Senin, 01 Desember 2008

Menjawab Soalan Jammaah Takfiriyah


Jika bertawassul kepada Wali Allah dan kekasih Allah dalam keadaan hidup atau mati itu di anggap KAFIR dan terkena penyakit TBC maka, Abu Bakar As-siddiq, Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu, Imam Syafii [semoga Allah memulyakan beliau] dan semua Ahlu Sunnah wal Jammaah beserta ummat Islam adalah MASUK NERAKA sebab mereka KAFIR dan DARAHnya HALAL untuk di tumpahkan. Lahaula wala Quwwata Illa billah… demi Allah, saya berlindung dari godaan “fulus gede” dan iming-iming surga dari Jammaah Takfiriyah yang terkutuk.

Menjawab Soalan Jammaah Takfiriyah

Pertanyaan yang sering di pertanyakan oleh kaum yang mempoles wajah Islam menjadi garang dan tidak bersahabat adalah mengenai tawassul dan syafaat. Secara global telah saya tulis bagaimana Al-quran dan Hadist menjelaskan halalnya Syafaat dan Tawassul ini. Tetapi WAHABI atau mereka yang mendaku Ahlu Sunnah wal Jammaah atau julukan kerennya adalah Jammaah Takfiriyah seringnya menyoal kebenaran tentang halalnya dua sunnah nabi tersebut dan memberi pangkat TBC [Syirik, Bid’ah, Churafat] kepada mereka yang menyakini dua sunnah nabi tersebut.

Yang menjadi perbedaan dasar antara Islam dan Jammaah Takfiriyah ini adalah adanya kehidupan setelah kematian. Inilah yang menjadi sumber perpedaan antara Islam Kaffah dan mazhab Takfiriyah ini.

Pertanyaan kuno yang sering diajukan mereka jika terbentur dengan dalil shahih dan Al-quran, lalu ketika mereka tidak mampu menjawab tentang batilnya pangkat TBC dua sunnah nabi tersebut maka pertanyaan dialihkan “bahwa yang dilarang itu adalah minta syafaat kepada mayit dan orang mati”. Jadi dalam makalah kecik ini saya berusaha menjelaskan apakah orang yang telah meninggalkan dunia ke alam akherat sementara jasad-jasad mereka telah berbaur dengan debu dan tanah itu bisa mendengar dan memberi pertolongan pada kita-kita yang masih hidup ?.

Kematian bukanlah Kebinasaan

A. Ayat

Dalam makalah ini jelasnya saya tidak masuk kedalam pembahasan filosofis tentang hakekat kematian yaitu apakah ruh saja atau jasad atau malah kedua-duanya. Tetapi saya akan membahas dari sudut pandang Al-quran dan Hadist seperti yang di inginkan oleh kelompok sempalan Islam ini. Lagian mustahil bagi mereka untuk menerima pembahasan semantara sudut pandang pembahasan adalah filosofis. Karena nalar dan akal bagi mereka ibarat hiasan batok kepala belaka. Otak yang seharusnya buat menalar dimatikan begitu saja dan di peti eskan. Dasar jahil murakkab…..!

Alla kulli hal…. Satu hal yang menjadi budaya dan dibudidayakan oleh mazhab pengkafiran ini adalah mereka tidak mau mendengar orang lain. Mereka menutup telinga rapat-rapat jika orang yang tidak semazhab berusaha ngajak dialog dan diskusi. Mereka sangat alergi dengan pendapat orang lain. Padahal hadist shahih banyak bercerita tentang di anjurkannya dan di halalkannya memungut ceceran hikmah walau keluar dari mulut kafir sekalipun [khud al hikmah walau min lisani al kafir]. Anehnya lagi, mereka memaksakan kehendak dengan sak udele dewe [keinginan pribadi] dan memberi pangkat KAFIR dan halal darahnya kalau mengingkarinya. Aneh bin ajaib, Ajib bin gharib dari Jammaah Takfiriyah ini. Ironis memang..

Islam yakin bahwa kematian bukanlah kebinasaan, akan tetapi perpindahan antara alam materi ke alam non materi. Dengan demikian maka, sekalipun jasad mereka moksa dan dimakan oleh bakteri akan tetapi tetap saja ruh mereka bisa berhubungan dengan kita. Lihat Al-quran, Allah swt dalam mensifati orang-orang saleh dalam surat Al-a’raf, ayat 78-79. Lihat juga Al-quran dalam surat Az-zuhkruf ayat 45 ketika Al-quran bercerita tentang kaum Nabi Syuaib as: “Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: “Adakah kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?”. Atau Al-quran surat Az-zuhkruf ayat 91-93.

Begitu pula banyak sekali kita dapati ayat ayat Al-quran yang berkenaan dengan penghormatan dan salam kepada para anbiya Allah swt. Misalnya Allah swt dalam Al-quran berfirman: “Salamun ala Nuhin fil Alamin” atau “ Salamun ala Ibrahim” atau “Salamun ala Musa wa Harun” atau “Salamun ala Aliyasiin” atau “Salamun alal Mursaliin”. Ayat ayat tersebut ternyata menjelaskan adanya hubungan antar manusia di alam materi dan non materi [Barzahk/Akherat]. Dan mereka yang di muliakan oleh Allah swt juga menjawab salam dan penghormatan kita.

Yang lebih jelas lagi adalah ayat Al-quran surat Al-baqarah, ayat 154: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup*, tetapi kamu tidak menyadarinya.{* yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu}.

Jelas sudah bagi kita ternyata hakekat kematian bukanlah kebinasaan, tetapi perpindahan dari alam materi ke alam non materi. Oleh karena itu apakah kita salah dan terkena penyakit TBC sebagaimana dakwaan Jammaah Takfiriyah, ketika kita bertabaruk dan meminta doa [bertawassul] kepada wali Allah..??? apakah ketika kita minta kepada Allah dengan perantaraan Anbiya dan wali-wali Allah swt sementara mereka adalah hidup di sisi Allah DARAH kita menjadi HALAL UNTUK DI KUCURKAN..??. La haula wala quwwata illa billah….

Ayyuhal wahabiyyuun……… anda benar dan kita terkena penyakit TBC dan layak ditumpahkan DARAH-DARAH Ahlu sunnah wal Jammaah jika yang kita jadikan perantara dalam berdoa itu adalah para thaghut, [Lihat Al-quran Surat An-nisa Ayat: 60] patung-patung [Lihat Al-quran Surat Yunus, Ayat: 18] dan para durjana semisal Ibnu Tai-Miyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab.

B. Riwayat

Kalau kita rujuk kembali kitab-kitab Jammaah Takfiriyah ini, akan banyak kita dapati kelucuan dan dagelan dalam mentafsirkan kematian manusia. [Lihat Majmu’u Fatawa, Bin Baz, juz 1, Halaman 408 atau halaman 417] atau masih dalam kitab yang sama juz 2, Halaman 765.

Nasiruddin Albani alwahabi salah satu teolog mazhab takfiriyah ini berkisah dalam muqaddimah kitab “Al-ayat Al-bayyinah fi Adami simaai Al-amwat] dengan latah mengatakan moksa dan terputusnya hubungan antara yang hidup dan mayyit. Lihat Kitab “Al-ayat Al-bayyinah fi Adami simaai Al-amwat, Nu’man Alusi].

Jayyid… saya tidak akan banyak mengutip pendapat mereka tentang pengharaman bertawassul dan terkena penyakit TBC bagi mereka yang menyakini sunnah Nabi ini dari novel-novel ulama Jammaah Takfiriyah yang dijadikan sandaran mereka untuk memoles wajah Islam Hanif menjadi garang. Saya muak …!! dan muntah ketika membaca humor dagelan mereka dalam menghancurkan citra Islam Hanif di dalam buku dan novel-novel ulama mereka.

Kalau kita kembali ke Kutub Arbaah, banyak sekali kita dapati betapa Kanjeng Nabi saw pun menghalalkan dan membolehkan kita bertawassul. [Lihat Kitab Sahih Bukhari fi Kitab Janaizi fi Babi Al-mayyit]. Atau juga kitab Sahih Muslim fi Kitab Al-jannati wa Sifati naiimiha wa Ahliha. Alhadist 70-71. atau kitab Musnad Ahmad bin Hanbal [fi musnadi Abi Hurairah] juz, 2 Halaman 347-445] lihat Musnad Anas juz 3, Halaman 233.

Di dalam kitab Tarikhul Madinah Almunawarah li Ibni Syubhi fi babil janaiz, disana dijelaskan bahwa para syuhada dan anbiya menjawab salam dan permintaan kita. Sementara dalam kitab Musnad Ahmad bin Hanbal {fi musnad Abi Huraiah} juz 2, halaman 3 di sana dengan gamblang di jelaskan bahwa Kanjeng Nabi saw menyuruh ummatnya untuk mentalqini si mayyit. Dan ajibnya hadist ini di benarkan oleh Ibnu Taimiyyah didalam Riwayat At-talqin di dalam kitabnya Alfatawa Alkubra Babu Talqin Almayyit wa Jawayu Mukhatabah li Ahli Alqubur.

Apakah masih kurang banyak dalil yang saya bawakan Ayyuhal Wahabiyuun…..?.

oke saya akan tetap menuruti kehendak kalian. Saya akan tetap berusaha menuliskan dan ingat tulisan saya ini tidak sekedar Copy Paste ala Wahabiyyah, karena kalau kita teliti dengan seksama “asasan” tulisan tulisan yang di tuangkan dalam situs-situs jammaah takfiriyah semuanya adalah Copy Paste. Jelas ini menunjukkan kemadegan dalam berfikir dan berkarya, kerennya mereka bangga dengan TAKLIF BUTA dan bakal dibutakan oleh Allah swt di dunia dan akherat nanti. Dan itu pasti…!

Tulisan saya Al-hamdulilah berasal dari hasil Tahqiq dan penelitian sejati. Jika wahabi datang ke tempat kost saya maka, jangan heran jika melihat banyak kitab-kitab yang berserakan disana-sini.

Jayyid….. kita ke masalah sesunguhnya itu sekedar basa-basi NO COPY PASTE, tapi berfikir dan jangan sebarkan penyakit TBC. Satu lagi bukalah mata telinga dan jangan merasa cukup dengan yang ada.

PARA SAHABAT NABI, KHALIFAH DAN YANG BERTAWASSUL ADALAH KAFIR

Stop…. Jangan prasangka buruk dulu dengan judul diatas, judul diatas akan benar adanya jika kita mengikuti fatwa-fatwa Jammaah Takfiriyah. Loh kok bisa ..?? sangat bisa dunk….

Lihat perkataan Ahmad bin Zaini Dahlan di dalam Kitab Ad-duru As-sanniyah fi Raddi Alal Wahabiyyah cetakan Mesir, Halaman 36. Di sana di jelaskan dengan gamblang bahwa sahabat besar Kanjeng Nabi saw, Abu Bakar As-siddiq juga bertawassul kepada jasad Kanjeng Nabi saw. Atau lihat juga perkataan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu di dalam Kitab Wafaul Wafa’ lil Mashudi juz 2, Halaman 1361 riwayat dari Abi said As-samani.

Al-Imam As-syafii sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ahmad Zaini Dahlan di dalam kitabnya halaman 30, dari Allamah [Ibnu Hajar] dalam kitab As-syawaiqul Muhriqoh fi Ar-raddi ala Ahlil Bid’I wa Zindiqi, ternyata Al-Imam As-Syafii bertawassul kepada Ahlul Baith Nabi saw.

Jika bertawassul kepada Wali Allah dan kekasih Allah dalam keadaan hidup atau mati itu di anggap KAFIR dan terkena penyakit TBC maka, Abu Bakar As-siddiq, Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu, Imam Syafii [semoga Allah memulyakan beliau] dan semua Ahlu Sunnah wal Jammaah beserta ummat Islam adalah MASUK NERAKA sebab mereka KAFIR dan DARAHnya HALAL untuk di tumpahkan. Lahaula wala Quwwata Illa billah… demi Allah, saya berlindung dari godaan “fulus gede” dan iming-iming surga dari Jammaah Takfiriyah yang terkutuk.

Allahu A’lam.

Tidak ada komentar: