Rabu, 13 Mei 2009

ASIS: Dinas Intelijen dan Pasukan Khusus Australia

Asis Logo
Logo ASIS
Awalnya, ASIS bermula sebagai badan intelijen pemerintahan kerajaan Inggris. Yang bertanggungjawab mengumpulkan informasi intelijen dari luar negeri, melakukan tugas-tugas kontra intelijen dan menjalin kerjasama intelijen dengan negara-negara lain.

ASIS pada perkembangannyan memiliki kedudukan yang sama dengan CIA dari Amerika dan Secret Intelligence Agencies (M16) milik Inggris. Sesuia perundang-undangan, ASIS memfokuskan diri pada operasi intelijen luar negeri.

Inilah yang membedakan ASIS dengan Australian Security Intelligence Organization (ASIO). Sehingga secara oganisasional, ASIS berada di bawah kendali Departemen Perdangan dan Luar Negeri (DFAT) yang bermarkas di Canberra.

Sebagai organisasi intelijen yang berada dalam komando Menteri Luar Negeri, ASIS sempat diberitakan pernah merekrut agen intelijend dari universitas-universitas yang ada di Australia untuk kepentingan mengawasi kegiatan spionase yang terjadi di Asia.

Peran ASIS di Irian Jaya
Selain Aceh, Irian Jaya merupakan provinsi Indonesia yang berpotensi besar untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekitar 1989 sampai 1991, ASIS melakukan sebuah penelitian terperinci dalam rangka tugas dan kegiatannya di Papua Nugini.

Ini ada kaitannya dengan keterlibatan ASIS dalam pelatihan pasukan di Papua Nugini. Sebuah pelatihan yang konon kabarnya dimaksudkan untuk memberikan dukungan terhadap gerakan kemerdekaan Irian Jaya dari tangan Indonesia dan Bougainvile dari Kepulauan Salomon Utara.

Pada tahun 1997, misi ASIS di Irian Jaya gagal. Meski operasi tersebut dinyatakan gagal, namun bukan berarti Australia akan berhenti begitu saja melepaskan permasalahan Irian Jaya.

Apalagi belakangan santer terdengar kabar bahwa pasukan khusus Australia berada di dekat perbatasan Irian Jaya dan Papua Nugini untuk melatih pasukan negara tetangga yang berbatasan dengan Indonesia.

Oleh karena itu, pihak TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) seharusnya waspada dan mengambil tindakan preventif. Apalagi ketika Australia beberapa minggu lalu mencanangkan peningkatan kekuatan militer baik darat, laut dan udara secara besar-besaran. Dan disadari atau tidak, keberadaan ASIS di Irian Jaya merupakan ancaman bagi keutuhan NKRI.

4th Battalion Royal Australian Regiment
Satuan ini merupakan pasukan elit atau pasukan khusus Australia yang tergabung dalam Australian Special Operations Command. Pasukan ini mulai terbentuk sejak 18 Januari 1952.

Pasukan ini berkemampuan multifungsi sebagai kekuatan penghancur, dalam peperangan hingga pengawal medis.

Pasukan ini tugas utamanya ketika era perang dingin adalah untuk melatih dan mengirimkan personil infanteri ke Korea Utara, ketika Amerika dan sekutu ketika membantu secara militer pasukan Korea Selatan melawan Korea Utara yang didukung oleh Cina.

Sejak Maret 1960, unit ini digabung dengan sekolah infanteri sebagai depot Company Royal Australian Regiment.

Unit inilah yang merupakan tulang punggung batalyon angkatan darat Australia yang mengadakan seleksi calon anggotanya selama satu bulan.

Beberapa aspek yang menjadi bahan latihan antara lain:
1. Special Forces
2. Special Forces Roping
3. Amphibious Operations.
4. Demolitions
5. Special Forces Parachute Operation
6. ACQB (Advance Close Quarter Battle)
7. Special Force heavy weapons.

Pasukan inilah yang di kirim oleh pemerintah Australia ke Irak.
Meski dikirim ke Irak dalam jumlah kecil, 4th battalion Royal Australian Regiment ini bisa menggambarkan kekuatan dan kemampuan pasukan khusus Angkatan Darat Australia selama fase pertama operasi Baghdad Assist digelar.

Dengan kata lain, unit ini sudah cukup untuk menggambarkan kekuatan Angkatan Darat Australia yang sesungguhnya. Sejak 1982, pasukan khusus ini dirubah menjadi pasukan setingkat brigade yang berada dalam kendali komando pasukan Divisi Utama.

Tidak ada komentar: