Kamis, 08 Januari 2009

Vatikan Kutuk Kejahatan Rezim Zionis Di Gaza!


Mendiang Paus Yohanes Paulus bersama Presiden Iran Khatami

Mendiang Paus Yohanes Paulus bersama Presiden Iran Khatami

“Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (QS. 5:83)

Hubungan antara Vatikan dan Israel menjadi tegang pada Kamis ketika negara Yahudi itu mengecam seorang pembantu Paus Benediktus XVI, Kardinal Renato Martino, karena menyebut Gaza “sebuah kamp konsentrasi besar”.

Israel mengkritik Kardinal Renato Martino sementara Paus itu berpidato di depan para diplomat. Dalam pidatonya ia menyatakan penentangan penggunaan kekerasan baik oleh Israel maupun Hamas di Gaza.

Pada Rabu, Martino, ketua Dewan Vatikan bagi Keadilan dan Perdamaian, menyampaikan kritik sangat pedas Vatikan terhadap Israel sejak ofensifnya di kantung yang dikuasai Palestina, dengan menyebut Gaza sebuah “kamp konsentrasi besar”.

“Kami terkejut mendengar kata-kata seorang tokoh spiritual yang begitu jauh dari kebenaran dan martabat,” kata jurubicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor kepada Reuters.

“Kosakata propaganda Hamas yang berasal dari seorang kardinal merupakan fenomena yang mengejutkan dan mengecewakan,” ujarnya.

Pope Benedict XVI bersama mantan Presiden Iran Mohammad Khatami

Pope Benedict XVI bersama mantan Presiden Iran Mohammad Khatami

Pertikaian soal pernyataan Martino dan juga pemboman Israel atas Gaza telah membayangi perundingan bagi Paus untuk mengunjungi Tanah Suci pada Mei, suatu lawatan yang oleh sejumlah diplomat katakan sekarang belum tahu nasibnya.

Dalam pidatonya, Paus menyatakan “pecahnya kekerasan baru menimbulkan kerusakan dan penderitaan bagi warga sipil” di Gaza dan Israel dan mendesak “penolakan kebencian, aksi provokasi dan penggunaan senjata”.

“Kekerasan dari manapun asalnya dan bagaimanapun bentuknya harus dikecam”.

Hampir 700 orang Palestina gugur sejak Israel memulai ofensif pada 27 Desember dengan tujuan menghentikan serangan-serangan Hamas. Sebelas serdadu Israel mati dan tiga warga sipil lainnya tewas sejak serangan dimulai.(Antara)

Tidak ada komentar: