Kamis, 30 Juli 2009

Amerika Otak Peledakan Selama Ini

MAKASSAR, KAMIS - Abu Bakar Baasyir, Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, menyatakan ketidakyakinannya terhadap pernyataan Noordin M Top yang beredar di internet soal dirinya bertanggung jawab atas peledakan bom di Mega Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ba'asyir menuding ledakan bom yang terjadi yang menewaskan sembilan orang dan puluhan orang luka-luka tersebut adalah permainan Central Intelligency Agency (CIA) milik Amerika Serikat yang ingin membuat konflik dan mendeskreditkan umat muslim di Indonesia.

Itu diutarakan Abu Bakar Ba'asyir saat berada di Bulukumba dalam kegiatan dakwah Syariah Islam di mesjid Agung Bulukumba yang menghadiri undangan panitia pelaksanaan syariah islam di masjid Agung Bulukumba oleh Forum Umat Islam Bulukumba.

Menurut Ba'asyir, peledakan yang terjadi di Indonesia selama ini, otaknya adalah Amerikat Serikat. "Itu bertujuan agar Pemerintah Indonesia lebih menekan perjuangan umat muslim yang menyoroti pergerakan mereka," tegas Ba'asyir.

Ba'asyir bahkan tidak yakin jika pelaku pemboman di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Mega Kuningan adalah Noordin M Top yang saat ini dikejar oleh aparat kepolisian. "Sangat tidak masuk akal, dengan pengamanan yang superketat, orang luar bisa masuk membawa bahan peledak. Ini semua pasti kerjaan CIA, tapi kemudian menuduh umat islam yang melakukannya," tutur Ba'asyir.

Apakah Seks Anda Menyimpang? Cek di Sini !!!

BANYAK orang melakukan penyimpangan seksual. Di film-film sih, mereka yang berperilaku ganjil dalam kehidupan nyata digambarkan sebagai orang baik-baik atau terhormat di lingkungannya.

Untuk memuaskan selera seksnya yang ganjil, mereka tak segan-segan untuk membayar dengan harga tinggi, amat tinggi malah.

Baiklah, mari sedikit kita bahas. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.

Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Apa saja perilaku seks menyimpang itu? Ini dia daftarnya:

1. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.

Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, di samping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.

2. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.

Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.

3. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan di sini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS.

Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang mencari pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.

4. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.

5. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang.

Kondisi ini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya kepada lawan jenis yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi

Rabu, 15 Juli 2009

Ahmadinejad Ucapkan Belasungkawa

Ahmadinejad
Ahmadinejad: Ucapkan belasungkawa
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban atas jatuhnya pesawat Caspian Airlines, hari ini, 15/7/2009. Sebagaimana yang dirilis situs Farsnews.

Dalam surat itu, Ahmadinejad meminta Kementerian Transportasi dan Jalan untuk melakukan penyelidikan atas tragedi jatuhnya pesawat.
Pesawat Tupolev 154 buatan Rusia dengan nomor penerbangan 7908 itu jatuh mengangkut 153 penumpang dan 15 kru dalam perjalanan dari Bandara Internasional Imam Khamenei di Teheran, menuju ibu kota Armenia, Yerevan.

Pesawat jatuh dan meledak 16 menit setelah lepas landas di dekat kota Qazvin.

Kantor berita Farsnews melaporkan, sebagian besar penumpang merupakan warga negara Armenia. Sebagian lainnya warga Iran dan Georgia.

Komandan polisi Qazvin, Massoud Jafarinasab, mengatakan seluruh penumpang tewas. "Tupolev benar-benar hancur total. Seluruh penumpangnya tewas," kata Jafarinasab.

Pesawat Caspian Jatuh, Tewaskan 168 orang

Caspian Air
Caspian Airlines yang jatuh
TV nasional chanel 1 melaporkan, Pesawat Caspian dengan tujuan Tehran-Yerevan jatuh di dekat Provinsi Qazvin, barat Tehran dan menewaskan 168 orang penumpang.

Deputi Operasi kepolisian Republik Islam Iran, Brigjen II, Hossein Sajjadi Nia mengatakan, Seluruh penumpang pesawat Caspian yang berjumlah 168 tewas dalam kecelakaan tersebut. Pesawat ini terbang dari bandara Imam Khomeini Tehran menuju Yerevan, Armenia. Sajidi manambahkan, pesawat naas ini jatuh di kota Qazvin, barat Tehran.
Pesawat Caspian Airlines yang jatuhitu, sempat meledak dan membuat lubang atau kawah dengan kedalaman 10 meter.

Ini merupakan tragedi yang melibatkan pesawat Tupolev 154 ketiga sejak 2002. Dilaporkan, ini juga merupakan kecelakaan transportasi udara terparah sejak 2003 saat pesawat yang juga buatan Rusia, IIyushin II-76, jatuh.

"Ini merupakan tragedi besar di mana serpihan pesawat berserakan dalam area seluas 200 meter persegi," kata seorang petugas pemadam kebakaran kepada stasiun televisi chanel 6, Rabu (15/7/2009).

Dia menambahkan, ledakan pesawat menimbulkan cekungan sedalam 10 meter di tanah.

"Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kami hanya mencoba memadamkan api sebisa mungkin," ungkapnya.

Sementara itu Massoud Jafarinasab, komandan polisi kota Qazvin menyatakan seluruh penumpang diprediksi tewas. "Tupolev benar-benar hancur total. Seluruh penumpangnya tewas," kata Jafarinasab.

Siaran televisi menunjukkan kawah kecil di tanah yang diisi dengan serpihan baja di sekitarnya. Asap masih mengepul dari lokasi sementara polisi dan petugas lainnya mengamankan lokasi.

Minggu, 12 Juli 2009

jembatan rumpiyang seri 2












jembatan rumpiyang seri 1











jembatan rumpiyang


Marabahan kabupaten barito kuala

tanah ketiga disamping tanah pertama


ini tanah kedua diseberangnya cocok buat mess karyawan


ini tanah pertama

Jumat, 10 Juli 2009

Wartawan Newsweek Ngaku Beri Info Salah tentang Iran

Seorang wartawan majalah Newsweek, yang ditangkap otoritas Iran terkait pemberitaan pemilihan presiden, dilaporkan mengaku bahwa dia bekerja untuk kepentingan media Barat.

Diberitakan kantor berita Fars yang dikutip CNN, Kamis (2/7/2009), Maziar Bahari, menyampaikan pengakuan itu saat konferensi pers di Teheran, Selasa lalu.
Pria keturunan Kanada-Iran berusia 42 tahun itu dituduh membuat laporan pemberitaan yang salah terkait pilpres Iran dan dimuat di majalah Newsweek. Namun Newsweek menolak tuduhan itu.

"Dia (Bahari) sudah bertahun-tahun bekerja dan tidak pernah melakukan kesalahan. Dia juga salah satu wartawan terbaik kami," kata Chris Dickey, Kepala Biro Newsweek Paris.

Dickey menyatakan, Bahari tidak diizinkan berbicara dengan pengacara atau keluarganya sejak ditangkap 21 Juni lalu.

Dalam pengakuannya yang dikutip Fars, Bahari menyebut, media Barat merupakan bagian dari mesin kapitalis dan liberal pemerintahan Barat. Dia juga mengaku warga Iran ada yang dibayar media Barat untuk memberi informasi. "Sayangnya, terkadang kami membuat laporan yang salah. Kami menjadi rakus," aku pria yang juga pernah bekerja untuk stasiun televisi Inggris BBC dan Channel 4.

Sementara itu Amnesty International meragukan pengakuan Bahari itu. Menurut organisasi kemanusiaan itu, pengakuan itu merupakan bentuk intimidasi Republik Islam terhadap oposisi dan menyalahkan kekuatan Barat atas kekacauan pilpres Iran.

Rabu, 08 Juli 2009

Melacak Intervensi Amerika dalam Pilpres


Operasi intelijen Amerika Serikat rekayasa kemenangan calon presiden negara lain yang dianggap bersahabat dengan pemerintahan Gedung Putih di Washington, nampaknya bukan sekadar rekaan belaka. Buktinya Departemen Luar Negeri Iran baru-baru ini melayangkan nota protes kepada Kedutaan Besar Amerika dan negara-negara Uni Eropa.

Operasi intelijen Amerika Serikat rekayasa kemenangan calon presiden negara lain yang dianggap bersahabat dengan pemerintahan Gedung Putih di Washington, nampaknya bukan sekadar rekaan belaka. Buktinya Departemen Luar Negeri Iran baru-baru ini melayangkan nota protes kepada Kedutaan Besar Amerika dan negara-negara Uni Eropa. Karena pihak berwenang Iran rupanya menditeksi bahwa gelombang protes yang dilakukan oleh para pendukung Capres Mir Husen Musavi mendapat dukungan diam-diam dari beberpaa elemen asing di Teheran.

Iran memang sudah sewajarnya untuk waspada terhadap operasi intelijen ala CIA Amerika tersebut. Pada Agustus 1953, CIA yang ketika itu menugaskan Kermit (Kim) Roosevelt, sebagai koordinator operasi di Teheran, untuk menggulingkan Perdana Menteri Mossadegh yang oleh Amerika dianggap berhaluan nasionalis, dan bermaksud untuk menasionalisasikan seluruh perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Iran, khususnya yang bergerak dalam sektor minyak.

Seperti yang secara panjang lebar sempat kami tulis di situs ini beberapa waktu yang lalu, operasi intelijen menggusur Mossadegh diberi nama Operasi Ajax. Caranya, dengan menggalang dukungan militer di lapisan tengah komando. Artinya, CIA tidak segan-segan untuk menciptakan perpecahan di internal angkatan bersenjata Iran itu sendiri, bahkan mengkondisikan terjadinya pemberontokan beberapa perwira bawahan terhadap atasanya.

Itulah yang dilakukan oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Jenderal Zahedi sehingga atasannya, Kepala Staf Keamanan kabinet Jenderal Taghi Riahi, yang sebenarnya sudah mengetahui adanya rencana kudeta CIA yang dirancang Kim Roosevelt, pada akhirnya justru ditelikung dari belakang Jenderal Zahedi dan anak buahnya yang notabene merupakan bawahan Jenderal Taghi Riahi di jajaran komando kemiliteran.

Keberanian Jenderal Zahedi rupanya didorong oleh Kim Roosevelt, yang mengkoordinasikan seluruh operasi intelijen melawan Mossadegh yang ketika itu secara de fakto merupakan penguasa politik Iran menyusul tergusurnya Shah Iran oleh gerakan Mossadegh. Jadi, operasi Ajax sebenarnya bertujuan memulihkan kembali rezim Shah Iran ke tampuk kekuasaan.

Maka disusunlah beberapa langkah strategis yang dirancang CIA. Pertama, melalui kantor berita Associated Press, diwartakan bahwa Shah Iran telah mengeluarkan dekrit memberhentikan Mossadegh sebagai perdana menteri, dan pada saat yang sama mengangkat Jenderal Zahedi sebagai penggantinya.

Ketika Perdana Menteri Mossadegh yang tidak direstui oleh Shah Iran dan Amerika itu mulai mabuk kemenangan dan merasa dalam posisi cukup kuat, Kim Roosevelt mendorong Jenderal Zahedi membentuk Dewan Perang dan mulai melancarkan serangan terbuka kepada Mossadegh pada 19 Agustus 1853. Caranya, dengan menggalang dukungan dari beberapa komandan batalyon untuk bergabung dalam kudeta menggulingkan Mossadegh.

Namun lebih dari pada itu, rupanya berita yang tersebar di berbagai media massa luar negeri berkenaan dengan dekrit Shah Iran dari tempat pengasingannnya di Itali, telah memicu gelombang dukungan di dalam negeri Iran itu sendiri. Sehingga membuka peluang CIA untuk menunggangi gelombang dukungan terhadap kembalinya Shah Iran.

Maka, gerakan anti Mossadegh pun kembali mendapatkan momentum untuk berkobar kembali. Padahal sebenarnya CIA sudah bermaksud untuk menghentikan operasi Ajax pada 18 Agusutus 1953.

Aksi massa pro Shah Iran akhirnnya berhasil dimanfaatkan oleh pasukan militer yang berada dalam kendali Jenderal Zahedi, dan kemudian mengumumkan keberhasilan kudeta dan membacakan dekrit kerajaan melalui stasiun radio Iran. Tak lama kemudian, Jenderal Zahedi mengambil-alih kekuasaan dan Perdana Menteri Mossadegh akhirnya menyerah.

Partai Tudeh dan Musavi

Jika ada yang berpandangan bahwa Mir Husein Musavi adalah antek Amerika, nampaknya masuk akal juga. Sewaktu Ayatullah Khomeini berhasil menggulingkan Shah Iran pada 1979, Abu Hasan Bani Sadr dan Musavi berada di belakang Khomeini. Bani Sadr, sedari awal memang seorang intelektual didikan Perancis berhaluan Sosialis Demokrat. Namun Musavi, sebernya punya latarbelakang yang sedikut misterius. Mengingat hubungannya yang erat dengan Partai Tudeh yang berhaluan kiri.

Bahkan pada 1953, ketika Mossadegh digulingkan, Partai Tudeh dikenal sebagai partai berhaluan kiri yang berambisi meraih kekuasaan melalui jalan revolusi. Dan dalam skema inilah Musavi sebernarnya muncul dari haribaan Partai Tudeh. Alhasil, sewaktu Khomeini berhasil mengkonsolidasikan pemerintahan Islam Iran yang didominasi Islam Syiah, makaq Bani Sadr dan Musavi terpaksa harus lari ke luar negeri menghindari penangkapan pemerintahah Mullah pimpinan Khomeini.

Fakta ini semakin logis ketika pada 1953, dalam rencana operasi intelijen Amerika dan Inggris menggulingkan Mossadegh, CIA ternyata menggalang pasukan gerilyawan dari Partai Tudeh. Ironis memang, Amerika yang notabene anti komunis justru menggunakan elemen-elemen sayap kiri Iran untuk menggulingkan pemerintahan Mossadegh yang dituduh Amerika sebagai berhaluan ultra-nasionalis, kiri radikal dan pro Moskow.

Namun politik terkadang menggunakan segala cara, apalagi ketika operasi Ajax pada dasarnya ditujukan untuk memulihkan hak-hak perusahaan-perusahaan Inggris Anglo Iranian Oil Company.

Sebagai imbalan dari keberhasilan kudeta terhadap Mossadegh tersebut, beberapa perusahaan multinasional asing berhasil mendapatkan lisensi untuk beroperasi di Iran. Antara lain Royal Dutch Shell, Francaise des Petroles, dan lima perusahaan minyak Amerika.

Dari fakta ini terbukti, bahwa aktor intelektual di balik skema operasi semacam ini adalah Inggris. Dan Amerika sebagai pelaku utama alias Project Officer dari operasi Ajax.

Operasi CIA Gulingkan Rezim Juan Arbenz dari Guatemala

Setahun kemudian, tepatnya 1954, CIA yang ketika itu masih dalamkendali Allen Dulles, dengan diinspirasi oleh keberhasilan menggulingkan Mossadegh di Iran, mulai menyusun rencana mengkudeta Juan Arbenz yang dituduh Amerika sebagai berhaluan kiri dan pro Uni Soviet.

Maka seperti juga halnya di Iran, CIA kemudian membina seorang perwira menengah, bernama Kolonel Castilo Armas, untuk menjadi ujung tombak dari suatu kudeta militer menggulingkan Arbenz. Lagi-lagi, operasi ini berhasil dengan sukses, maka tampillah Kolonel Armas sebagai penguasa politik baru di Guatemala yang berhaluan kanan dan pro Amerika.

Gerakan CIA Menggoyang Chavez

Kalau dua kasus terdahulu terjadi di era 1950-an, kasus yang terjadi Venezuela ini justru terjadi sekitar 2007 lalu. Ceritanya begini. Karena Hugo Chavez dinilai Amerika sebagai presiden yang bermusuhan kepada pemerintahan Bush, maka disusunlah operasi intelijen menggoyang Chavez dengan cara mendukung kelompok oposisi menolak referendum konstitusi yang diajukan Chavez.

Alhasil, situasi politik di Venezuela praktis terpecah dua antara yang mendukung dan menolak referendum konstitusi. Inilah situasi yang kemudian diolah dan dimanfaatkan oleh CIA untuk menyusun Operasi Tenaza atau Operasi Pincer, yang intinya menggagalkan referendum konstitusi.

Operasi intelijen Amerika ini nampaknya dipimpin oleh pejabat kedutaan besar Amerika di Venezuela Michael Middleton Steere. Tidak jelas apakah ini nama sebernarnya atau hanya julukan belaka. Yang jelas, CIA menggunakan taktik klasik yaitu dengan menggalang dukungan militer dari dalam jajaran komando kemileteran itu sendiri. Maklum, karena Chavez sendiri ternyata mendapat dukungan lumayan kuat dari beberapa perwira tinggi angkatan udara, perwira menengah dan beberapa jenderal.

Bagi Indonesia yang sering mengalami kelangkaan bahan-bahan pokok alias Sembako secara tiba-tiba, sebaiknya menyadari bahwa taktik semacam ini rupanyan sering dilakukan CIA. Di Venezuela, rupanya CIA menyusun skenario kelangkaan bahan-bahan pokok sehingga memicu instabilitas politik dan memunculkan citra buruk bagi Presiden Chavez.

Tapi rupanya CIA tidak puas dengan cara-cara seperti itu. Taktik lain yang digunakan juga tak kalah kotor. Yaitu dengan memberikan suara menolak referendum dengan menggunakan kertas palsu. Sekaligus menerapkan praktek Maling teriak Maling. Yaitu dengan menyerang petugas referendeum dan propaganda dengan tuduhan pihak pemerintah telah melakukan pemalsuan perolehan suara pendukung referendum konstitutsi.

Referendum Konstitusi ini memang mencemaskan bagi Amerika karena dalam referendum yang diusulkan tersebut memberikan kewenangan kepada presiden mengontrol bank sentral, membentuk provinsi-provinsi baru yang diperintah oleh pejabat yang diangkat oleh pemerintah pusat, dan diturunkannya usia pemilih dari 18 menjadi 16.

Selain itu, referendum konstitusi juga memihak kepentingan kaum buruh dan pekerja. Misalnya dengan menetapkan jam kerja maksimum enam jam per hari dan 36 jam per minggu dan memperluas tunjangan keamanan sosial ke para pekerja di sektor ekonomi informal.

Sayang sekali, berkat dukungan dana yang besar dari Amerika melalui operasi CIA terhadap berbagai elemen oposisi Venezuela, referendum konstitusi yang ditawarkan Chavez berhasil digagalkan dengan angka tipis 4.504.354 suara menolak (50,70%) versus 4.379.392(49.29%).

Hanya saja, beruntung bagi Chavez karena meski kalah dalam referendum, namun kekuasaan tetap berada di tangan Chavez. Sehingga perjuangan dirinya untuk mewujudkan revolusi sosialisme tetap bisa dilanjutkan melalui sarana-sarana lain. Setidaknya Chavez masih punya banyak waktu sampai kekuasaannya berakhir pada 2013 mendatang.

Relevansinya bagi Indonesia

Indonesia, 8 Juli mendatang, akan mengadakan Pemilihan Presiden secara langsung. Setelah mempelajari berbagai modus operandi CIA dan berbagai elemen oposisi yang didukung Amerika terutama dalam kasus Iran dan Venezuela, sudah semestinya Indonesia waspada terhadap skenario yang mungkin akan dimainkan CIA maupun M-16 dalam pemilihan presiden 8 Juli mendatang.

Apalagi fakta membuktikan bahwa Departemen Luar Negeri Amerika tetap didominasi oleh kalangan konservatif yang tidak bersahabat dengan negara-negara sedang berkembang yang berpenduduk Islam cukup besar, seperti Indonesia.

Apalagi beberapa pakar Amerika baik dari Ohio maupun Yale University yang sekarang melakukan tugas-tugas terselubung dengan berkedok penelitian, sudah berada di Indonesia sekitar beberapa bulan terakhir.

Mereka ini, menurut berbagai informasi yang berhasil dihimpun Global Future Institute, mempunyai kontak-kontak dan jaringan kerjasama dengan unit intelijen dan riset (INR) Departemen Luar Negeri Amerika. Beberapa agennya, dikenal sebagai Indonesianis.

Menyadari kenyataan tersebut, kita di Indonesia sudah seharusnya melakukan antisipasi terhadap skenario Amerika dalam menanggapi hasil pemilihan presiden jika hasilnya nanti tidak sesuai dengan keinginan atau agenda Amerika.

Karena itu, skenario Amerika untuk mendukung elem pro Amerika seperti yang dilakukan dengan mendukung Musavi di Iran, bukan tidak mungkin akan dilakukan di Indonesia.

(Ditulis oleh Hendrajit, Penulis adalah Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI))

Iran Siap Balas Setiap Serangan Musuh

Boroujerdi
Boroujerdi
Iran siap untuk mengambil aksi "nyata dan menentukan" apabila Israel menyerang fasilitas nuklirnya. Pernyataan ini disampaikan oleh Alaeddin Boroujerdi, kepala komite parlemen Iran untuk kebijakan luar negeri dan keamanan nasional, Senin (6/7). Pernyataan Alaeddin Boroujerdi disampaikan setelah Wakil Presiden AS Joe Biden mengisyaratkan Washington tidak akan ikut campur untuk menangkal kemungkinan serangan militer Israel ke Iran.
"Baik AS dan Israel sadar akan konsekuensi dari keputusan yang keliru itu," tegas Boroujerdi kepada beberapa wartawan di Kedutaan Besar Iran di Tokyo.

"Saya yakin respons kami nyata dan menentukan," kata Broujerdi tanpa merinci maksud pernyataannya itu.

Israel khawatir Iran tengah mengembangkan persenjataan nuklir untuk ditargetkan ke negara Yahudi itu. Sementara Iran membantah pihaknya berupaya mengembangkan persenjataan dengan dalih bahwa nuklir yang dikembangkannya ditujukan guna membangkitkan energi.

Pemerintah Israel telah menjelaskan keinginannya untuk menghentikan program nuklir Iran melalui diplomasi. Namun, Israel tidak menampik kemungkinan menggunakan serangan militer apabila upayanya itu tidak berhasil.

Dalam wawancaranya dalam program ABC, This Week, Ahad kemarin, Biden ditanya apakah AS akan melakukan intervensi apabila Israel memutuskan melancarkan serangan militer.

"Lihat, kami tidak dapat mendikte apa yang negara berdaulat lain dapat lakukan dan tidak dapat lakukan," jawab Biden.

Broujerdi juga mempertahankan aksi pemerintahannya yang menindak tegas terhadap para perusuh menyusul pilpres Iran belum lama ini.

Mir Hossein Mousavi dan Karroubi mengatakan, pemilu 12 Juni lalu yang dimenangkan presiden Mahmoud Ahmajinejad tidak sah dan penuh dengan kecurangan.

Boroujerdi mengatakan polisi Iran hanya bertindak untuk memulihkan keadaan menyusul kerusuhan and aksi protes yang dinilainya dipicu oleh Mousavi.

"Tidak ada kekacauan, (sekarang) ini adalah situasi benar-benar damai di Iran," katanya.