan wilayah sufisme adalah wilayah transrasional, wilayah supraindrawi, wilayah spiritual, wilayah Ilahi. Ini tidak berarti bahwa fisika modern tidak berguna bagi sufisme. Fisika modern dapat menjadi pintu gerbang kepada sufisme dan sekaligus cara untuk meningkatkan kualitas pengalaman mistis.

Tarian Kosmik

Capra mengatakan bahwa eksplorasi dunia subatomik pada abad ke-10 telah menyingkapkan natur dinamis materi. Eksplorasi itu telah menunjukkan bahwa unsur-unsur pokok dari atom-atom, partikel-partikel subatomik, adalah pola-pola dinamis yang tidak ada sebagai entitas-entitas yang terisolasi, tetapi sebagai bagian-bagian integral dari jaringan interaksi-interaksi yang tidak dapat dipisahkan. Interaksi-interaksi ini meliputi suatu aliran terus-menerus dari energi yang memanifestasikan dirinya sebagai pertukaran partikel-partikel; suatu keadaan saling mempengaruhi yang dinamis yang di dalamnya partikel-partikel diciptakan dan dihancurkan tanpa akhir dan suatu variasi berkelanjutan dari pola-pola energi. Interaksi-interaksi partikel menimbulkan struktur-struktur yang stabil yang membangun dunia material, yang tidak lagi tetap statis, tetapi berputar dalam gerakan-gerakan ritmis. Keseluruhan alam semesta terikat dalam gerak dan aktivitas yang tidak pernah berhenti; dalam sebuah tarian kosmik energi yang terus-menerus.20

Para mistikus Timur memiliki suatu pandangan dinamis tentang alam semesta yang serupa dengan pandangan fisika modern, dan akibatnya tidak mengejutkan bahwa mereka juga menggunakan gambaran tarian untuk memberitahukan intuisi mereka tentang alam.21 Tarian kosmik ini disimbolkan dengan sangat indah dalam Hinduisme dengan tarian Shiva. "Menurut kepercayaan Hindu, semua kehidupan adalah bagian dari suatu proses ritmis besar dari penciptaan dan penghancuran, dari kematian dan kelahiran kembali, dan tarian Shiva menyimbolkan ritme kehidupan-kematian abadi ini yang berlangsung dalam siklus yang tidak pernah berakhir."22

Fisika modern telah menunjukkan bahwa ritme penciptaan dan penghancuran bukan hanya manifestasi dalam perputaran musim-musim dan dalam kematian dan kelahiran seluruh makhluk hidup, tetapi juga adalah esensi materi inorganik. Menurut teori medan kuantum, semua interaksi antara unsur-unsur pokok materi berlangsung melalui pemancaran dan penyerapan partikel-partikel yang sesungguhnya. Lebih dari itu, tarian penciptaan dan penghancuran adalah dasar eksistensi materi itu sendiri, karena semua partikel material "menginteraksikan-diri" dengan memancarakan dan menyerap partikel-partikel yang sesungguhnya. Fisika modern telah menyingkapkan bahwa setiap partikel subatomik tidak hanya melakukan suatu tarian energi, tetapi juga adalah suatu tarian energi; suatu proses yang bergetar dari penciptaan dan penghancuran.23

Bagi fisikawan modern, tarian Shiva adalah tarian materi subatomik. Seperti dalam mitologi Hindu, tarian itu adalah tarian terus-menerus penciptaan dan penghancuran yang meliputi keseluruhan kosmos; dasar keseluruhan eksistensi dan keseluruhan fenomena alamiah.24

Teori para mistikus Timur dan para fisikawan modern bahwa alam bergerak dan berubah terus-menerus, menjadi dan hancur berulang-ulang tanpa berhenti, serupa dengan teori para sufi bahwa alam sebagai penampakan diri (tajalli) Tuhan diciptakan terus-menerus. Penciptaan alam, atau proses penciptaan alam, identik dengan tajalli. Karena tajalli terjadi secara terus-menerus tanpa awal dan tanpa akhir, "Yang selama-lamanya ada dan akan selalu ada,"25 maka penciptaan alam juga terjadi terus-menerus. Tuhan ber-tajalli dalam bentuk-bentuk yang tidak terbatas jumlahnya. Bentuk-bentuk itu tidak ada yang sama dan tidak pernah dan tidak akan terulang secara persis sama. Semuanya terjadi dalam perubahan terus-menerus tanpa berhenti. Ibnu Arabi mengatakan bahwa apa yang terdapat dalam alam berubah dari suatu keadaan kepada keadaan lain. Alam temporal berubah setiap kejap. Alam nafas berubah pada setiap nafas dan alam tajalli berubah pada setiap tajalli. Allah Swt berfirman, "Setiap waktu Dia dalam kesibukan" (Q 55:29). Ibnu Arabi mengutip kata-kata Abu Thalib dan Rijalullah, "Sesungguhnya Allah Swt selama-lamanya tidak melakukan tajalli dalam satu bentuk bagi dua individu atau pribadi, dan tidak pula dalam satu bentuk dua kali."26

Teori penciptaan yang tak pernah berhenti ini disebut "penciptaan baru" (khalq jadid). "Penciptaan baru" mengandung arti bahwa setiap ciptaan Tuhan adalah baru setiap saat karena alam, seperti dalam konsep tarian kosmik, menjadi dan hancur, datang dan hilang, setiap saat secara terus-menerus tanpa berhenti. Ibnu Arabi menagatakan bahwa "setiap tajalli memberikan ciptaan baru dan melenyapkan ciptaan [lain yang mendahuluinya]. Kelenyapan identik dengan kemusnahan (ketiadaan) pada tajalli [baru] dan kelanjutan [bagi ciptaan lain] yang diberikan oleh tajalli lain berikutnya."27 Ibnu Arabi melukiskan hubungan antara Tuhan dan alam seperti hubungan matahari dan cahayanya. Cahaya matahari adalah seperti nyala lilin yang seolah-olah tetap ada ketika menyala. Mata kita melihat api tetap ada. Tetapi sebenarnya mata kita tertipu. Sebenarnya nyala api muncul dan lenyap. Setiapkali muncul nyala api baru, yang kemudian menghilang, disusul oleh nyala api yang lain, yang kemudian juga menghilang, dan kemudian disusul oleh nyala api yang lain pula, dan begitu seterusnya.

Memang ada kesejajaran antara teori para sufi bahwa alam bergerak dan berubah, menjadi dan hancur, diciptakan terus-menerus tanpa berhenti, dan teori para fisikawan dan para mistikus Timur bahwa alam mengalami gerak dan perubahan, penciptaan dan penghancuran terus-menerus tanpa berhenti. Tetapi Capra, karena menekankan persamaan-persamaan, tidak melihat perbedaan antara teori para fisikawan dan teori para mistikus Timur tentang sumber gerak tarian kosmik itu. Dengan kata lain, Capra tidak melihat perbedaan antara kedua teori itu tentang "penari" kosmik itu. Dalam tradisi Hindu, hubungan antara Tuhan dan alam sering diumpamakan dengan hubungan antara penari dan tarian. Penari dan tarian bukan dua karena tidak ada tarian tanpa penari dan tidak ada penari tanpa tarian; keduanya tidak dapat dipisahkan. Tetapi penari dan tarian bukan pula satu karena penari berbeda dengan tarian. Teori fisika modern tidak menjelaskan bahwa "penari" itu adalah Tuhan. Teori fisika modern membatasi perhatiannya pada alam empiris karena wilyahnya memang itu.

Perumpamaan hubungan antara Tuhan dan alam dengan hubungan antara penari dan tarian serupa dengan perumpamaan yang dipakai oleh Hazrat Inayat Khan (1882-1927), seorang guru sufi asal India, untuk melukiskan hubungan antara Tuhan dan alam. Bagi Inayat Khan, alam adalah musik atau alat musik. Bagai musik, alam alam adalah harmoni dan keteraturan. Pepohonan melambaikan cabangnya dengan gembira mengikuti irama angin; bunyi lautan, desis angin, terpaan angin pada batu, bukit dan gunung, kilat dan gemuruh guntur, harmoni matahari dan bulan, gerakan bintang dan planet, bunga bermekaran, gugurnya dedaunan, pergantian yang teratur pagi, sore, siang dan malam – bagi orang bijak semua itu adalah musik alam. Satun-satunya pemusiknya adalah Pemusik Gaib, yaitu Tuhan.28

Bagaimanapun, sumbangan Capra untuk menunjukkan kesejajaran-kesejajaran antara fisika modern dan mistisisme Timur patut dihargai karena ia telah berhasil menunjukkan pada suatu tingkat tertentu kesejajaran-kesejajaran antara kedua bidang itu. Paling tidak, jarak antara fisika dan mistisisme makin dekat, bahkan berdempetan. Fisika modern telah memberikan bantuan yang luar biasa bagi pencari Tuhan untuk menajamkan dan meningkatkan kepekaannya terhadap kehadiran Sang Penari.

Catatan Akhir

Sampai batas tertentu, fisika modern dan sufisme, seperti mistisisme Timur, mempunyai kesejajaran-kesejarajan yang tidak bisa diingkari. Fisika modern dan sufisme sama-sama mengakui kesatuan alam semesta, dan gerak dan perubahan harmonis semesta, yang manjadi dan hancur, terus-menerus tanpa berhenti. Wilayah yang menjadi tempat kesejajaran-kesejajaran ini adalah "wilayah akal," wilayah rasional, wilayah fenomenal. Berbeda dengan fisika yang membatasi perhatiannya pada wilayah ini, sufisme melanjutkan perjalanannya kepada "wilayah di luar akal," wilayah transrasional, wilayah suprainderawi, wilayah spiritual, wilayah Ilahi. Sufisme melanjutkan tugas yang tidak dapat dijalankan oleh fisika.

Ketika melihat harmoni alam semesta, memerhatikan ombak yang bergulung-gulung, dan merasakan irama nafas, Capra sadar bahwa segenap lingkungannya terikat dengan tarian kosmik raksasa. Sebagai seorang fisikawan, Capra mengetahui bahwa semua yang ada dan semua yang terjadi di alam ini sesuai dengan teori fisika modern yang dianutnya. Lebih dari itu, ia merasakan kehadiran Sang Penari Hakiki. Para sufi pun selalu "melihat" Sang Penari Hakiki, atau Sang Pemusik Agung, ketika melihat tarian-Nya, atau musik-Nya, kapan saja dan di mana saja. Fisika modern dapat mengingatkan manusia pada tarian kosmik atau musik kosmik yang menunjukkan kehadiran Penarinya, atau Pemusiknya. Fisika modern dapat meningkatkan kepekaan kesadaran akan kehadiran Tuhan. Fisika modern dapat membantu meningkatkan kualitas spiritual.

Wallahu a‘lam bish-shawab.

CATATAN KAKI:

1 Berasal dari makalah yang disampaikan pada Diskusi "Membedah Fritjof Capra: Menggali Kemungkinan Integrasi Sains, Filsafat, dan Agama," yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan PT Bogasari, pada Selasa, 13 April 2004, di Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di Ciputat.

2 Robert Frager, Heart, Self & Soul: The Sufi Psychology of Growth, Balance, and Harmony (Wheaton, Illinois: Theosophical Publishing House, 1999), hal.1.

3 Javid Ansari, "This is All a formula for Islamic Scientific Impotence," Arabia: The Islamic World Review, no.20 (April 1983), hal.55.

4 Paul Davis dan John Gribbin, melalui karya mereka The Matter Myth (New York: Simon & Schuster, 1992), dengan mengutip Niels Bohr.

5 Uraian ringkas tentang dua cara berpikir ini dapat dibaca dalam Toshihiko Izutsu, "Ishraqiyah," The Encyclopedia of Religion, diedit oleh Mircea Eliade, 16 volume. (New York: Macmillan, 1987), 7:296-298; William C. Chittick, "Sufi Thought and Practice," The Oxford Encyclopedia of the Modern IslamicWorld, diedit oleh John L. Esposito, 4 volume. (New York & Oxford: Oxford University Press, 1998), 4:105-106; Daniel J Adams, Cross Cultural Theology: Western Reflections in Asia (New York: John Knox Press, 1987).

6 William Johnston, Mystical Theology: The Science of Love (London: Harper Collins Religious, 1995); Jusuf Sutanto, Bhinneka Tunggal Ika dalam Cahaya Falsafah Ying-Yang," dalam Daoed Joesoef dan Jusuf Sutanto, Dua Renungan tentang Manusia, Masyarakat dan Alam Semesta (Jakarta: CSIS, 1990), h. 74-107; Bede Griffiths, A New Vision of Reality: Western Science, Eastern Mysticisme and Christian Faith (Springdfield, Illinois: Templegate Publishers, 1989).

7 Toshihiko Izutsu, Sufism and Taoism: A Comaparative Study of Key Philosophical Concepts (Los Angeles: University of California Press, 1983).

8 Fritjof Capra, The Tao of Physics (Boston: New Science Library, 1995), hal.31.

9 Ibid., hal.44.

10 Ibid., hal.277.

11 Ibid., hal.300.

12 Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, diedit oleh Abul-Ala Afifi, 2 bagian (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1980), 1:225-226.

13 Ibnu Arabi, al-Futuhat al-Makkiyyah, 4 volume. (Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun), jil.4, hal.446.

14 Capra, The Tao of Physics, hal.130-131.

15 Ibid., hal.131.

16 Uraian tentang doktrin wahdatul-wujud-nya Ibnu Arabi dapat dibaca dalam William C. Chittick, "Ebno’i-‘Arabi’s Doctrine of the Oneness of Being," Sufi, Issue 4 (Winter 189-1990): 6-14; Kausar Azhari Noer, Ibnu Arabi: Wahdatul-Wujud dalam Perdebatan (Jakarta: Paramadina, 1995).

17 ‘Aynul-Qudhat Hamadani, Zubdat al-Haqaiq, ed. Afif Usayran (Tehran: University of Teheran, 1962), hal.35.

18 Toshihiko Izutsu, "Creation and Timeless Order of Things: A Study in the Mystical Philosophy of ‘Aynul-Qudhat," The Philosophical Forum, IV, 1 (1972): 126.

19 Izutsu, "Creation and Timeless Order of Things," hal.127.

20 Capra, The Tao of Physics, hal.225.

21 Ibid., hal.241.

22 Ibid., hal.242.

23 Ibid., hal.244.

24 Ibid., hal.245.

25 Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, jil.1, hal.49.

26 Ibid., jil.1, hal.266.

27 Ibid., jil.1, hal.126.

28 Hazrat Inayat Khan, The Mysticism of Sound and Music (Boston & London, 1996).

Rabu, 17 Desember 2008

Chavez Sanjung Pelempar Sepatu ke Bush




Presiden Venezuela Hugo Chavez yang anti-AS, Senin (15/12), menyanjung wartawan Irak yang melemparkan sepatunya ke Presiden AS George W Bush sebagai pria berani. Chavez, yang selama bertahun-tahun juga melontarkan penghinaan terhadap presiden AS, mengatakan, ia tersenyum lebar selama pemutaran gambar mengenai peristiwa tersebut selama pertemuan kabinet yang ditayangkan stasiun televisi Venezuela. “Untung (sepatu) itu tidak mengenai dia. Saya tidak mendorong orang melempar sepatu ke siapa pun, tapi sungguh, betapa berani pelempar sepatu itu,” katanya. Wartawan Irak Muntazer Al-Zaidi melemparkan kedua sepatunya ke Bush dan menyebut dia “anjing” selama konferensi pers di Baghdad pada Minggu. Ulahnya itu membuat Zaidi langsung terkenal di seluruh dunia dan mendapat dukungan luas di Timur Tengah. Chavez adalah pengkritik perang AS melawan teror di Irak dan Afghanistan dan sering kali menyebut Bush “Keledai”, “Pemabuk”, atau “Bapak Bahaya”. Ia paling terkenal menyebut Bush “Iblis”, selama pidato di markas PBB di New York, sambil mengendus udara dan mengatakan masih tercium bau belerang setelah Bush meninggalkan podium. Selama 10 tahun memangku jabatan, Chavez getol menggalang dukungan banyak negara, termasuk Iran, Kuba, dan Rusia guna membuat lemah pengaruh Washington di pentas dunia. Stasiun televisi Venezuela pada hari Senin dilaporkan menayangkan kembali cuplikan peristiwa pelemparan sepatu itu.(kompas)

Selasa, 16 Desember 2008

Muntadhar al-Zaidi, Pelempar Bush, Patah Tulang Tangan dan Wajahnya Tersayat


zaydi

Muntadhar (Muntazer) al-Zaidi, wartawan Irak, yang menyambit sepasang sepatunya ke arah Presiden AS, George W. Bush, dikabarkan menderita patah tangan dan tulang rusuk setelah dibekuk oleh petugas keamanan Irak yang membekuknya. Selain itu terlihat sayatan luka di wajah al-Zaidi saat digiring ke luar ruangan konfrensi pers dalam insiden di Baghdad, 14 Desember 2008.

Demikian menurut saudara al-Zaidi, Durgham, dan seorang wartawan kantor berita AFP yang menyaksikan langsung penyambitan tersebut, seperti dikutip laman surat kabar The Telegraph, Selasa 16 Desember 2008.

“Dia menderita patah tangan dan tulang rusuk. Selain itu ada sayatan luka di mata dan tangannya,” kata Durgham. Namun, dia mengaku tidak melihat langsung melainkan diberi tahu oleh seseorang. Sedangkan seorang wartawan AFP menyaksikan luka sayat di wajah al-Zaidi saat digiring oleh aparat keamanan.

Durgham juga mengatakan bahwa saudaranya tersebut kini masih ditahan di kawasan “Zona Hijau” - yaitu kawasan di pusat kota Baghdad yang mendapat penjagaan ekstra ketat dimana terdapat gedung Kedutaan Besar AS dan sejumlah kantor pemerintah Irak.

“Dia sedang ditahan oleh pasukan di bawah pimpinan Muaffaq al-Rubaie [penasihat keamanan nasional Irak],” kata Durgham.

Al-Zaidi merupakan wartawan berusia 29 tahun yang bekerja untuk stasiun televisi al-Baghdadia.(vivanews)

Senin, 15 Desember 2008

Menhan AS Desak Negara-negara Teluk Kucilkan Iran



Meski sudah bangrut dan terbukti gagal, Amerika masih saja menggunakan politik intrik dan adu domba.

Dalam Pertemuan yang dihadiri oleh 52 negara yang berkepentingan dengan kawasan Teluk Persia, termasuk Iran, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gets, mengajukan dua proposal, yaitu pengucilan Iran secara ekonomi dengan dalih Iran merupakan ancaman bagi keamanan negara-negara Teluk, sekutunya, dan memasukkan Irak dalam organisasi Kerjasama Teluk.

Meski menjadi kawasan peliharaan Amerika, terutama sejak agresi Irak ke Kuwait, negara-negara Teluk kali ini menolak tegas dua proposal itu. Demikian dilaporkan aljazeera.

Meski Iran mempunyai sejumlah masalah dan perelisihan dengan Emirat dan Qatar terkait dua pulau yang disengketakan, namun pengaruh Iran di hampir seluruh negara Arab, terutama di Teluk, menjadi pertimbangan khusus penolakan tersebut. Selain itu, Iran yang telah menunjukkan kemajuan dalam bidang teknologi, militer dan ekonomi juga menjadi alasan kedua.

Meski demikian, reaksi berupa penolakan tersebut yang disampaikan secara terbuka dan cepat, menurutnya, baru dan tidak terduga. Ini juga menunjukkan betapa pengaruh Amerika di Timur Tengah mulai dapat dikurangi oleh Iran dan Suriah sejak kegagagalan politik imperalistik Bush di Irak dan Afghanistan.

Adapun tentang desakan untuk memasukkan Irak ke dalam Organisasi Teluk, jumlah penduduk yang sangat besar, pengaruh intervensi politik AS di dalamnya dan kekhawatiran menguatnya faksi anti Amerika yang didukung Iran, menjadi alasan penolakan negara-negara Teluk atas usulan tersebut.

Sebenarnya, alasan utama penolakan ini adalah beda sistem negara. Tujuh negara yang menjadi Organisasi Kerjasama Teluk (yang terbentuk 1981) itu semuanya tidak demokratis dan merupakan negara kerajaan dan keamiran berdasarkan dominasi suku. Masuknya Irak, yang republik, akan mengubah karakter dasar organisasi negara-negara yang tak memiliki independensi militer itu.

Kamis, 04 Desember 2008

Trinitas vs. Unitarian


TRINITAS

1. Allah = Tuhan Bapa

2. Yesus = Tuhan Anak/Kalam/Firman/Sabda/Logos

3. Roh Kudus = Kuasa Allah

UNITARIAN

1. Allah = Tuhan Semesta Alam

2. Yesus = seorang nabi & rasul(utusan)

3. Roh Kudus = Malaikat Jibril/Gabriel(perantara/pembawa wahyu)

-sumber: Misteri Darah dan Penebusan Dosa karya M. Hashim

Sutradara Iran Persiapkan Film Yesus Versi Islam

Kamis, 17/07/2008 | 07:18:19

Nader Talebzadeh - Sang Sutradara

“Ini Yesus,” kata seorang pria.

Yesus, yang ditunjuk pun duduk di samping kawannya, Nader Talebzadeh. Nader ialah sutradara Iran yang saat ini membesut film “Jesus Spirit of God”, film terbaru bertema kisah hidup Isa Al Masih dalam versi Islam. Tokoh yang oleh umat Nasrani dipercaya sebagai messiah, anak Tuhan yang disiksa kaum Judah dan pengabar kedatangan Muhammad sebagai utusan terakhir, diperankan oleh Ahmad Soleimani-Nia, pria yang dipanggil Yesus tadi, ketika sang sutradara mengenalkan aktor utamanya kepada publik

“Saya berdoa untuk umat Kristiani. Mereka salah memahami. Suatu hari, mereka akan menyadari kebenaran cerita yang sesungguhnya,” ujar Nader saat diwawancarai oleh Los Angeles Times, April silam. Kini film Nader telah mengikuti seleksi di beberapa festival film Internasional dan dipasarkan secara meluas.

Untuk menggarap film Jesus Spirit, Nader mengaku mengambil acuan dari naskah Al Qur’an dan ajaran Barnabas-yang oleh banyak pelajar Barat dianggap sekedar dongeng fabel era pertengahan. Premis yang diusung dalam film ini bisa ditebak, Yesus ialah penyebar kasih sayang dengan mukjizat keajaiban, tapi tidak mati disalib dan tidak bangkit dari kematian. Nader memang ingin memberi pesan, jika Kristen, kepercayaan yang dianut lebih dari 2 milyar umat dan inti dari mayoritas filosofi barat ialah berdasar hal yang salah.

Nader yang tumbuh di Iran saat pemerintahan Shah Mohammed Reza Pahlevi menuturkan jika di tahun 1970 dirinya hijrah ke Amerika dan menimba ilmu di American University, Washington, DC dan Colombia University, New York. Ia mengaku menyaksikan momen-momen protes anti perang terhadap Vietnam dan mundurnya Richard Nixon, di Negara Paman Sam tersebut

Saat itu Iran masih menjadi sekutu Amerika. Status berubah di tahun 1979, ketika Ayatollah Ruhollah Khomeini memimpin revolusi dan menempatkan ulama di pucuk pimpinan serta sempat menyandera 52 warga Amerika selama 444 hari.

“Saya kembali ke Iran dengan perasaan bahwa ada salah paham yang besar dari Barat tentang negara saya. Iran dipropaganda hitam,”ujar Nader

“Jika ada satu hal yang ingin saya lakukan dalam hidup ialah membuat film ini,” ungkap sutradara yang memenangkan penghargaan Dialog Antar Kepercayaan di Religion Today Film Festival, Italia, 2007 silam. “Saya tidak berkata Yesus tidak disalib. Tuhan yang melakukan. Itu semua ada di Al Qur’an. Film ini dibuat dengan keyakinan. Saya mencoba membuatnya seindah yang saya bisa,” imbuhnya



Film Besutan Nader

Ia sendiri berharap jika film 35-milimeter besutannya mampu memulai dialog antar agama. “Kita harus bergabung bersama dalam dunia informasi serba cepat, tidak untuk memberi pemahaman distorsi. Kita harus berkata, ‘Sudahkah anda melihat pintu ini untuk mengetahui kebenaran tentang Yesus,” ujar Nader

Beberapa warga Amerika telah ‘mengintip’ melalui pintu Nader. Film tersebut telah diputar empat kali di depan publik Amerika dan baru-baru ini diseleksi untuk mengikuti Festival Film Philadelphia, AS. Ia mengatakan jika sebenarnya banyak orang yang menerima dengan pikiran terbuka dan bahkan tergelitik dengan pertanyaan sejarah dan agama yang ditimbulkan

Jesus Spirit ini nyaris dibuat selama sepuluh tahun. Ia keluar saat perdebatan keras retorika antara Washington dan Tehran dan pemisahan antara Islam dan Barat yang telah menghasilkan situs-situs online jihad, bermacam rekaman apokalipse di DVD, editorial kartun Nabi Muhammad, saw, dan terakhir rekaman Osama bin Laden yang menantang Pope Benedict XVI untuk “perang salib baru” melawan Islam.

Sejak dulu agama memang menjadi inti dari ketegangan antara Timur dan Barat. Kondisi tersebut diperparah dengan perang budaya yang lebih luas ketika simbol dan teks suci diserang dan dimanipulasi dalam internet, film dan TV kabel,. Film Belanda terbaru yang diproduksi golongan sayap kanan misalnya, membandingkan Al Qur’an dengan “Mein Kampf” milik Adolf Hitler. Film tersebut menggambarkan Islam sebagai agama kekerasan. Sebagai balasan, blogger asal Saudi memposting video yang menunjukkan jika Injil dapat dimaknai sebagai dokument strategi perang

Nader pun memahami jika Yesus versi filmnya berada di wilayah yang rentan dan sensitif. Seorang blogger Kristen dengan marah menuliskan jika banyak kesalahan dalam pemahaman sang sutradara akan Yesus dan Kekristenan. “Itu hanyalah salah satu propaganda Setan yang tidak memang tidak memiliki tujuan nyata dalam hidup,”

Durasi asli serial sepanjang 1000 menit ini diedit dalam format DVD kasar seharga $5 perkepingnya, dan TV Iran siap menyiarkan. Menyajikan tokoh Isa sebagai nabi yang menyampaikan ajaran agama, bergerak dalam cahaya lembut dan senandung khudus ditengah hiruk-pikuk kaum Bani Israil.

Narasi dan dialog yang disajikan berdasarkan ajaran Islam dan Injil Barnabas, kitab terakhir—yang menurut sutradara—disembunyikan oleh otoritas gereja agar tidak mengganggu stabilitas iman umat Kristen.

Banyak pelajar mempercayai jika gospel atau ajaran Kristen,( tidak termasuk karya kanonik di awal Gereja Katholik) yang ditulis beberapa abad kemudian ialah turunan dari Barnabas. Kitab tersebut memang beririsan dengan cerita-cerita Mathius, Markus, Lukas, Yohannes namun tidak menulis keberadaan Yesus sebagai anak Tuhan.

Cerita Barnabas beresonansi dengan kaum Muslim yang mempercayai ajaran Al Qur’an jika, Isa lahir dari perawan, bukan Tuhan melainkan salah satu dari lima rasul besar.

Dalam film tersebut Nader juga menunjukkan jika Yesus bangkit menuju Surga sebelum prajurit Romawi mendatangi. Judas, salah satu murid Yesus yang berkhianat berubah mirip sang guru dan dialah yang disalib. Berdasar kepercayaan Islam, Yesus saat ini hidup dan akan kembali untuk mengalahkan iblis.

”Barnabas ialah mata rantai yang hilang, dan dunia masih belum siap untuk menerimanya kembali. Itu ialah bagian teks yang harus kita lihat dan kaji pula,” kata Nader,

Nia Sang “Yesus”

Dia ialah Muslim Iran yang sangat mirip dengan imej Yesus versi Hollywood bahkan versi Renaisan. Ahmad Soleimani-Nia telah memerani tokoh Yesus selama tujuh tahun, memelihara rambut dan janggutnya tetap panjang.

Melihat raut mukanya, Nia-begitu aktor utama ini kerap disapa-sangat mirip bintang rock tahun 1970-an. Dia tidak pernah berakting sebelumnya, namun kulitnya yang terang dan sudut wajahnya yang tajam bercampur dengan ciri Timur Tengah, mampu menggabungkan estetika Barat dan spirtualitas Timur.

 Dalam kehidupan nyata, Nia tinggal di Tehran. Dia dulu adalah anggota tentara angkatan darat Iran dan menjadi ahli besi dalam Badan Energi Atom Iran, yang dituduh pemerintah Bush kedok bagi pengadaan senjata. Itu merupakan fakta ironi bagi masyarakat barat khususnya Amerika Serikat.

Fakta ini mungkin mengganggu beberapa warga Amerika, terutama dari sayap kanan. Namun sepertinya tidak akan semengganggu pesan yang disampaikan oleh film itu sendiri, yaitu Yesus tidak disalib dan tidak bangkit dari kematian.

“Saya tidak pernah ingat mengapa saya begitu terlibat dengan peran ini,” kata Nia, pria yang lahir di bagian barat Iran dekat wilayah Kurdistan Irak. “Itu bermula ketika saya masih kecil, usia 7 atau 8 tahun. Saya melihat lukisan Leonardo da Vinci ‘Last Supper’ dan saya diidentikkan dengan Yesus. Dia selalu bersama saya sejak itu. Dalam lingkungan saya, dengan rambut panjang dan jenggot tebal, saya dianggap sebagai Yesus,” tuturnya.

Nader si sutradara sendiri sempat melontarkan canda ketika ia tengah mencari pemeran utama namun tak kunjung mendapatkan. Menemukan Nia ternyata berawal dari ketidaksengajaan. Menurut Nader, suatu hari, asistennya menunjuk Nia yang sedang melintas di sebuah jalan dan berteriak. “Aku temukan Yesus mu!”.

Yudas Iskariot: Pengkhianat atau Pahlawan?





Di tangan orang yang tidak paham, segepok naskah kuno tidak berarti apa-apa. Itulah nasib Injil Yudas. Selama hampir tiga dekade, lembar-lembar papirus yang dibungkus dengan kulit binatang hanyalah dihargai sebatas barang kuno. Sampai akhirnya, di kamar sebuah hotel di Jenewa, Mei 1983, manuskrip berbahasa campuran Yunani dan Koptik itu ditawarkan kepada Dr. Stephen Emmel, yang mendapat tugas dari Southern Methodist University untuk mengecek naskah tersebut.

Harga yang ditawarkan US$ 3 juta. Angka ini di luar kemampuan universitas. Injil Yudas sempat ditawarkan secara diam-diam. Namun, tidak ada satu pun perpustakaan besar di Amerika yang berminat, karena mereka juga mempertanyakan asal-muasalnya. Tiba-tiba sebuah lembaga nirlaba yang berkedudukan di Basel, Maecenas Foundation, membeli manuskrip itu. Lembaga ini diketuai Mario Jean Roberty, seorang pengacara.

Menurut pemilik sebelumnya, naskah kuno itu ditemukan di Muhafazat al-Minya, Mesir, antara 1950-an dan 1960-an. Keberadaan teks itu diungkap di depan publik pertama kali oleh Rudolf Kasser dalam konferensi pakar-pakar Koptik di Paris, Juli 2004. Kemudian, pada 30 Maret 2005, juru bicara Maecenas menyatakan rencananya untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Naskah yang kondisinya sangat rapuh itu kini terus dalam proses penyelamatan dan pemeliharaan.

Maecenas Foundation juga mengumumkan komposisi tim yang terdiri dari beberapa pakar sejarah Koptik, yang diketuai Rudolf Kasser, bekas profesor di Universitas Jenewa. Rudolf Kasser dikenal luas sebagai pemimpin terjemahan manuskrip kuno yang ditemukan di Nag 'Hammadi, Mesir, pada 1945.

Teks Nag 'Hammadi memuat ungkapan iman dari penulis-penulis Gnostik (pengetahuan mistik) pada awal pembentukan komunitas Kristen. Teks-teks Nag 'Hammadi sebagian besar memiliki kesamaan tahun dengan naskah kuno Injil Yudas. Tulisan-tulisan Gnostik pada awal pembentukan agama Kristen dikategorikan sebagai bid'ah oleh para pemimpin Gereja Kristen abad kedua sampai abad keempat.

Bila kerja tim sesuai rencana, dalam waktu satu tahun proyek itu akan kelar. Direktur Maecenas, Roberty, menyatakan bahwa uji karbon usia papirus itu menunjukkan, naskah tersebut kemungkinan besar berasal dari awal abad ketiga atau keempat Masehi.

"Kami telah menerima hasil uji karbon, teks lebih tua dari yang kami kira, pada periode antara awal abad ketiga dan keempat," kata Roberty, seperti dikutip situs online middle-east.

Belakangan, menurut Rudolf Kasser, 79 tahun, dokumen itu berasal dari tahun 220 sampai 340 Masehi. Ia juga menyatakan bahwa dokumen itu tak mungkin palsu. Dan untungnya, selama 1.700 tahun, secara tak sengaja naskah papirus itu terus-menerus berada dalam kegelapan. Kondisi ini menyebabkan tinta kuno di dalam lembar papirus itu tidak pudar dan terlindungi dari sinar matahari yang bisa merusakkannya.

Harus dipahami pula, selama berabad-abad manuskrip itu tidak mendapat penanganan yang memadai. Satu halaman naskah kemungkinan telah hilang ketika berada di pasar barang antik. Manuskrip Injil Yudas yang masih benar-benar utuh tinggal tiga perempatnya. Setelah restorasi dan proses terjemahan selesai, naskah itu nantinya disimpan di Museum Koptik, Kairo, Mesir. Koptik adalah sebutan untuk menunjuk komunitas Kristen kuno di Mesir, yang tradisi keagamaannya hingga kini masih eksis terjaga.

Satu tahun lebih setelah temuan itu diungkap ke publik, kini terjemahan Injil Yudas sudah bisa dikonsumsi publik. Sukses penyelamatan, otentifikasi, dan terjemahan naskah kuno itu tidak lepas dari jerih payah tim gabungan yang terdiri dari orang-orang National Geographic, Maecenas Foundation for Ancient Art, dan The Waitt Institute for Historical Discovery.

Secara terbatas, tayangan langsung melalui internet sudah bisa dikonsumsi media massa pada Kamis pekan lalu pukul 21.30 WIB. Selanjutnya National Geographic Channel menayangkannya secara spesial kepada publik pada Ahad 9 April malam, pukul 21.00 WIB. Di mata umat Kristen, pengungkapan Injil Yudas ini akan memberikan perspektif baru mengenai peran Yudas Iskariot.

Injil Yudas ini pada masa itu digunakan oleh komunitas Kristen Gnostik yang disebut Kainite. Keberadaan sekte Kainite ini pernah disinggung oleh Irenaeus dalam bukunya, Adversus Haeresis, di Lyon sekitar tahun 180 Masehi. Kata ''Kainite'' diambil dari tokoh dalam kisah di Perjanjian Lama, Kain yang membunuh saudaranya, Abil. Sekte Kainite menganggap Yudas Iskariot, yang dinilai Gereja Kristen sebagai pengkhianat, tidak sepenuhnya bisa dinilai sebagai penjahat.

Peran Yudas sebagai pengkhianat, menurut sekte Kainite, sebenarnya bagian dari misi Ilahi, sehingga terjadi penangkapan dan penyaliban atas diri Yesus. Menurut empat Injil yang diakui oleh Gereja, yakni Injil Markus, Matius, Lukas, dan Yohannes, Rasul Yudas Iskariot adalah pengkhianat. Ia telah mengkhianati Yesus dengan membantu tentara Romawi menemukan dan kemudian menyalibkannya.

Dikisahkan, Yudas mencium Yesus sebagai pertanda bahwa dialah orang yang tengah diburu penguasa Romawi untuk ditangkap. Yudas kemudian diceritakan mendapat 30 keping uang perak. Setelah kejadian itu, Yudas menyesali perbuatannya. Ia tidak sempat memakai uang pemberian tentara Romawi itu dan membuangnya. Menurut versi keempat Injil yang disebut Perjanjian Baru itu, Yudas kemudian mati gantung diri.

Pada tahun 325, di bawah tuntunan penguasa pertama Romawi yang masuk Kristen, Kaisar Konstantinus, Gereja Roma Katolik hanya mengakui empat Injil itu. Sedangkan 30-an Injil lainnya dikesampingkan. Injil-injil itu kini dikelompokkan dalam New Testament Apocrypha atau Perjanjian Baru yang kebenarannya diragukan.

Yang menarik dari Injil Yudas adalah munculnya dialog yang sangat erat antara Yudas dan Yesus. Dalam dialog itu disebutkan, Yudas mengkhianati Yesus karena sebenarnya dirinya sudah tahu sebelumnya dan mendapat perintah langsung dari Yesus. Yudas juga dilukiskan sebagai murid kesayangan Yesus dan sangat taat, sehingga mengikuti perintahnya.

Dalam Injil Yudas tak diungkap jelas bagaimana Yudas meninggal. Juga soal hadiah 30 keping uang perak dari penguasa Romawi. Menurut Craig A. Evans, salah satu anggota tim peneliti Injil Yudas, manuskrip Yudas ini hendak menegaskan kesaksian Irenaeus, yang ditulis pada akhir abad kedua. Injil Yudas juga dapat mempertahankan spekulasi awal yang berkaitan dengan motif Rasul Yudas mengkhianati Yesus, tuannya.

Komunitas Gnostik pada masa sejarah Gereja perdana memiliki keyakinan bahwa Yudas bertindak atas perintah Yesus. Dalam konteks ini, Injil Yudas, menurut Craig A. Evans, akan membuka pendekatan penelitian yang menarik.

"Injil Yudas juga telah memberikan informasi paling awal tentang mengapa Yudas melakukan apa yang ia lakukan," katanya.

Francois Gaudard, anggota tim peneliti Injil Yudas yang lain, menilai temuan Injil ini sangatlah penting. Isinya merehabilitasi peran Yudas. Selama ini, Yudas digambarkan sebagai sosok pengkhianat yang jahat. Namun, dalam Injil Yudas, nama Yudas direhabilitasi karena dipandang sebagai murid terdekat Kristus. Bahkan Yudas adalah orang yang dipilih untuk "mengkhianatinya" dalam rangka memenuhi perintah Tuhan.

Yang paling luar biasa dari naskah kuno itu, menurut Rudolf Kesser, adalah kesaksian Yudas dari masa lalu dalam bentuk percakapan antara Yudas dan Yesus. Yesus menjelaskan pada Yudas bahwa dirinya harus meninggalkan ke-12 muridnya. Yesus berkata, sangat penting seseorang membebaskan dia dari tubuh manusianya. Dan dia lebih memilih dibebaskan seorang teman daripada oleh seorang musuh.

Sehingga, tambah Rudolf Kesser, Yesus meminta Yudas, temannya, untuk mengadukannya, mengkhianatinya.

"Di mata awam, hal itu adalah pengkhianatan. Tapi, di antara Yesus dan Yudas, hal itu sama sekali bukan pengkhianatan," ujarnya.

Walau para ilmuwan teologi telah memiliki hipotesis tentang hal itu, untuk pertama kalinya sebuah naskah kuno membela ide tersebut.

Di mata Elaine Pagels, anggota dewan penasihat naskah kuno National Geographic, Injil Yudas telah mentransformasi pemahaman orang tentang agama Kristen pada masa-masa perdana. Penemuan itu, bersamaan dengan temuan Injil Thomas dan Injil Maria Magdalena, menurut profesor agama Yayasan Harrington Spear Paine di Universitas Princeton itu, telah mengkritisi mitos agama monolitik.

"Penemuan itu telah menunjukkan betapa beragam dan menariknya gerakan-gerakan komunitas Kristiani pada masa-masa awal," katanya.

TERUSSSSSSS>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Memang Yudas Iskariot tidak mungkin menghianati Isa as anak maryam, tapi dia memang orang terpilih dari Alloh SWT untuk menyelamatkan nabi Isa as.Mana mungkin ke 12 orang pengikut Nabi menghianati orang sekaliber Nabi Isa hanya demi 30 keping perak.
"maka yesus yg mengetahui semua yg akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: siapakah yang kamu cari?"

Jawab mereka: " Yesus dari nazaret." katanya kepada mereka:" akulah dia."Yudas yang menghianati Dia berdiri juga di situ bersama mereka.

Ketika ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia, " mundurlah dia dan jatuh ketanah. (Yohanes 18: 4-6)

Apabila di perhatikan, maka makna apakah yg di maksud pada kalimat"Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa dirinya, maju kedepan dan berkata kepada mereka:"Siapakah yang kamu cari" dan dengan jawaban yg aneh mereka mengatakan " Yesus dari Nazaret."
Yang paling mengherankan adalah ketika yesus mengatakan : "Akulah Dia, " Mundurlah mereka dan jatuh ke tanah."

Padahal selama bertahun-tahun Yesus setiap hari mengajar di Bait Alloh, jadi tidak mungkin para imam kepala dan pengikutnya tidak kenal kepada Yesus, dan seharusnya dialog di atas tidak perlu.

Dalam injil Yohanes, peristiwa yang paling mengherankan adalah ketika yesus menjawab: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.

Ada apa dengan kalimat" Akulah Dia" sehingga menyebabkan mereka mundur dan jatuh ketanah.

untuk cerita selanjutnya baca bukuYUDAS PENGKHIANAT ATAU PENYELAMAT ( tinjauan kitab suci dan sejarah ) karya MUSADIQ MARHABAN

lanjutan PKS di Mesir...curhat anak bangsa..hiks?????

Sekedarnya saya ingin memberikan realita dari apa yang terjadi dalam tubuh PKS di Mesir, mungkin lebih tepat dikatakan sebuah keprihatinan terhadap dominasi kekuasaan yang amat berlebihan, sehingga akibatnya terjadi pencampur adukkan antara wilayah publik dan wilayah privasi bagi komunitas mahasiswa yang berdomisili di Mesir.

Akhir-akhir ini semarak gaung PKS dalam mengkampanyekan slogan partai dakwahnya di tanah seribu menara menjadi sangat merisaukan, dikarenakan apa yang digagas dan dibidangi oleh para kader PKS Mesir telah berusaha memasuki daerah preogratif setiap personal mahasiswa. Misal, ketika para antek (Saya membahasakan kader sama dengan antek) PKS -Garis bawah, para antek- pada bulan april 2006 silam mendirikan sebuah institusi yang bernama, "Tim Pemerhati Interaksi Mahasiswa (TPIM)" yang lebih saya sama dengankan dengan polisi syariah mahasiswa, terlihat jelas apa yang menjadi misi utama mereka adalah mengatur soal hubungan antara mahasiswa putra putri, sekaligus menegaskan di muka umum untuk menerapkan sistem model interaksi yang ideal dimata mereka bagi lingkungan para Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir).

Disini terlihat hegemoni kekuasaan yang sangat tidak perlu dan adanya pemaksaan kaum imperialis kepada orang lain yang bersebelahan pendapat dengan mereka. Apalagi institusi ini didukung sepenuhnya oleh partai yang mengatasnamakan dakwah dan memiliki anggota paling banyak di Mesir. Kejadian ini seolah mengingatkan saya ketika di jaman orde baru dimana bangsa Indonesia digiring kepada satu ideologi dan asas tunggal yang berkedok nasionalisme serta dibayangi oleh aktifitas spionase, mata-mata, informan, premanisme, penculik gelap, dan sebagainya. Begitu juga dengan lembaga 'anak bawang' PKS ini (TPIM), yang mulai sedikit demi sedikit menyebarkan informan untuk menanyai mahasiswa yang terlihat sedang berjalan dengan mahasiswi. Ditanyai status pernikahannya, atau apalah.

Kadang saya mempertanyakan perlakuan mereka para orang iseng ini, apa hak mereka bertanya seperti itu, toh kalaupun mereka tahu status orang-orang yang ditanyai sudah menikah atau belum, maka tidak patut mereka langsung menyeret ke lembaga hukum atau pihak berwenang setempat, dalam hal ini Kedutaan Besar Republik Indonesia, sebab jika memang sampai mereka melakukan itu, tak pelak sebuah chaos akan muncul di ranah mahasiswa Indonesia Mesir.

Teman saya yang biasa memberikan bimbingan belajar bagi para pelajar baru yang belum terbiasa membaca literatur-literatur berbahasa arab, makin heran dengan sikap antek PKS membentuk tim tersebut. Karena bisa jadi nanti kalau otoritas tim ini makin membesar, maka akan ada sebutan Bimbingan illegal dan bimbingan legal, lantas akan muncul birokrasi baru yang mengharuskan bagi siapa saja yang hendak membimbing pelajaran harus melapor pada lembaga itu tadi.

Sedangkan dilain sisi, organisasi pusat Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) seperti tidak mau mendengar protes dan kritikan dari mahasiswa lain yang berbeda pendapat mengenai TPIM tersebut. Ibarat masuk lewat telinga kanan, dan keluar jadi congek dari telinga kiri. Hal ini mungkin dapat saya maklumkan, karena dalam tubuh struktural PPMI sendiri pun, dari mulai Majelis Permusyawaratan Anggotanya hingga pengurus hariannya sudah tersusupi, bahkan dikuasai oleh para antek PKS. Lalu sampai dimana arti kebebasan berpikir dan sikap bagi para mahasiswa Mesir? Kalau saudari mahasiswi teman saya bilang, "Memangnya kita anak SMA yang sedang diajari tentang pacaran? Kita sudah melewati masa pubertas dan interaksi antara lawan jenis adalah persoalan biasa dalam hidup kita."

Sikap antek PKS di tubuh PPMI Mesir semakin jelas antipatinya terhadap kebebasan aktifitas dan berpikir ketika melaksanakan aksi diam terhadap program Kedutaan Besar Republik Indonesia yang hendak mengadakan lomba festival band untuk memeriahkan acara hari tujuh belas agustus 2006 nanti. Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa doktrin mereka terhadap musik secara garis besar adalah haram. Walaupun ada persepsi lain yang mengatakan soal jenis musik yang diperbolehkan adalah memakai gendang dan suara vokal manusia saja, akan tetapi kejumudan (kekakuan) para aktifis PKS yang sekarang telah berkuasa ini sangat mengundang kontroversi dalam pergaulan mahasiswa Indonesia Mesir itu sendiri.

Kemudian ketika saya sering mendengarkan simbolisasi Arabian yang digunakan para kader PKS dalam berbicara dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya, adalah menurut saya lebih menunjukkan ekslusifitas ketimbang maksud dan tujuan mereka yang menyuarakan suatu pergualan bernuansa Islami, padahal pengertian Islami sendiri bagi saya adalah bukan kita harus mengganti setiap kata bahasa baku kita sebagai bangsa Indonesia menjadi bahasa Arab. Kalau kita memang mempunyai bahasa sendiri kenapa tidak gunakan bahasa saya, aku, nyong, beta, abdi untuk berbicara, daripada mengubahnya menjadi ana, toh kita bukan berbincang-bincang dengan orang asing.

Fenomena semacam ini tak lepas dalam kehidupan budaya sehari-hari para kader PKS di tanah kinanah. Sehingga dengan efek samping sebuah hierarki basa-basi dapat menyelimuti seluruh tatanan pergaulan mahasiswa Mesir menjadi terdoktrinisasi. Dogma-dogma semacam itu juga dapat dibuktikan pada liqa dan halaqah yang sering diadakan oleh PKS. Mungkin saya setuju dengan tujuan praktis diadakan perkumpulan semacam itu adalah agar sesama umat muslim dapat saling menguatkan dan bermuhasabah serta saling berbagi pengetahuan mengenai Islam, agama yang benar. Namun ketika saya dihadapkan kepada adanya tingkatan pangkat dalam perkumpulan semisal; Murabbi, mursyid, musrif, dan sebagainya, maka saya lebih menolak untuk masuk kedalamnya. Karena bagi saya agama itu bukan doktrin, agama itu adalah sebuah kesadaran batin.

Tingkatan pangkat ini mengingatkan saya akan istilah jabatan dalam kemiliteran. Sudah pasti dimana ketika satu orang saja mempunyai jabatan tertinggi, maka ia dapat menguasai yang lainnya, bahkan memerintahkan, atau memarahi orang lain yang berpangkat rendah dibawahnya. Fenomena dogma dan militerisme dalam tubuh kader PKS dapat terlihat pada permasalahan seperti pernikahan. Para kaderawati PKS atau lebih dikenal di Indonesia dengan Mujahidah, didoktrin dalam perkumpulan yang mereka hadiri untuk menjadi seorang wanita yang harus patuh dan mengikuti apa kata suami, kalau tidak taat, jelas hukumannya neraka. Premis akhir berupa 'masuk neraka' sebenarnya adalah sebuah hak absolut yang dimiliki Allah SWT, tetapi ketika memasuki kancah pergaulan dalam tubuh PKS hal tersebut menjadi keputusan biasa untuk menjustifikasi siapa saja yang bertentangan dengan mereka. Sewaktu saya memperlihatkan sebuah novel karangan Djenar Maesa Ayu yang mendapatkan penghargaan Khatulistiwa dalam
bidang sastra kepada seorang teman kader PKS, maka ia langsung mengoceh tanpa membaca terlebih dahulu buku tersebut dengan kata-kata, "Buku setan.". Sebagai orang yang sangat menaruh perhatian khusus dalam sastra, saya menjadi takjub, sedemikian kuatkah penanaman doktrin mereka dalam dirinya, yang menurut saya lebih mudah disebut sikap sradak-sruduk.

Ajaran 'kalau tidak patuh pada suami akan masuk neraka' diatas seakan menjadi semacam cengkraman menakutkan bagi para mahasiswi Mesir yang mempunyai pemikiran bahwa sebuah pernikahan harus dijalani bersama-sama dalam suka dan duka, tanpa harus mengedepankan ego dan mau mengalah untuk menjalin sebuah keharmonisan berumah tangga. Maka dari itu tak jarang keluhan mereka secara samar muncul ditengah-tengah diskusi kusir mengenai pernikahan.

Siasat antek PKS Mesir untuk menguasai lini pernikahan juga terwujud dalam dukungan mereka yang menukangi sebuah lembaga fasilitator yang telah berdiri beberapa tahun sebelum TPIM, dengan nama Ruhama. Biro jodoh bernuansa agamis tersebut mulai sering digunakan oleh banyak murabbi PKS untuk menawarkan para anggota wanitanya demi meraih sebuah pernikahan, apalagi yang paling miris saya dapatkan, adanya statement bahwa dengan cara pernikahan melalui model Ruhama tersebut adalah pernikahan yang mawaddah wa rahmah dan telah mengikuti sunnah Rasul. Padahal jika ditilik lebih dalam, nampak adanya kepentingan dari para atasan untuk memasang-masangkan atau menjodoh-jodohkan antara si A dan si B.

Sebut saja misal si A adalah seorang wanita, ketika ia mengajukan diri kepada murabbinya tentang pernikahan, maka si murabbi tadi akan meminta lembaga Ruhama untuk mencarikan pasangan yang sesuai, ironisnya dari fasilitator itu sendiri kadang muncul ungkapan telah mahjuzah, atau telah dipesan. Padahal kalau memang Ruhama adalah sebuah lembaga yang adil dan fair seharusnya mengerti jika yang namanya proses ta'aruf adalah bukan sudah pasti akan menikahi si wanitanya. Dalam proses ta'aruf ada yang dinamakan Atsar, atau menolak untuk menikah, terserah dari pihak wanita atau prianya. Maka dari itu tidak sepantasnya ada kata telah dipesan tadi. Kalau memang bertujuan menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran, seharusnya ketika si wanita tadi telah siap untuk menikah, dan ternyata ada beberapa pria yang ingin berta'aruf dengannya, maka beritahu saja secara terus terang, dan biarkan si wanita berkesempatan untuk berta'aruf dan menentukan diantara pria-pria tadi, salah satu siapa
yang ia pilih.

Praktek ketidak jelasan non sportif dalam tubuh Ruhama ini adalah adanya ikut andil dari orang yang berpangkat murabbi. Sengaja ia membisikkan kepada Ruhama untuk berkata telah dipesan, karena murabbi itu telah menjodohkan wanita anak bimbingannya dengan pria lain yang menurutnya sesuai dan cocok. Ketika menemukan peristiwa ini saya sempat berkomentar bahwa hak-hak murabbi tadi telah jauh melewati batas orang tua wanita itu sendiri. Namun tidak dapat dipungkiri jika hal ini memang ada dan terjadi dalam dunia mahasiswa Indonesia Mesir.

Usaha PKS Mesir untuk mencampur adukkan wilayah publik dan privasi makin gencar, menguasai lini setiap pergaulan mungkin menjadi tujuan utama mereka. Yang jelas ketika sebuah ideologi ditungkangi oleh berbagai politisasi kepentingan, maka tak pelak lagi saya katakan dalam puisi saya, Takut Bukan Sama Tai Kucing.

Takut bukan Sama Tai Kucing

Kita tidak mungkin bisa hidup bebas kalau bukan karena melawan.
Kredo kritis kita nyatanya masih terbelenggu dalam aral.
Ketakutan yang hanya bisa menyeru tabu di mulut
Bersembunyi di keliaran hati, di sela keberanian tolol yang basa-basi.
Disaat para manusia waras dan mengaku berTuhan berhasil membalas dendam kusumat atas sejarah,
Maka ideologi akan menjadi kambing hitam untuk sebuah penyembelihan besar-besaran.

PKSdi MESIR, benalu atau madu??????

Disini saya memposting kembali tulisan yang dikirimkan oleh seorang kawan yang mana sedikit banyak mendukung saya untuk mempertanyakan kembali mengenai doktrinisasi PKS kepada kader-kadernya. (Walau mengambil contoh wilayah Mesir)

PKS telah menjadi sebuah fenomena tersendiri dalam perkembangan politik Indonesia kontemporer, walaupun eksistensinya telah menyebabkan tarik menarik antara yang mendukung dan yang menentang, PKS sudah membuktikan untuk menjadi yang bersih dan jujur memang perlu dekat dengan orisinalitas ajaran Islam. Sebab hingga saat ini belum ada satupun partai agama di tanah air ini yang begitu fenomenal seperti PKS ini.

Namun, karena usianya masih terbilang seumur jagung, PKS dituntut untuk mendewasakan diri dengan dinamika perpolitikan yang kompleks dan berputar begitu cepat. Di tengah-tengah masyarakat heterogen seperti Indonesia PKS memang kelihatannya sudah berusaha mengadaptasi diri ke lingkungan luar tanpa harus banyak merubah jati dirinya. Selamat, apresiasi masyarakat terhadap PKS sudah terbilang cukup positif.

Tetapi, sebagaimana manusia, PKS tidak luput dari berbagai kekurangan. Satu kekurangan yang signifikan dan mungkin akan menjadi salah satu sorotan utama publik dimasa mendatang, bahkan bisa berbalik sebagai 'senjata makan tuan' bagi PKS itu sendiri, adalah 'behavior' dari kiprah kader-kader generasi penerus PKS yang kini sedang menjalani study di negeri Mesir.

Ada apa dengan komunitas PKS di Mesir? Sebelumnya perlu diketahui bahwa Mesir adalah salah satu tujuan utama bagi pelajar/mahasiswa Indonesia yang ingin meningkatkan keilmuan Islamnya, di negeri itu terdapat sebuah lembaga pendidikan Islam bernama Al Azhar yang merupakan lembaga tertua dan terbesar pengaruhnya di kalangan umat Islam dunia, puluhan bahkan ratusan ribu alumninya tersebar ke seluruh dunia untuk berdakwah dan menegakkan agama ini. Jumlah komunitas Indonesia di Mesir (mahasiswa/i, diplomat, local staff, ekspatriat hingga TKI) saat ini hampir berjumlah 4000 orang. Walaupun suatu jumlah yang tidak begitu signifikan dibandingkan dengan komunitas ditanah air, namun komunitas ini sebagian besarnya adalah kader-kader umat yang sedang digodok keislamannya di salah satu Universitas Islam yang terbaik dimuka bumi ini. Tambahan sedikit, mungkin banyak yang bertanya-tanya, Al-Azhar dengan segala kekurangannya yang selama ini diketahui oleh beberapa kalangan, mengapa Al
Azhar masih 'laku keras'? Mungkin jawabannya ada dua:

1. Al-Azhar sangat menjaga orisinalitas literatur-literatur keIslaman.

2. Al-Azhar menekankan 'moderasi/wasathi' dan 'kontemporerasi/'asri' dalam pergerakannya.

Jalan 'keep on track' yang diambil Al Azhar inilah yang membuatnya menjadi salah satu pusat kiblat keilmuan Islam terbesar.

Kembali ke masalah kiprah kader-kader PKS di Mesir, dari 2 PEMILU pasca reformasi di Mesir, sejak masih bernama PK, PKS selalu menjadi pemenang disana. Khusus untuk PEMILU 2004, kemenangan PKS di Mesir begitu fenomenal (lebih dari 50 persen), hingga pendukung-pendukung dari partai lainpun turut ber'standing ovation' terhadap PKS Kairo, kok di tengah-tengah krisis identitas partai Islam, PKS Kairo malahan panen suara? Pertanyaan inilah yang membuat saya bangga sebagai kader umat (walaupun bukan anggota PKS) tapi juga menggelitik hati saya selama ini.

Semua sepakat, salah satu unsur yang meningkatkan perolehan suara nasional PKS secara signifikan dalam PEMILU 2004 kemarin adalah berhasilnya PKS tampil sebagai partai yang jujur, bersih dan banyak membantu masyarakat secara karya nyata, bukan sekedar karena PKS ini berdasarkan Islam atau berdasarkan simbol-simbol lainnya, apalagi dengan mengandalkan 'kultus individu', saya rasa pola gerakan partai ini modern dan sistematis. PKS dalam kampanye-kampanyenya secara meyakinkan dan persuasif dapat menggaet seluruh komponen umat, baik dari preman, seniman/artis, pengusaha hingga pejabat. Semula berbagai kalangan tidak menyangka, ternyata kalangan-kalangan yang ter'marginal'kan dalam lingkungan 'Islam garis keras' seperti preman-preman dan seniman itu secara antusias bersimpati dan mensupport penuh PKS. Dan pada saat PKS sudah berada di'atas' (jabatan) tidak pernah lupa menampilkan sikap membaurnya, contoh kecil: Ketua MPR DR. Hidayat Nurwahid 'tega' melepas pecinya di berbagai
forum publik. Setidaknya gambaran kecil tadi bisa melihat 'big picture' dari good will PKS untuk membaur.

Namun apa yang saya saksikan terhadap stream-line kader-kader PKS di Kairo, Mesir, adalah kontradiksi dengan apa yang ditampilkan induknya ditanah air. Bagaimana? Selama bertahun-tahun komunitas Indonesia di Mesir mengenal sebuah kelompok 'perkumpulan mahasiswa' (saya tidak akan menamakannya dengan ini atau itu) di mana ciri khas kelompok ini identik dengan gerakan PKS yang ada di Mesir, sebab rata-rata eksponen PKS berasal dari 'kelompok' tersebut, ciri-cirinya adalah:

1. Ekslusifitas

2. Pria berjenggot, wanita bercadar, yang pria berseragam baju koko, dan yang wanita berseragam pakaian berwarna polos dan berjilbab panjang.

3. Menjauhkan bahkan (mungkin) mengharamkan alat-alat musik kecuali gendang.

4. Dalam acara perkawinan, diharamkan kepada tamu pria untuk melihat pengantin wanita. Mereka juga cukup berperan aktif dalam hal jodoh-menjodohkan sesama mahasiswa/i.

Pada dasarnya di Mesir setiap individu dari komunitas Indonesia di sana memiliki hak untuk menjalani keyakinannya masing-masing, termasuk di antaranya ciri-ciri yang saya paparkan diatas, umumnya kalangan komunitas Indonesia disini tidak mempermasalahkan apa-apa dengan 'ciri-ciri' khas itu, kita semua ingin hidup dengan asas saling hormat-menghormati dan menginginkan ketenangan bukan keresahan. Akan tetapi, bola yang kita lempar kepada mereka ternyata tidak dimainkan dengan cantik. Untuk lebih mudah dan jelas saya akan paparkan fenomena-fenomena umum yang bernuansa agak seperti 'clash of civilization' antara komunitas Indonesia di Mesir (99,9 persen muslim sunni) dengan 'kelompok' tersebut.

1. Dalam berinteraksi, pernah ada kasus, dimana salah seorang senior yang sudah tinggal lama di Mesir, cukup berumur (di atas 50 tahun lebih) dan sudah bertitel 'MA/Master of arts' menghadari acara solat ghaib kenalan baiknya, kebetulan acara itu dipenuhi oleh orang-orang 'kelompok' itu. Setelah usai acara, tiba-tiba orangtua itu didatangi oleh seorang yang masih muda dari 'kelompok' itu, dengan sedikit/minim basa basi anak muda itu menasehati sang orangtua agar lebih memperbaiki cara berpakaiannya, padahal pakaian yang dipakai oleh orang tua tersebut cukup sopan dan menutup aurat (kemeja dan celana kasual). Untung saja orangtua tersebut cukup bijak, dia saat itu tidak bereaksi kecuali diam. Namun sebagaimana manusia biasa orangtua itu merasa sakit hati diperlakukan secara tidak layak di depan umum dan 'curhat' pada kami. Di dalam forum yang lain banyak aduan-aduan kasus yang serupa. Dalam beberapa kejadian, jika kita ingin mengunjungi rumah-rumah senior, biasanya ada
juniornya yang berperan seperti 'sekretaris' menanyakan keperluan apa kita datang kemari. Seorang mahasiswi yang masuk dalam 'kelompok' tersebut akan berkurang kebebasannya dalam berinteraksi terhadap komunitas umum. Sampai masalah kecil seperti celana jeans dijadikan masalah besar, selama itu menutup aurat itu sah-sah aja, Rasulullah saja mengadopsi mata uang dinar dari negara 'kafir' seperti Romawi untuk muamalah keseharian umat Islam.

2. Dalam berorganisasi, kini sebagian mahasiswa/i khususnya para aktifis, mengeluhkan kinerja organisasi induk mahasiswa Mesir (PPMI = Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia). Untuk menjadi seorang ketua yang memiliki hak prerogatif dalam membentuk 'kabinet', dia harus terlebih dahulu mengikuti pemilihan umum PPMI secara demokratis. Kebetulan yang menjadi ketua sekarang adalah sosok yang mendapatkan support penuh dari 'kelompok' itu. Secara otomatis sebagian besar komponen 'kabinet' sekarang dari 'kelompok' itu, kesan umum masyarakat Indonesia di Mesir adalah PPMI sekarang cenderung mengakomodir aspirasi dan interest orang-orang 'kelompok' itu, adapun selain 'kelompok' itu adalah 'yang termarginalkan'. Kalau mengingat pada masa-masa pemilihan tahun kemarin yang mengangkat 'kelompok' itu, di milist-milist banyak istilah-istilah yang cukup arogan dan provokatif dalam rangka mensukseskan kandidat 'kelompok' mereka. Dari perkataan-perkataan 'kelompok' itu seakan-akan itu berkata
"yang insaf pilihlah orang ini, yang tidak go to hell", ini menciptakan banyak resistensi. Padahal visi utama berdirinya PPMI adalah menunjang dan mendukung maslahat seluruh mahasiswa/i yang sedang belajar di Mesir dalam segala bidang. Siapapun dan dari kelompok apapun yang terpilih jadi pemimpin PPMI harus menjunjung tinggi seluruh komponen masyarakat disini. Belum lagi kalau saya ingat, pernah dalam sebuah forum mahasiswa/i di sebuah auditorium Al Azhar, salah seorang senior 'kelompok' mereka merasa kalah berargumentasi dalam suatu masalah kemahasiswaan, lalu dia mengancam "awas jangan salahkan saya jika ada sekelompok anak-anak akan mengeroyok kalian (bentrok fisik)". Bahkan dalam skala yang lebih kecil, seperti organisasi-organisasi paguyuban daerah yang dikenal oleh komunitas kami sebagai 'kekeluargaan' setiap orang dari 'kelompok' mereka jika menjadi pemimpin di kekeluargaan-kekeluargaan itu akan me'warna'kan organisasinya seperti 'warna' 'kelompok' itu. Tidak jarang
dalam prakteknya mereka melanggar kode etik/norma-norma yang sudah menjadi konsensus kekeluargaan-kekeluargaan tersebut.

3. Anda kenal Erwin Gutawwa? Seorang komposer terkemuka dinegeri kita. Pernah obsesi beliau untuk mengenalkan (dan membanggakan) negerinya yang tercinta Indonesia terbunuh oleh protes dari kalangan 'kelompok' itu. Singkat cerita, dalam rangka mengenalkan kemajuan dunia orkestra Indonesia, duta besar saat itu (Prof. Bachtiar Aly, guru besar ilmu komunikasi UI) berniat mengundang Erwin Gutawwa untuk menggelar konser di piramida Giza ,Mesir. Ternyata rencana itu tercium oleh 'kelompok' itu dan gampang ditebak, mereka menentang acara tersebut dengan dasar pertimbangan: takut orang-orang Mesir menghentikan pemberian bantuan zakat terhadap mahasiswa. Padahal orang-orang Mesir dikenal oleh dunia Islam sebagai orang yang moderat dan memang mengapresiasi karya-karya seni termasuk musik, anda kenal Ummi Kulstum? Abdel Halim hafidz? Nagiub Mahfudz? Mereka itu orang Mesir, bahkan orang-orang Ikhwanul Muslimin (Pan Islamisme Mesir) banyak berasal dari kalangan seniman termasuk
diantaranya musikus-musikus. Mungkin karena duta besar saat itu tidak mau ambil pusing, akhirnya acara tersebut digagalkan. Seorang ulama terkemuka dunia Syeikh DR. Yusuf Qardawi dalam acara TV Al Jazeera menentang habis-habisan akan sebuah anggapan sebagian umat Islam bahwa bermusik itu haram selain gendang.

4. Dalam masalah distribusi bantuan-bantuan orang Mesir untuk mahasiswa/i Indonesia, tercipta sebuah kesan bantuan-bantuan itu disyaratkan agar calon-calon penerimanya harus komit dengan prinsip-prinsip 'kelompok' tersebut, karena memang 'kelompok' itu punya link banyak dengan pihak dermawan Mesir. Padahal, bantuan itu ditujukan oleh siapa saja yang memerlukan dari mahasiswa/i, Islam menghargai perbedaan pendapat (walau sebenarnya secara aqidah kita semua di Mesir satu warna, yaitu warna Al Azhar original). Seakan-akan terjadi dikotomi, yaitu mahasiswa yang 'insaf' dan yang 'tidak insaf', kita semua mahasiswa belajar agama dan mencari identitas diri, malah yang terjadi adalah doktrin sepihak secara tidak fair.

5. Salah seorang senior di Mesir pernah bersaksi, di mana laki-laki dan perempuan dari 'kelompok' mereka berbaur dalam satu rumah tanpa cadar dan sekat (akan tetapi tetap memakai jilbab), di mana mereka saat itu sedang ngobrol bareng dengan santai. Padahal 'kelompok' itu ciri-ciri utama rumah mereka adalah wujud tirai untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan dalam acara-acara pernikahan dan resepsi perkawinan, tamu dari kalangan laki-laki tidak boleh sama sekali melihat pengantin perempuan. Ini adalah sikap yang hipokrit dan diskriminatif.

Saya sengaja tidak menuliskan seluruh fenomena yang terjadi, saya rasa kelima gambaran ini cukup memberikan sebuah image akan kiprah para (sebagian) kader-kader PKS Mesir yang ekslusif dan tidak menunjukkan goodwill untuk membaur, malah seakan-akan mereka menunjukkan arogansinya sebagai kelompok superior/mayoritas di kalangan komunitas Indonesia di Mesir. Seakan-akan orang-orang yang menuntut 'ilmu Islam' di lembaga semacam Al Azhar yang tidak mengikuti millah mereka adalah bukan dari mereka, padahal Islam mewajibkan kita untuk berdakwah dengan hikmah dan mau'izah hasanah yang intinya berdakwah dengan simpatik, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh saudara-saudara kita di PKS Indonesia.

1. Mengapa Setiawan Djodi yang gape memainkan guitar itu bisa simpatik dan support penuh ke PKS?

2. Apakah PKS masa depan akan dikuasai oleh 'kelompok' dominan PKS Mesir seperti itu?

3. Bagaimana jika suatu saat PKS malah mendapatkan resistensi dari masyarakat?

4. Dimana sikap wasathi 'kelompok' dominan PKS Mesir itu? Toleransi? Kelembutan Islam?

Ini adalah muhasabah terbesar bagi PKS, bahkan kepada Yth. DR. Hidayat Nur Wahid pun akan mengkerutkan dahinya jika membaca tulisan ini. Saya tetap berada dalam posisi mendukung kebesaran PKS untuk kebesaran Islam. Namun ingat, kebesaran itu tidak dapat diperoleh dengan Ekslusifitas dan Perasaan benar sendiri.

Kepada sebagian komunitas PKS Mesir itu harus belajar membaur dengan berlatih menerima perbedaan dan respek terhadap pendapat dan keyakinan orang lain, selama tidak melanggar aqidah, sebab kita sama-sama satu almamater yaitu Al-Azhar As-Syarif. Disaat umat Islam sedang lemah, hal yang paling efektif adalah memprioritaskan persatuan, membangkitkan semangat dan kepercayaan diri, bukan justru disibukkan oleh masalah-masalah yang tidak patut dipermasalahkan.

Tulisan ini hanya sebuah kritik terhadap sebuah kemapanan yang salah, saya tidak mengharapkan reaksi, namun aksi nyata yang membuktikan bahwa sebenarnya PKS itu milik umat Islam lintas golongan. Dan na'udzubillah jika didominasi oleh kelompok-kelompok tertentu saja. (Ahmad Yakub)

Selasa, 02 Desember 2008

Bush Akui AS Bangkrut

Biro Penelitian Ekonomi Nasional AS (NBER), Senin sore 1 Desember 2008 waktu setempat (Selasa pagi WIB) mengumumkan bahwa ekonomi AS resmi dinyatakan resesi. Parahnya lagi, resesi ini sudah berlangsung sejak Desember 2007. Kontan saja, pengumuman ini membuat harga saham-saham di Wall Street anjlok.

Pada dasarnya, resesi ekonomi terjadi saat produk domestik bruto (GDP) - yang merupakan total output barang dan jasa - terus turun dalam dua triwulan berturut-turut. Di AS, menurut data NBER, tingkat GDP kuartal Juli-September tahun ini tetap turun dan diyakni tingkat GDP pada kuartal terakhir juga bakal menurun.

Bahkan, penurunan GDP sudah terjadi sejak Desember 2007. Demikian hasil pertemuan para ekonom NBER, yang Jumat pekan lalu, menggelar konfrensi lewat telepon dalam mengidentifikasi kapan AS mulai resesi. Selain mengukur resesi berdasarkan pergerakan GDP, NBER juga menghitung berdasarkan tingkat pengangguran.

Ironisnya, para pejabat pemerintahan Presiden George W. Bush selama ini mengindari penggunaan kata resesi. Mereka lebih suka menyebut bahwa ekonomi AS mengalami penurunan.

Kalangan ekonom yakin bahwa penurunan ekonomi AS saat ini merupakan yang terparah sejak resesi 1981-1982. Selain itu AS juga tengah berjuang memulihkan krisis keuangan, yang paling parah sejak dekade 1930-an, saat banyak bank kini bermasalah dengan kredit macet yang mencapai miliaran dolar.

Setelah lama menutup-nutupi, di penghujung masa jabatannya, George W Bush mengungkapkan penyesalannya atas krisis finansial ini, Senin (1/12). Ia mengakui bahwa krisis ekonomi ini mengakibatkan banyak rakyat kehilangan pekerjaan dan cemas berkurangnya nilai dana pensiun.

“Saya minta maaf, ini terjadi, tentu,” kata Bush dalam wawancara dengan televisi ABC untuk acara “World News” yang ditayangkan, Senin (1/12). (Dari beberapa sumber)