Rabu, 27 Mei 2009

Hakim Arab Saudi : Istri Pantas Ditampar Jika Suka Boros!


80
Wahhabi
Rohani Wahhabi
Jeddah – Seorang hakim di Arab Saudi menuai kecaman karena pernyataannya dalam sebuah seminar tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Menurut hakim tersebut, sah-sah saja bagi seorang pria menampar istrinya yang suka menghambur-hamburkan uang. Hal itu dicetuskan Hamad al-Razine, seorang hakim di Jeddah. Razine memberi contoh pemborosan untuk membeli abaya dari toko terkenal sebagai pembenaran untuk memukul seorang istri. Abaya merupakan jubah berwarna hitam yang menutupi bagian kepala hingga ujung kaki wanita Saudi, yang wajib dikenakan di depan publik.

“Jika seseorang memberikan 1.200 riyal untuk istrinya dan dia menghabiskan 900 riyal untuk membeli satu abaya dari toko bermerk, dan jika suaminya menampar wajahnya sebagai reaksi atas tindakannya itu, dia pantas mendapatkan hukuman itu,” kata Razine seperti dikutip koran Arab News dan dilansir News.com.au, Senin (11/5/2009).

Kata-kata hakim tersebut sontak memicu protes dari para peserta seminar. Seminar tersebut diikuti oleh pejabat-pejabat Saudi juga aktivis kekerasan dalam rumah tangga.

Secara khusus seminar tersebut membahas peran pejabat kehakiman dan keamanan dalam mencegah kekerasan dalam rumah tangga. Dalam seminar itu, Razine mengakui masalah kekerasan dalam rumah tangga telah berakar di Saudi.

Dan isu itu baru menjadi isu serius belakangan ini saja. Namun dicetuskan Razine, sebagian kekerasan itu diakibatkan oleh perilaku para istri.

Raja Media dan Kepentingannya di Indonesia



Media
Media
Dalam sebuah wawancara dengan seorang pengamat media di Jakarta (yang tidak mau disebutkan namanya), persoalan dominasi media sebagai “tangan kepentingan” pihak asing sangat mengemuka. Berikut petikan perbincangan tersebut.

Begini, bagi sebagian orang, ideologi itu kan sudah mati; yang ada hanyalah kepentingan. Elit politik kita itu sesungguhnya kosong dari agenda. Mereka hanyalah karikatur dan kertas karton (wayang) yang dimainkan. Atau kasarnya, bangkai-bangkai yang mengejar kekayaan dan kekuasaan. Dalam daftar kepentingan mereka, yang paling bawah itu adalah rakyat; paling rendah dalam daftar prioritas mereka. Beginilah jadinya. Karena itu, mereka dengan mudah mengangkat orang yang sama sekali tidak memiliki kepedulian terhadap rakyat banyak, dan di sisi lain menjatuhkan orang yang memiliki kepedulian. Kita tahu, dalam media ada istilah agenda setting.

Bagaimana Anda melihat fenomena penguasaan media di Indonesia?

Sebetulnya, media massa kita sekarang ini sudah menjadi alat kepentingan. Siapa yang mereka wakili? Tentu, bukanlah masyarakat luas. Kepentingan yang mereka wakili adalah para pemilik modal; pemilik media itu sendiri atau korporasi yang mendanai kegiatan media bersangkutan. Ini bukan rahasia lagi dan semua orang tahu. Misalnya, di Indonesia ini hanya ada tiga atau empat orang saja yang menjadi pemilik media yang sangat banyak itu. Misalnya, Hary Tanu Sudibyo pemilik MNC yang terdiri dari RCTI, Global TV, dan TPI, plus Koran Seputar Indonesia. Satu orang memiliki empat media besar. Lalu, Khairul Tanjung pemilik Trans TV dan Trans7. Kemudian Abu Rizal Bakrie, pemilik ANTV dan TV ONE. Kita tidak tahu agenda apa yang ada di balik itu, tapi kita tahu mereka punya agenda. Yang jelas, mereka memiliki agenda yang tidak membela kepentingan masyarakat luas; hanya membela kepentingan korporasi. Kita tahu, mereka juga memiliki bisnis lain. Jadi, media hanya menjadi corong kepentingan saja.

Nah, kepentingan mereka itu apakah kepentingan ekonomi dengan kendali kepentingan ideologis dari luar, ataukah mereka sendiri memang memiliki kepentingan ideologis tertentu?

Begini, bagi sebagian orang, ideologi itu kan sudah mati; yang ada hanyalah kepentingan. Elit politik kita itu sesungguhnya kosong dari agenda. Mereka hanyalah karikatur dan kertas karton (wayang) yang dimainkan. Atau kasarnya, bangkai-bangkai yang mengejar kekayaan dan kekuasaan. Dalam daftar kepentingan mereka, yang paling bawah itu adalah rakyat; paling rendah dalam daftar prioritas mereka. Beginilah jadinya. Karena itu, mereka dengan mudah mengangkat orang yang sama sekali tidak memiliki kepedulian terhadap rakyat banyak, dan di sisi lain menjatuhkan orang yang memiliki kepedulian. Kita tahu, dalam media ada istilah agenda setting. Yaitu, melaksanakan sebuah agenda dengan menggunakan media sebagai alat. Misalnya, menyalurkan kepentingan kelompok pasar bebas. Mereka tahu, kalau memilih orang yang memiliki ideologi atau prinsip, itu sangat berbahaya. Makanya, mereka akan memilih orang yang sifat kepemimpinannya transaksional, bukan transformatif. Jadi, mereka akan memilih orang yang selalu berkata, “Anda mau memberi saya apa, kalau saya memberi sesuatu.” Bukan yang berkata, “Saya akan memperjuangkan kepentingan rakyat dan ini tak bisa ditawar-tawar.” Jadi, semua bisa ditawar, asal ada harga atau ongkosnya. Ini sungguh sangat berbahaya, tapi sebagian besar masyarakat kita tak mengetahuinya. Kalau yang terpelajar, jelas tahu. Meskipun, dari yang terpelajar itu mesti dibagi lagi; ada yang tahu dan peduli tetapi ada pula yang tahu tapi tak peduli.

Jadi, grand design-nya dari luar dan media di Indonesia itu hanyalah tangan saja untuk membuat arah perubahan yang dikehendaki oleh pihak asing di negeri ini?

Ya, kita sesungguhnya tidak bisa mengatakan “asing”, karena terkadang maksudnya adalah asing terhadap kepentingan rakyat banyak, bukan asing dari segi ras misalnya. Makanya, kita katakan tadi bahwa mereka itu menempatkan kepentingan umum di nomor urut paling bawah. Kalau kita perhatikan, mereka itu tidak memiliki hubungan dengan masyarakat luas. Hubungan mereka hanya melalui pencitraan-pencitraan di media, yang sudah di-design untuk menampakkan bahwa mereka memiliki kepedulian. Kalau kita perhatikan, dalam puluhan tahun terakhir ini rakyat kita hanya kebagian angka; pertumbuhan ekonomi sekian, inflasi sekian, dan penguatan rupiah sekian. Padahal, nasib mereka tak pernah berubah. Coba kita lihat keadaan rakyat dalam tiga atau empat puluh; tak ada perubahan! Mungkin saja orang akan mengatakan sekarang kredit motor gampang, tetapi harus diingat bahwa itu kredit. Orang yang punya kredit itu lebih besar masalahnya ketimbang yang tak punya. Mereka merasa lebih maju, padahal itu hanya angka-angka. Benar, orang-orang itu yang membuatkan untuk kita angka-angka tetapi kita hanya kebagian angka-angkanya. Dan medialah yang menghembuskan pertumbuhan ekonomi kita sekian dan sekian. Cuma yang tumbuh itu apa, rakyat kebanyakan tidak tahu. Jadi bayangkan, apa yang disajikan media itu sangat tidak mendidik dan tak mencerdaskan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perekonomian kita tak pernah dijelaskan selain angka-angka itu tadi. Lantas, kita mau mengharapkan apa dari media yang seperti ini?

Kalau menyuruk ke persoalan cara-kerja mereka Ustadz, tahrif atau distorsi atau disinformation itu dilakukan oleh media kita ini dengan cara mengubah teksnya atau konteksnya, atau kedua-duanya?

Bisa kedua-keduanya, tapi yang paling dipilih adalah dengan mengubah konteksnya. Terlalu nekad kalau sesuatu yang tidak faktual kemudian dibuat-buat; terlalu mudah diketahui. Namun yang mereka sajikan fakta memang, seperti pertumbuhan ekonomi misalnya, tapi yang tumbuh itu siapa, tidak pernah dijelaskan. Mereka yang anti-neoliberalisme menggugat, bagaimana cara penguasa merumuskan angka-angka pertumbuhan itu. Sesungguhnya, ini distorsi atau disinformasi secara besar-besaran karena angka itu tidaklah mewakili sektor riil. Sektor non-riil itu kan tidak mewakili orang banyak. Itu hanya berhubungan dengan orang-orang yang berada di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dalam ruangan sejuk; dari hotel ke hotel, dan seterusnya. Sementara, ketika mereka mengambil kebijakan untuk menaikkan harga premium, misalnya, semua orang terkena. Jadi, mereka memang melakukan cara kedua, yaitu memasukkan teks-teks itu ke dalam konteks yang sudah tersesat.

Ini tentu lebih berbahaya dan skalanya bisa sangat luas serta aspek penyadarannya bagi masyarakat tentu menjadi lebih sulit?

Lebih rumit, benar. Kalau sesuatu yang tidak ada dibuat-buat, maka lebih mudah untuk menunjukkan bahwa tidak demikian keadaannya. Tetapi kalau mereka memasukkan teks itu dalam konteks penyesatan, ini sangat berbahaya. Dalam terminologi al-Quran, kata Dhalin itu kan dalam bentuk kata kerjanya adalah “penyesatan”. Jadi, penyesatan itu bukannya tidak ada. Mereka mengubah kalimat-kalimat pada penempatan yang tidak semestinya; mengacaknya. Itulah yang terjadi.

Kalau dalam al-Quran, terminologi itu sering dikaitkan dengan orang-orang Yahudi; dari awal mereka sering melakukan itu. Apakah dalam konteks Indonesia hal ini dilakukan pula oleh kalangan Zionis, misalnya?


Ya, Zionis itu berbeda dengan Yahudi, sebagaimana kita ketahui. Zionis itu sebuah ideologi. Mereka bisa saja bersuku Arab, Jawa, Anglo-Saxon, orang bule atau hitam. Jadi Zionis itu bukan hanya orang Yahudi. Zionis itu kalau diintisarikan sebetulnya adalah “bagaimana menguasai pihak lain dengan cara apapun”, termasuk merampas hak orang lain, apapun konsekuensinya. Zionisme itu kemudian di dalamnya ada unsur-unsur Yahudi, Kristen, dan itu hanya masalah tambahan. Jadi Zionisme, Kolonialisme, Imperialisme, adalah satu jalan. Kita bedakan, karena ada tambahan unsur yang berbeda. Memang kalau kita kembalikan ke filsafat, semua aliran itu kembali pada dua: spiritualisme dan materialisme. Artinya, yang bertuhan atau tak bertuhan. Nah, yang tak bertuhan itu bermacam-macam variannya, begitu pula yang bertuhan.

Terakhir, melihat pelik dan krusialnya masalah ini, bagi bangsa Indonesia khususnya, maka kalau boleh kita menempatkan diri sebagai orang yang berkesadaran, apa hal pertama yang meski kita lakukan?

Yang paling penting kita lakukan adalah seperti tugas para nabi. Nabi-nabi itu dengan segala kekuatan yang diberikan Allah Swt hanya bisa menyampaikan kebenaran. Mereka punya mukjizat dan sebagainya. Memang, Allah yang Mahakuasa memang ingin manusia memilih kebenaran secara sukarela. Ini yang paling utama. Tetapi apabila kekuatan jahat itu melakukan kezaliman sedemikian rupa, sehingga merampas hak-hak untuk melakukan pendidikan dan pencerahan, mereka pun melakukan perlawanan. Misalnya, Nabi Musa as, Allah memberinya tugas kepada Firaun untuk mengajaknya kepada kebenaran, tetapi dengan “kata-kata yang lembut” (qaulan layyina). Tetapi, ketika Firaun bahkan untuk mendengarkan kebenaran saja tidak mau, menjadi represif, Musa pun melakukan perlawanan. Nabi Ibrahim pun melakukan hal yang serupa. Ketika menjelaskan kebenaran beliau kemudian dilawan dengan kekuatan, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan membela diri, kehormatan, dan mempertahankan kebenaran. Seperti dikatakan al-Quran, mula-mula dengan harta yang kita miliki, dan seterusnya.

Rahbar: Revolusi Lenyapkan Ketergantungan Kepada Asing



Kamis, 14 May 2009
Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa pemerintahan Islam Iran sama sekali tidak memandang satupun daerah di negeri ini dengan pandangan fanatisme, kesukuan, dan diskriminatif, sebab yang menjadi tolok ukur adalah keislaman dan ke-iran-an daerah itu. Berbicara di depan kalangan elit dan tokoh provinsi Kurdistan hari ini (Kamis 14/5) di Sanandaj Kurdistan, Rahbar menjelaskan adanya upaya musuh Islam dan Iran di tahun-tahun awal revolusi untuk menebar konflik etnis dan madzhab serta membuat wilayah Kurdistan sebagai kawasan dengan kondisi keamanan yang kritis. Beliau mengatakan, Republik Islam Iran yang bersandar pada dukungan rakyat mampu mengatasi gangguan itu. Akan tetapi semua pihak termasuk kalangan elit dan tokoh harus cerdik dan waspada menghadapi tipu daya jahat musuh-musuh luar.

Saat menjelaskan faktor yang memicu kebencian kaum imperialis dunia terhadap bangsa Iran, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menandaskan, sesuai karakternya, pemerintahan Islam memiliki pandangan yang bebas dan tak bisa dipengaruhi oleh kaum arogan dunia. Hal itulah yang membangkitkan permusuhan imperialis dunia terhadap bangsa Iran. Menghadapi permusuhan ini, pemerintahan Islam terpaksa harus membela diri.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut lenyapnya kehinaan dan ketergantungan kepada pihak asing sebagai salah satu buah kemenangan revolusi Islam. Beliau menambahkan, "Pemerintahan Islam memaparkan isu dan hakikat baru yang ‘indah, jelas dan berharga'. Dalam setiap perhitungan dan analisa poin penting ini harus mendapat perhatian penuh."

Rahbar menekankan pula bahwa muncul Iran sebagai negara yang bersatu, teratur, maju dan optimis dengan prestasi-prestasi besarnya, membuat cemas musuh. Sama seperti yang sudah-sudah, musuh tak akan pernah bisa menghentikan gerak laju bangsa Iran yang penuh kebanggaan ini. Sekarang dan kedepan pun mereka tak akan bisa berbuat apa-apa berkat adanya persatuan seluruh elemen bangsa dan kecerdasan para pejabat negara, khususnya langkah cerdik para tokoh dan elit bangsa dan memainkan peran mereka.

Senin, 25 Mei 2009

Rahbar: Revolusi Lenyapkan Ketergantungan Kepada Asing

Thursday, 14 May 2009
Sample ImagePemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa pemerintahan Islam Iran sama sekali tidak memandang satupun daerah di negeri ini dengan pandangan fanatisme, kesukuan, dan diskriminatif, sebab yang menjadi tolok ukur adalah keislaman dan ke-iran-an daerah itu. Berbicara di depan kalangan elit dan tokoh provinsi Kurdistan hari ini (Kamis 14/5) di Sanandaj Kurdistan, Rahbar menjelaskan adanya upaya musuh Islam dan Iran di tahun-tahun awal revolusi untuk menebar konflik etnis dan madzhab serta membuat wilayah Kurdistan sebagai kawasan dengan kondisi keamanan yang kritis. Beliau mengatakan, Republik Islam Iran yang bersandar pada dukungan rakyat mampu mengatasi gangguan itu. Akan tetapi semua pihak termasuk kalangan elit dan tokoh harus cerdik dan waspada menghadapi tipu daya jahat musuh-musuh luar.

Saat menjelaskan faktor yang memicu kebencian kaum imperialis dunia terhadap bangsa Iran, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menandaskan, sesuai karakternya, pemerintahan Islam memiliki pandangan yang bebas dan tak bisa dipengaruhi oleh kaum arogan dunia. Hal itulah yang membangkitkan permusuhan imperialis dunia terhadap bangsa Iran. Menghadapi permusuhan ini, pemerintahan Islam terpaksa harus membela diri.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut lenyapnya kehinaan dan ketergantungan kepada pihak asing sebagai salah satu buah kemenangan revolusi Islam. Beliau menambahkan, "Pemerintahan Islam memaparkan isu dan hakikat baru yang ‘indah, jelas dan berharga'. Dalam setiap perhitungan dan analisa poin penting ini harus mendapat perhatian penuh."

Rahbar menekankan pula bahwa muncul Iran sebagai negara yang bersatu, teratur, maju dan optimis dengan prestasi-prestasi besarnya, membuat cemas musuh. Sama seperti yang sudah-sudah, musuh tak akan pernah bisa menghentikan gerak laju bangsa Iran yang penuh kebanggaan ini. Sekarang dan kedepan pun mereka tak akan bisa berbuat apa-apa berkat adanya persatuan seluruh elemen bangsa dan kecerdasan para pejabat negara, khususnya langkah cerdik para tokoh dan elit bangsa dan memainkan peran mereka.

Ahmadinejad Menantang Debat Terbuka terhadap Obama

Tuesday, 26 May 2009 Sample ImagePresiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam konferensi pers di depan wartawan asing, hari Senin, menyatakan kesiapannya untuk berdebat dengan Presiden AS, Barack Obama di PBB guna membahas akar problema dan manajemen dunia. Kantor Berita Fars melaporkan, Ahmadinejad mengatakan, "Sebagaimana kunjungan sebelumnya ke New York, saya mengajak Presiden AS saat itu, Goerge W. Bush untuk berdebat di PBB. Jika terpilih kembali menjadi presiden Iran, saya kembali mengajak Presiden Barack Obama untuk berdebat soal akar problema dunia, manajemen dunia, partisipasi kolektif untuk keamanan dan perdamaian permanen."

Lebih lanjut Ahmadinejad mengatakan, "Satu-satunya jalan merealisasikan perdamaian permanen adalah perubahan pandangan kekuatan utama dunia akan manajemen dunia." Dikatakannya pula, "Perubahana pandangan harus terjadi pada bentuk pandangan sistem yang berlaku di dunia saat ini."

Jumat, 22 Mei 2009

Lagi, Iran Sukses Ujicoba Rudal Darat-darat 2000 km


sejjil2

Kejutan demi kejutan terus dipersembahkan oleh negeri mulla dalam bidang teknologi.

Televisi Aljazeera mengutip IRNA melaporkan, Iran mengumumkan keberhasilan melakukan uji coba peluncuran rudal darat yang mampu menjangkau jarak 2000 kilometer.

Sebagaimana dilansir IRNA dan didistribusikan irib, Ahmadinejad Rabu (20/5) di hadapan rakyat Propinsi Semnan, timur Iran mengkonformasi keberhasilan peluncuran rudal tersebut di udara Semnan.

Sejjil-2 termasuk rudal darat generasi terbaru. Sebelumnya Iran berhasil meluncurkan Sejjil-1 di musim gugur tahun lalu. Sejjil memiliki berdaya jangkau 2.000 km melebihi Shahab-3.

“Tarekat Capresiyah”?

Ni dia…

Jamaah tarekat yang tergabung dalam Jam’iyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia (JATMI) menyatakan dukungan kepada pasangan SBY-Boediono dalam Pilpres 2009. Dukungan ini karena SBY sendiri dianggap telah masuk jamaah JATMI.

“JATMI harus ikut dalam pembangunan nasional secara menyeluruh agar bangsa Indonesia tidak lagi mendapatkan hasutan-hasutan. Oleh karena itu, semua komponen JATMI mendukung SBY-Boediono,” Ketua umum DPP JATMI, KH Nukman Muhasyim, dalam jumpa pers di Hotel Sofyan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2009).

Menurut Nukman, kebedaraan JATMI sudah jelas dan sudah memiliki pengurus di sejumlah daerah yang siap melanjutkan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Sementara itu, Rois AM JATMI KH Maftuf Efendy juga mengatakan hal yang sama bahwa isu bahwa ke-Islaman SBY tidak jelas.

“Isu yang berkembang kalau SBY Islamnya tidak jelas, bukan dari golongan ummat. SBY itu murid saya,” ucapnya.

Mengenai JATMI memilih untuk mendukung SBY-Boediono, Maftuf memberikan alasan, banyak mursyid (jamaahnya) di daerah memberikan sms dukungan tersebut. Selain itu, dukungan ini merupakan hasil analisis kesepakatan DPP.

Jatmi sendiri mengaku bisa memenangkan SBY-Boediono karena didukung sekitar 8.267.000 anggota yang terdiri dari alim ulama, pendiri ponpes, kiyai.

“Jadi Jatim merupakan kumpulan dalam rangka menyelamatkan bangsa Indonesia,” ungkap dia.

Diakui Maftuf, SBY sendiri saat berada di Pondok Pesantre Al Kamal sudah berikrar masuk thariqoh. Dalam acara jumpa pers yang dihadiri perwakilan pengurus di 27 Provinsi itu, juga dikumandangkan shalawat.(detik)

Rabu, 20 Mei 2009

Hillary Clinton dan Skenario Balkanisasi NKRI

Menteri Luar Negeri baru Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton berkunjung ke Jakarta bulan Februari lalu, begitu dahsyat antusiasme kalangan elit politik Indonesia menyambut istri mantan presiden AS tersebut. Sampai-sampai mengundang decak kagum luar biasa, hatta masyarakat awam sekalipun. Jelas kunjungan itu sangat istimewa mengingat Indonesia adalah Negara muslim yang pertama yang di kunjungi Hillary.
Bintang Kejora
Bendera bintang kejora berkibar tepat di jantung Inggris
Yang patut di intip adalah bahwa, mantan isteri Presiden Amerika Bill Clinton itu tidak sekadar datang dan mengadakan pertemuan dengan presiden beserta para menteri di Jakarta lalu pulang. Melainkan juga menjalin serangkaian pertemuan dengan berbagai elemen masyarakat seperti para aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat seperti yang digelar di Gedung Perpustakaan Nasional.

Ini memang sebuah model dan gaya dari strategi Diplomasi Publik yang diterapkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika bahkan sejak era kepresidenan George W. Bush. Hanya saja, kebijakan luar negeri Bush yang memprioritaskan pada pendekatan militeristik yang ofensif terhaap berbagai negara berkembang, terutama negara-negara berpenduduk Islam, semantara Obama lebih mengedepankan pada gaya dan strategi diplomasi Publik. Dan inilah yang tengah diperagakan oleh Hillary ketika melawat ke Indonesia Februari lalu. Untuk itulah Hillary selalu antusias dan menyempatkan hadir dalam acara-acara “dolanan”, hiburan musik dll yang tidak selayaknya seorang utusan Negara super power ikut menyaksikan bahkan menontonnya.

Skema dan kebijakan strategis pemerintahan Obama pasca Bush ini harus dicermati secara seksama. Justru latarbelakang Obama yang pernah mukim di Indonesia, secara sadar atau tidak bisa dimanfaatkan sebagai intrumen psikologis untuk menaklukkan ego para elit politik di pemerintahan maupun DPR.

Hillary Clinton bulan Februari lalu telah kunjung ke Indonesia, namun, apakah ada perubahan secara fundamental dari sisi motivasi Amerika sebagai kekuatan global yang bertujuan menguasai dunia? Sampai detik ini, belum ada perubahan yang berarti alias sama saja.

Tidak percaya? Dalam kampanye Obama, meski dia secara tegas akan menarik mundur pasukan Amerika dari Irak, tapi lucunya Obama malah mendesak agar jumlah pasukan Amerika di Afghanistan malah diperbanyak.

Ada apa di balik opsi yang diambil Obama tersebut? Tak sulit menjawabnya. Afghanistan tidak saja berbatasan dengan Pakistan yang selama ini berada dalam pengaruh Amerika baik dari segi politik maupun militer, tapi pada saat yang sama Afghanistan adalah negara yang secara langsung bisa mengakses negara-negara Asia Selatan yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet. Seperti Khazakstan, Uzbekistan, Kirgistan, dan lain sebagainya. Selain itu Afghanistan adalah Negara yang berbatasan langsung dengan Iran.

Artinya, meski Obama dan Clinton memilih pendekatan non-militer dalam menarik simpati dan dukungan negara-negara berkembang termasuk Indonesia, namun cukup jelas bagi mereka seperti kasus di Afghanistan, Obama dan Clinton tidaklah jauh berbeda dengan Bush Kecil dan Condy.

Kepentingan Strategis AS di Indonesia
Dengan cara pandang tadi, maka lawatan Menlu Clinton ke Jakarta Februari lalu pastilah sarat dengan kepentingan dan strategis. Meski dalam pernyataannya setelah bertemu Menlu Hassan Wirajuda Menlu Clinton memuji praktek demokrasi di Indonesia, namun yang tersirat adalah sebuah peringatan dan warning bagi Indonesia supaya jangan sekali-kali mempunyai keinginan untuk merubah. Tetaplah pada pola yang ada saat ini. Tetaplah pada setingan Amerika. Inilah pesan yang disampaikan oleh Clinton ke SBY waktu itu.

Di sinilah sisi rawan dari platform politik pemerintahan Obama. Dengan jargon demokrasi dan penegakan HAM sebagai isu sentral, maka masalah masa depan Aceh dan Papua bisa menjadi duri dalam daging bagi hubungan Indonesia-Amerika ke depan.

Apalagi sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika bernama Rand Corporation, yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan atas dukungan dana dari Pentagon, internasionalisasi Aceh ternyata masih merupakan isu sentral dan agenda mereka hingga sekarang.
Bahkan dalam scenario building yang mereka gambarkan, wilayah Indonesia harus dipecah menjadi delapan bagian.

Sekadar informasi, rekomendasi Rand Corporation ihwal memecah Indonesia jadi 8 bagian tersebut dikeluarkan pada tahun 1998. Artinya, pada masa ketika Presiden Clinton masih menjabat sebagai presiden. Berarti rekomendasi Rand Corporation atas sepengetahuan dan sepersetujuan Presiden Clinton dan Pentagon.

Dengan demikian, menjadi cukup beralasan bahwa rekomendasi Rand Corporation tersebut akan dijadikan opsi oleh Obama. Karena rekomendasi Rand Corporation dikeluarkan ketika suami Hillary masih berkuasa.

Apa yang diinginkan oleh Pentagon dari skenario Rand Corporation Clinton..? itu Artinya, skenario ”Balkanisasi Nusantara” menjadi opsi yang logis untuk diterapkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika di era Obama dan Hillary Clinton.

Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara yang terpisah dari NKRI. Yang sudah terpisah Yaitu Timor Timur yang terjadi pada 1999 masa pemerinthana Habibie. Lalu Aceh, sepertinya sedang dalam proses dan berpotensi untuk pecah melalui “sandiwara” MoU Helsinki dan kemungkinan ( telah ) menangnya Partai Lokal di Aceh pada Pemilu 2009 tahun ini. Kemudian Ambon, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Riau, Bali. Dan sisanya tetap Indonesia.

Anggap saja skenario ini memang sudah ditetapkan oleh pemerintahan Obama, maka besar kemungkinan skenario ini akan dijalankan Amerika tidak dengan menggunakan aksi militer.

Dalam skema ini, Diplomasi Publik Menlu Clinton akan menjadi elemen yang paling efektif untuk menjalankan skenario Balkanisasi Nusantara tersebut.

Dengan kata lain, mengakomodasi dan menginternasionalisasi masalah Aceh atau Irian Jaya, akan dipandang oleh Amerika sebagai bagian dari gerakan demokrasi dan penegakan HAM.

Dalam kaitan ini pula, Uni Eropa memang sejauh ini memang sudah menjadi pemain sentral di Aceh pasca MoU Helsinki. Misalnya saja Pieter Feith, Juha Christensen sementara dari persekutuan Inggris, Australia dan Amerika, mengandalkan pemain sentralnya pada Dr Damien Kingsbury dan Anthoni Zinni.

Mereka semua ini dirancang sebagai agen-agen lapangan yang tujuannya adalah memainkan peran sebagai mediator ketika skenario jalan buntu terjadi antara pihak pemerintah Indonesia dan gerakan separatis. Ketika itulah mereka-mereka ini menjadi aktor-aktor utama dari skenario internasionalisasi Aceh, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya yang berpotensi untuk memisahkan diri dari NKRI.

Motivasi para penentu kebijakan luar negeri Amerika memang bisa dimengerti. Karena dengan lepasnya daerah-daerah tersebut, Amerika bisa mengakses langsung kepada para elite daerah tanpa harus berurusan dengan pemerintahan di Jakarta seperti sekarang ini.

Dorongan untuk memperoleh daerah pengaruh nampaknya memang bukan monopoli kepresidenan Bush. Obama pun pada hakekatnya bertujuan sama meski dengan metode yang berbeda.

Baik Bush maupun Obama agaknya menyadari bahwa konstalasi negara-negara di kawasan Amerika Latin yang notabene merupakan daerah halaman belakang mereka, ternyata semakin sulit untuk dikontrol. Dan bahkan berpotensi menjadi negara musuh Amerika.

Perkembangan terkini adalah menangnya calon presiden El Salvador yang berhaluan sosialis Mauricio Funes. Ekuador yang sekarang dipimpin oleh Presiden Rafael Correa seorang sosialis yang mengagendakan perlunya revolusi dalam ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Luis Inacio Lula dari Brazil yang memprioritaskan pengamanan energi, Evo Morales dari Bolivia yang menekankan programnya pada nasionalisasi industri gas, pertambangan dan kehutanan. Serta pengembalian tanah rakyat kepada petani miskin, perlindungan warga Indian, dan sebagainya.

Beberapa presiden Amerika Latin yang berhaluan kiri-tengah adalah Presiden Chilie Michele Bachelet dan Presiden Peru Alan Garcia. Dan di atas itu semua, Hugo Chavez dari Venezuela yang belakangan perseteruannya dengam Amerika semakin menajam justru ketika Amerika dipimpin Obama yang lebih moderat dari Bush.

Perkembangan beruntun di Amerika Latin tersebut tentu saja mencemaskan Amerika, meski sebagai negara kecil tidak perlu dikhawatirkan secara kemiliteran. Namun ketika negara-negara tersebut tidak lagi kooperatif baik secara politik maupun ekonomi, jelas hal ini sangatlah mengganggu.

Apalagi ketika hal itu kemudian memicu kedekatan negara-negara latin tersebut kepada Cina, Rusia, Korea Utara, Iran dan lain sebagainya.

Maka waspadalah……. !!.

Rabu, 13 Mei 2009

ASIS: Dinas Intelijen dan Pasukan Khusus Australia

Asis Logo
Logo ASIS
Awalnya, ASIS bermula sebagai badan intelijen pemerintahan kerajaan Inggris. Yang bertanggungjawab mengumpulkan informasi intelijen dari luar negeri, melakukan tugas-tugas kontra intelijen dan menjalin kerjasama intelijen dengan negara-negara lain.

ASIS pada perkembangannyan memiliki kedudukan yang sama dengan CIA dari Amerika dan Secret Intelligence Agencies (M16) milik Inggris. Sesuia perundang-undangan, ASIS memfokuskan diri pada operasi intelijen luar negeri.

Inilah yang membedakan ASIS dengan Australian Security Intelligence Organization (ASIO). Sehingga secara oganisasional, ASIS berada di bawah kendali Departemen Perdangan dan Luar Negeri (DFAT) yang bermarkas di Canberra.

Sebagai organisasi intelijen yang berada dalam komando Menteri Luar Negeri, ASIS sempat diberitakan pernah merekrut agen intelijend dari universitas-universitas yang ada di Australia untuk kepentingan mengawasi kegiatan spionase yang terjadi di Asia.

Peran ASIS di Irian Jaya
Selain Aceh, Irian Jaya merupakan provinsi Indonesia yang berpotensi besar untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekitar 1989 sampai 1991, ASIS melakukan sebuah penelitian terperinci dalam rangka tugas dan kegiatannya di Papua Nugini.

Ini ada kaitannya dengan keterlibatan ASIS dalam pelatihan pasukan di Papua Nugini. Sebuah pelatihan yang konon kabarnya dimaksudkan untuk memberikan dukungan terhadap gerakan kemerdekaan Irian Jaya dari tangan Indonesia dan Bougainvile dari Kepulauan Salomon Utara.

Pada tahun 1997, misi ASIS di Irian Jaya gagal. Meski operasi tersebut dinyatakan gagal, namun bukan berarti Australia akan berhenti begitu saja melepaskan permasalahan Irian Jaya.

Apalagi belakangan santer terdengar kabar bahwa pasukan khusus Australia berada di dekat perbatasan Irian Jaya dan Papua Nugini untuk melatih pasukan negara tetangga yang berbatasan dengan Indonesia.

Oleh karena itu, pihak TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) seharusnya waspada dan mengambil tindakan preventif. Apalagi ketika Australia beberapa minggu lalu mencanangkan peningkatan kekuatan militer baik darat, laut dan udara secara besar-besaran. Dan disadari atau tidak, keberadaan ASIS di Irian Jaya merupakan ancaman bagi keutuhan NKRI.

4th Battalion Royal Australian Regiment
Satuan ini merupakan pasukan elit atau pasukan khusus Australia yang tergabung dalam Australian Special Operations Command. Pasukan ini mulai terbentuk sejak 18 Januari 1952.

Pasukan ini berkemampuan multifungsi sebagai kekuatan penghancur, dalam peperangan hingga pengawal medis.

Pasukan ini tugas utamanya ketika era perang dingin adalah untuk melatih dan mengirimkan personil infanteri ke Korea Utara, ketika Amerika dan sekutu ketika membantu secara militer pasukan Korea Selatan melawan Korea Utara yang didukung oleh Cina.

Sejak Maret 1960, unit ini digabung dengan sekolah infanteri sebagai depot Company Royal Australian Regiment.

Unit inilah yang merupakan tulang punggung batalyon angkatan darat Australia yang mengadakan seleksi calon anggotanya selama satu bulan.

Beberapa aspek yang menjadi bahan latihan antara lain:
1. Special Forces
2. Special Forces Roping
3. Amphibious Operations.
4. Demolitions
5. Special Forces Parachute Operation
6. ACQB (Advance Close Quarter Battle)
7. Special Force heavy weapons.

Pasukan inilah yang di kirim oleh pemerintah Australia ke Irak.
Meski dikirim ke Irak dalam jumlah kecil, 4th battalion Royal Australian Regiment ini bisa menggambarkan kekuatan dan kemampuan pasukan khusus Angkatan Darat Australia selama fase pertama operasi Baghdad Assist digelar.

Dengan kata lain, unit ini sudah cukup untuk menggambarkan kekuatan Angkatan Darat Australia yang sesungguhnya. Sejak 1982, pasukan khusus ini dirubah menjadi pasukan setingkat brigade yang berada dalam kendali komando pasukan Divisi Utama.

Selasa, 05 Mei 2009

Abu Ammar Al-Baghdadi Wahhabi, Otak Aksi Terror di Iraq

Abu Ammar Al-Baghdadi
Abu Ammar: Pemimpin Al Qaedah Iraq
Situs berita Farsnews yang dinukil oleh Islammuhammadi hari ini Rabu, 29/04/2009, melaporkan bahwa panglima angkatan bersenjata Iraq Qashim Atha dalam konferensi dengan press mengatakan pihak militer Iraq telah menyebarluaskan foto pemimpin Al Qaedah Iraq, Abu Ammar Al-Baqdadi yang bermazahab Wahhabi Salafi.

Tujuan penyebaran foto gembong teroris wahhabi ini dimaksudkan supaya masyarakat Internasional terutama kalangan elit PBB memahami siapa selama ini yang menjadi dalang terror atas kaum muslimin dan otak adu domba diantara kaum muslimin Sunah dan Syiah di Iraq.

Qashim Atha dalam konferensi ketika di tanya oleh wartawan cara dan strategi menangkap gembong teroris itu menjawab:" Saat ini saya tidak akan memaparkan operasi dan strategi untuk menangkap gembong teroris ini, tetapi perlu diketahui bahwa dalam jangkan 2 bulan ke depan kami bisa pastikan Abu Ammar akan kita tangkap", tegasnya.

Abdullah Rasyid Shaleh atau yang dikenal dengan Abu Ammar Al-Baghdadi adalah pemimpin organisasi teroris yang bernama "Khilafah Islamiah Iraq". Dia dilahirkan pada tahun 1947 di kota Baghdad.

Pada umur 8 tahun dia tinggal bersama ibunya karena bapaknya meninggal dunia. Di tangan ibunya inilah Abu Ammar pada umur 11 tahun dikenalkan dengan pemikiran ekstrem Wahhabiyah Salafiyah Saudiyah. Tahun 1985 secara resmi Abu Ammar masuk dalam jaringan kelompok wahhabi ekstrem Iraq yang kemudian dia menjadi salah satu anggota penting dalam organisasi ini. Tahun 1987 dia terpengaruh oleh pemikiran Osamah bin Laden pemimpin Al Qaedah dan untuk beberapa lama bersama Usamah di Afghanistan. Selama 3 tahun di Afghanistan inilah Abu Ammar menimba banyak pengalaman dari gurunya mulai dari taktik perang dan mengunakan senjata modern.

Setelah selesai merampungkan belajarnya menjadi teroris, Abu Ammar kembali ke Bagdad dan melanjutkan misi sang guru. Tetapi sebelum itu, Abu Ammar masuk dalam dinas tentara Saddam Husain dan menjadi anggota tentara Ba'at Iraq. namun pada saat itu dia di tuduh akan menumbangkan pemerintahan Saddam dan selajutnya dia di hukum mati oleh tentara Ba'ats.

Selama ini ketika namanya hilang dan masyarakat telah melupakannya, tiba-tiba saat terjadi perang antara tentara Amerika dan Al Qaedah di Falujah nama Abu Ammar yang telah dilupakan oleh rakyat Iraq muncul. saat itu dia menjabat sebagai panglima perang Falujah dan nama dia menjadi buah bibir di Iraq. Abu Ammar Al-Baghdadi pada tahun-tahun akhir di kenal sebagai panglima perang Al Qaedah Iraq dan dia juga menamakan organisasi yang dia pimpin dengan nama "Khilafah Islamiyah Iraq". Dengan bantuan tentara penjajah Amerika Serikat, dia menjadi dalang dari semua terror di Iraq dan dia pula otak dari usaha adu domba Sunah dan Syiah di Iraq.

Pengeboman di tempat-tempat suci Syiah baru-baru ini adalah kerja dari Abu Ammar koalisi dengan tentara Amerika Serikat.[Islammuhammadi/mt/farsnews]

Israel Minta Bantuan Mesir Kutuk Ahmadinejad

Mubarak
Mubarak Hosni
Kemesraan antara Mesir dan Israel begitu luar biasa, sampai-sampai untuk mengutuk Ahmadinejad, Israel minta bantuan pemerintahan Hosni Mobarak.
Situs berita Press Tv berbahasa Persia, dalam laporannya hari ini Rabu, 29/04/2009 menulis, untuk mengutuk presiden Iran Mahmod Ahamdinejad yang mengingkari Holocoust, Israel minta bantuan Mesir.

Berkaitan permintaan Israel, Koran berbahasa Al-Balad Lebanon hari ini juga merilis melalui sumber terpercaya dari pemerintah Mesir saat wawancara melalui telephon dengan koran ini, Fathi Surur ketua Parleman Mesir membenarkan adanya surat dari Israel yang meminta kepada Mesir untuk mengutuk Ahmadinejad karena mengingkari Holocoust.

Dalam pidato 21 April lalu, Ahmadinejad menolak mentah-mentah Holocaust. Karena pernyataan ini, Ahmadinejad dianggap oleh Israel sebagai anti kemanusiaan dan berkhianat terhadap bangsa Isreal.

Kantor perwakilan parleman Mesir menambah keterangan Fathi Surur mengenai surat permintaan tersebut. Surat yang di kirim pada peringatan Holocoust 21 April lalu itu berisikan permintaan Israel kepada pemerintah Mesir agar mengutuk Ahmadinejad. Dalam surat yang telah disebarluaskan itu, Israel menyamakan Ahmadinejad dengan Hitler kedua dan meminta kepada parlemen Mesir serta parleman-parleman dunia untuk tidak berdiam diri.

Selain pengutukan, isi dari surat parlemen Israel juga menganggap Ahmadinejad sebagai ancaman dunia.[Islammuhammadi/mt/presstv/Albalad]