Minggu, 22 Maret 2009

AS dan Rusia, Ke Era Perang Dingin Atau Pencairan Kebekuan

Saturday, 21 March 2009 Dunia tentunya masih belum melupakan kemeriahan acara pengambilan sumpah ‎jabatan Presiden Barack Hussein Obama di Washington DC, Januari lalu. ‎Keberhasilan Obama melenggang ke Gedung Putih itu dibarengi dengan harapan ‎masyarakat umum dunia akan munculnya perubahan mendasar di Amerika Serikat. ‎Sebab, Presiden kulit hitam pertama di AS itu datang dengan membawa slogan ‎perubahan dalam kampanyenya. Perubahan memang diharapkan mengingat dunia ‎telah sedemikian menderita ketika AS dipimpin selama delapan tahun oleh George W ‎Bush. ‎

Selain menyulut perang berkepanjangan di dua negara, Afganistan dan Irak, Bush ‎telah menggiring dunia ke arah era perang dingin. Kebijakan yang dijalankan Gedung ‎Putih di masa kepemimpinan mantan Gubernur Texas itu menimbulkan kekhawatiran ‎banyak pihak di dunia akan munculnya kembali era perang dingin yang mencekam. ‎Bush membawa AS berhadap-hadapan dengan Rusia dan memaksa Kremlin untuk ‎bereaksi menghadapi jurus-jurusnya. Kini kekuasaan telah berpindah tangan, dan ‎Barack Obama dengan janji perubahannya tengah memerintah. ‎

Di pihak Rusia sendiri, ada harapan terbukanya ufuk baru dalam hubungan dengan ‎AS. Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa dirinya optimis dalam ‎pertemuan dengan Barack Obama April mendatang hubungan kedua negara akan ‎memasuki lembaran yang baru. Harapan itu sendiri muncul setelah Menteri Luar ‎Negeri kedua negara melakukan pertemuan. Medvedev juga pernah menyampaikan ‎hal itu dalam pertemuannya dengan mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger. ‎Saat itu ia mengatakan, Moskow berharap bisa membuka perundingan terarah ‎dengan Barack Obama menyangkut berbagai isu dunia.‎

Yang pasti, saat ini antara AS dan Rusia terdapat perbedaan pandangan yang tajam ‎dalam menyikapi banyak isu penting regional dan global. Isu yang dipandang ‎terpenting adalah program pelebaran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke ‎wilayah bekas Blok Timur, program penempatan sistem pertahanan anti rudal milik AS ‎di Republika Cheko, berbagai isu Timur Tengah, isu Korea Utara, dan infiltrasi AS dan ‎NATO di wilayah Kaukasus. Terkait masalah Cheko memang ada perkembangan ‎yang menggembirakan Rusia setelah pemerintah Cheko menyatakan penangguhan ‎program penempatan sistem pertahanan anti rudal AS. Para pengamat menilai bahwa ‎Obama sendiri tidak banyak mempedulikan program yang dicanangkan oleh Bush itu. ‎

Melihat kenyataan seperti itu, memang ada harapan akan terjadinya perubahan dalam ‎hubungan AS-Rusia. Namun semua itu kembali kepada keseriusan Obama untuk ‎merealisasikan janjinya. Kita tunggu saja.‎

Tidak ada komentar: