Sabtu, 10 Januari 2009

Obama Ulangi Klaim Bush



Presiden Terpilih AS, Barack Obama Jumat (10/1) usai mengumumkan pejabat tinggi intelejen pemerintahannya menyatakan bahwa Iran adalah ancaman riil bagi keamanan negaranya. Pada kesempatan tersebut Obama juga mengatakan bahwa tim keamanan nasionalnya belum menentukan kebijakan jelas tentang Iran. Jelas kiranya, statemen anti Iran Obama bukanlah statemen baru. Bagaimanapun, sikap Obama tersebut menunjukkan bahwa ia tetap mengekor Bush dari pada menentukan politik independen yang realistis dalam kebijakan luar negerinya.

Di saat Obama menyatakan Iran sebagai ancaman bagi keamanan AS, politik intervensi negara ini telah memercikkan api peperangan di Timur Tengah dan pertumpahan darah di kawasan. Faktanya, politik Bush selama delapan tahun masa pemerintahannya tidak menyisakan apapun bagi Timur Tengah kecuali instabilitas dan terorisme di Irak dan Afghanistan serta pembantaian warga Palestina di tangan Rezim Zionis Israel.

Meski Obama belum resmi menduduki kursi kepresidenan yang tinggal sembilan hari lagi, namun statemennya terkait Iran menunjukkan bahwa pemerintahan AS belum memahami realitas bahwa periode politik sepihak akan berakhir dan Gedung Putih terpaksa menerima kondisi baru.

AS dalam tiga dekade lalu pernah memberikan lampu hjau kepada rezim Saddam untuk menyerang Iran dan menduduki Kuwait. Beberapa tahun kemudian, AS menduduki Afghanistan dan Irak dengan alasan pemusnahan senjata pembunuh massal Irak dan pemberantasan terorisme. AS yang kini tengah diterpa krisis ekonomi berusaha menutupi kerugiannya dari kantong negara-negara regional dengan mengumbar klaim bohong terkait perwujudan keamanan dan kekhawatiran terhadap aktivitas nuklir Iran serta penebaran sentimen anti-Iran.

Dalam kondisi seperti ini, berjalan di jalur keliru serta penggunaan diplomasi dan logika Bush yang terbukti gagal, tidak hanya akan mencoreng kredibilitas kebijakan luar negeri Obama, bahkan akan semakin menonjolkan kelemahan politik luar negeri AS. Atas dasar tersebut, para analis politik telah mengingatkan agar Obama merombak politik luar negeri AS dan menebus kesalahan masa lalu sebelum mengambil keputusan.

Kebijakan tersebut sangat penting apalagi menyangkut Iran dan diharapkan Obama bisa memahami fakta bahwa Republik Islam Iran merupakan pemerintahan independen yang didukung oleh rakyat dan tidak membutuhkan AS serta kekuatan adidaya lainnya. Bagimanapun, AS dengan politik ancaman, klaim infaktual, dan agitasi, tidak bisa mengabaikan peran kunci dan berpengaruh Iran dalam menjaga stabilitas dan kemananan kawasan.

Tidak ada komentar: