Selasa, 03 Maret 2009

Obyek-Obyek Isu Kesesatan Syiah


Ada beberapa poin yang sering dituduhkan para pembenci Syiah untuk memprovokasi kaum muslimin agar turut mengikuti langkah mereka dengan menyebarkan fitnah-fitnah terhadap Syiah.

—————————————

Obyek-Obyek Isu Kesesatan Syiah


Ada beberapa poin yang sering dituduhkan para pembenci Syiah untuk memprovokasi kaum muslimin agar turut mengikuti langkah mereka dengan menyebarkan fitnah-fitnah terhadap Syiah. Di sini, kita akan sebutkan beberapa obyek yang sering dijadikan bahan untuk penyesatan Syiah besrta jawaban ringkasnya;

1. Syiah menyelewengkan al-Qur’an

Ulama Syiah dari dulu hingga sekarang menolak pendapat tentang berlaku penyelewengan dalam bentuk seperti berlaku perubahan/tahrif, lebih atau kurangnya ayat-ayat Qur’an sama ada dari kitab-kitab Syiah atau Ahlul Sunnah.

Mereka berpendapat jika hujah berlakunya perubahan ayat-ayat Qur an diterima maka Hadith sohih Nabi Muhammad SAW yang bermaksud, ” Aku tinggalkan kamu dua perkara supaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya iaitu al-Qur an dan Sunnah/Ahl Bayt,” tidak boleh dipakai lagi kerana al-Qur an yang diwasiatkan oleh Nabi SAW untuk umat Islam sudah berubah dari yang asal sedangkan Syiah sangat memberatkan dua wasiat penting itu dalam ajaran mereka.Lagi pun Hadith-hadith yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Syiah berkaitan dengan tahrif keatas al-Qur an yang berjumlah kira-kira 300 itu adalah Hadith-hadith dhaif. Begitu juga dalam kitab-kitab Sunnah seperti Sahih Bukhari turut menyebut tentang beberapa Hadith tentang perubahan ayat-ayat Qur an misalnya tentang ayat rejam yang dinyatakan oleh Umar al-Khattab, perbedaan ayat dalam Surah al-Lail dan sebagainya. Bukahkah Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an (Surah 15:9),: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Zikr (al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami memeliharanya.” Sekiranya seseorang itu menerima pendapat bahawa al-Qur’an telah diselewengkan oleh sesuatu golongan maka di sisi lain orang ini sebenarnya telah menyangkal kebenaran ayat di atas. Oleh itu semua pendapat tentang kemungkinan berlakunya tahrif dalam ayat-ayat Qur an sama ada dari Syiah atau Sunnah wajib ditolak sama sekali.

Imam Ja’far al-Sadiq AS meriwayatkan sebuah Hadith dari datuknya Rasulullah SAW: “Setiap Hadith yang kamu terima dan bersesuaian dengan Kitab Allah tidak diragukan datangnya dari aku dan Hadith-hadith yang kamu terima yang bertentangan dengan Kitab Allah, sesungguhnya bukan datang dariku.” [Al-Kulaini, al-Kafi, Jilid I, Hadith 205-5]

2. Nikah Mut’ah

Berhubung dengan isu hangat yaitu Nikah Mut’ah yang dikaitkan dengan zina, pendapat ini menimbulkan kemusykilan yang amat sangat. Ini karena menyamakan Mut’ah Nikah dengan zina membawa maksud seolah-olah Nabi Muhammad SAW pernah menghalalkan zina dalam keadaan-keadaan darurat seperti perang Khaibar dan pembukaan kota Mekah. Pendapat ini tidak boleh diterima karena perzinaan memang telah diharamkan sejak awal Islam dan tidak ada rokhsah dalam isu zina.

Sejarah menunjukkan bahwa Abdullah bin Abbas diriwayatkan pernah membolehan Nikah Mut’ah tetapi kemudian menarik balik fatwanya di zaman selepas zaman Nabi Muhammad SAW.

Kalau mut’ah telah diharamkan pada zaman Nabi SAW apakah mungkin Abdullah bin Abbas membolehkannya?

Sekiranya beliau tidak tahu [mungkinkah beliau tidak tahu?] tentang hukum haramnya mut’ah apakah mungkin beliau berani menghalalkannya pada waktu itu?

Fatwa Abdullah bin Abbas juga menimbulkan tanda tanya karena tidak mungkin beliau berani membolehkan zina [mut'ah] dalam keadaan darurat seperti makan bangkai, darah dan daging babi kerana zina [mut'ah] tidak ada rokhsah sama sekali walaupun seseorang itu akan mati jika tidak melakukan jimak. Sebaliknya Abdullah menyandarkan pengharaman mut’ah kepada Umar al-Khattab seperti tercatat dalam tafsir al-Qurtubi meriiwayatkan Abdullah bin Abbas berkata, ” Sekiranya Umar tidak mengharamkan mut’ah nescaya tidak akan ada orang yang berzina kecuali orang yang benar-benar jahat.” (Lihat tafsiran surah al-Nisa:24)

Begitu juga pengakuan sahabat Nabi SAW yaitu Jabir bin Abdullah dalam riwayat Sohih Muslim, ” Kami para sahabat di zaman Nabi SAW dan di zaman Abu Bakar melakukan mut’ah dengan segenggam korma dan tepung sebagai maharnya, kemudian Umar mengharamkannya karena Amr bin khuraits.”

Jelaslah mut’ah telah diamalkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW selepas zaman Rasulullah SAW wafat. Oleh itu hadith-hadith yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah mengharamkan mut’ah nikah sebelum baginda wafat adalah hadith-hadith dhaif.

Dua riwayat yang dianggap kuat oleh ulama Ahlul Sunnah yaitu riwayat yang mengatakan nikah mut’ah telah dihapuskan pada saat Perang Khaibar dan pembukaan kota Mekah sebenarnya hadith-hadith yang dhaif. Riwayat yang mengaitkan pengharaman mut’ah nikah pada ketika Perang Khaibar lemah karena seperti menurut Ibn al-Qayyim ketika itu di Khaibar tidak terdapat wanita-wanita muslimah yang dapat dikawini. Wanita-wanita Yahudi (Ahlul Kitab) ketika itu belum ada izin untuk dikawini. Izin untuk mengahwini Ahlul Kitab seperti tersebut dalam Surah al-Maidah terjadi selepas Perang Khaibar. Tambahan pula kaum muslimin tidak berminat untuk mengawini wanita Yahudi ketika itu karena mereka adalah musuh mereka.

Riwayat kedua diriwayatkan oleh Sabirah yang menjelaskan bahwa nikah mut’ah diharamkan saat dibukanya kota Mekah (Sahih Muslim bab Nikah Mut’ah) hanya diriwayatkan oleh Sabirah dan keluarganya saja tetapi kenapa para sahabat yang lain tidak meriwayatkannya seperti Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud?

Sekiranya kita menerima pengharaman nikah mut’ah di Khaibar, ini bermakna mut’ah telah diharamkan di Khaibar dan kemudian diharuskan pada peristiwa pembukaan Mekah dan kemudian diharamkan sekali lagi. Ada pendapat mengatakan nikah mut’ah telah dihalalkan 7 kali dan diharamkan 7 kali sehingga timbul pula golongan yang berpendapat mut’ah nikah telah diharamkan secara bertahap seperti pengharaman arak dalam al-Qur’an tetapi mereka lupa bahwa tidak ada ayat Qur’an yang menyebutkan pengharaman mut’ah secara bertahap seperti itu. Ini hanyalah dugaan semata-mata.

Yang jelas nikah mut’ah dihalalkan dalam al-Qur’an surah al-Nisa:24 dan ayat ini tidak pernah dimansuhkan sama sekali. Al-Bukhari meriwayatkan dari Imran bin Hushain: “Setelah turunnya ayat mut’ah, tidak ada ayat lain yang menghapuskan ayat itu. Kemudian Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita untuk melakukan perkara itu dan kita melakukannya semasa beliau masih hidup. Dan pada saat beliau meninggal, kita tidak pernah mendengar adanya larangan dari beliau SAW tetapi kemudian ada seseorang yang berpendapat menurut kehendaknya sendiri.”

Orang yang dimaksudkan ialah Umar. Walau bagaimanapun Bukhari telah memasukkan hadith ini dalam bab haji tamattu.

Pendapat Imam Ali AS adalah jelas tentang harusnya nikah muta’ah dan pengharaman mut’ah dinisbahkan kepada Umar seperti yang diriwayatkan dalam tafsir al-Tabari: “Kalau bukan kerana Umar melarang nikah mut’ah maka tidak akan ada orang yang berzina kecuali orang yang benar-benar celaka.”

Sanadnya sahih. Justeru itu Abdullah bin Abbas telah memasukkan tafsiran (Ila Ajalin Mussama) selepas ayat 24 Surah al-Nisa bagi menjelaskan maksud ayat tersebut adalah ayat mut’ah (lihat juga Syed Sobiq bab nikah mut’ah).

Pengakuan Umar yang menisbahkan pengharaman mut’ah kepada dirinya sendiri bukan kepada Nabi SAW cukup jelas bahawa nikah mut’ah halal pada zaman Nabi SAW seperti yang tercatat dalam Sunan Baihaqi, ” Dua jenis mut’ah yang dihalalkan di zaman Nabi SAW aku haramkan sekarang dan aku akan dera siapa yang melakukan kedua jenis mut’ah tersebut. Pertama nikah mut’ah dan kedua haji tamattu”.

Perlulah diingatkan bahwa keharusan nikah mut’ah yang diamalkan oleh Mazhab Syiah bukan bermaksud semua orang wajib melakukan nikah mut’ah seperti juga kehalalan kawin empat bukan bermaksud semua orang wajib kawin empat. Penyelewengan yang berlaku pada amalan nikah mut’ah dan kawin empat bukan disebabkan hukum Allah SWT itu lemah tetapi disebabkan oleh kejahilan seseorang itu dan kelemahan akhlaknya sebagai seorang Islam. Persoalannya jika nikah mut’ah sama dengan zina, apakah bentuk mut’ah yang diamalkan oleh para sahabat pada zaman Nabi Muhammad SAW dan zaman khalifah Abu Bakar? [catatan: Nikah muta'ah memang tidak sama dengan zina]

3. Syiah Kafir?

Dakwaan Syiah golongan kafir menimbulkan kemusykilan kerana pada setiap tahun orang-orang Syiah mengerjakan ibadat haji misalnya pada tahun 1996, 70,000 jemaah haji Iran mengerjakan haji. Oleh itu bagaimanakah boleh terjadi orang kafir (Syiah?) dibenarkan memasuki Masjidil Haram sedangkan al-Qur’an mengharamkan orang kafir memasuki Masjidil Haram?

4. Syiah Yahudi?

Dakwaan Syiah adalah hasil ajaran Yahudi dan Nasrani juga tidak dapat diterima oleh akal yang sehat. Sebagai contoh, pada masa ini pejuang Hizbollah (Syiah) berperang dengan Yahudi di Lebanon. Banyak yang gugur syahid. Semua orang tahu Israel memang takut dengan pejuang Hizbollah sebab itu mereka sengaja mengebom markas PBB pada tahun 1996 untuk menarik negara-negara barat mencari jalan menghentikan peperangan dengan Hizbollah itu. Fakta Abdullah bin Saba yang dikatakan penggagas ajaran Syiah adalah kisah khayalan saja. Cerita Abdullah bin Saba hanya dikutip oleh ahli-ahli sejarah seperti al-Tabari dari seorang penulis khayalan yang bernama Saif bin Umar al-Tamimi yang ditulis pada zaman Harun al-Rasyid. Jika seseorang itu meneliti hadith-hadith tentang kelebihan Ali atau hadith tentang Ali sebagai wasyi selepas Rasulullah SAW yang dikatakan ajaran Abdullah bin Saba - sebenarnya tidak terdapat riwayat yang mengutip dari Abdullah bin Saba. Sebaliknya banyak hadith-hadith tentang kelebihan Ali datangnya dari Rasulullah SAW. Umar bin al-Khattab pula sewaktu mendengar berita kewafatan Rasulullah SAW enggan mempercayai kewafatan Rasulullah SAW tetapi Umar percaya Rasulullah SAW tidak wafat sebaliknya baginda SAW pergi menemui TuhanNya seperti yang berlaku kepada Nabi Musa AS menghadap Tuhan selama 40 hari dan hidup selepas itu. Menurut Umar Rasulullah SAW hanya naik ke langit. Lihat Tabari, Tarikh al-Muluk wal Umman, Jilid III,halaman 198]. Kisah seperti ini tidak ada dalam catatan Hadith-hadith Nabi SAW tetapi mengapakah kita tidak menuduh Umar terpengaruh ajaran Yahudi?

5. Syiah memaksumkan imam-imam mereka

Mereka berhujah dengan ayat Quran 33:33: “Sesungguhnya Allah hendak mengeluarkan dari kalian kekotoran [rijsa] wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kalian sebersih-bersihnya.”

Istilah Ahlul Bayt menurut Hadith Rasulullah SAW merujuk kepada lima orang iaitu Rasulullah SAW, Fatimah, Ali, Hassan dan Husayn seperti yang diriwayatkan dalam Sohih Muslim. Perkataan rijsa [kekotoran] sudah tentu bukan kotor dari segi lain seperti najis dan sebagainya tetapi merujuk kepada dosa-dosa dan apabila Allah ‘hendak secara berterusan’ [yuridu] menyucikan mereka sebersih-bersihnya tidak boleh diragukan lagi ia merujuk kepada penyucian total dari semua dosa yang dalam istilah lain bermaksud mereka adalah maksum.

Tambahan pula banyak ayat-ayat Qur’an yang menjelaskan perintah Allah SWT supaya manusia berbuat ma’ruf dan meninggalkan perbuatan dosa. Apabila Allah SWT memerintah manusia berbuat ma’ruf dan meninggalkan dosa sudah tentu Allah SWT tahu bahwa manusia itu memang mampu meninggalkan dosa kerana Allah SWT tidak akan membebankan manusia dengan suatu perintah yang manusia tidak mampu buat.

Oleh itu sekiranya Syiah mengatakan imam mereka maksum yaitu tidak berbuat dosa serta Allah SWT memelihara mereka daripada perbuatan dosa berdasarkan Surah 33:33 itu, adakah ia bertentangan dengan al-Qur’an? Adakah mereka yang tidak maksum layak menduduki maqam Imam ummah?

6. Syiah didakwa mengkafirkan para sahabat Nabi SAW

Syiah mendiskreditkan sahabat-sahabat “besar” Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar adalah sahabat Nabi Muhammad SAW dalam gua ketika peristiwa hijrah dan merupakan khalifah yang pertama. Begitu juga Umar al-Khattab adalah sahabat Nabi SAW dan khalifah kedua.

Sesiapa yang mencaci sahabat digolongkan sebagai kafir serta keluar dari Islam (Nabi SAW menyatakan siapa yang mencaci seorang muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah kafir [Sahih Bukhari, Jilid I Hadith 48]).[Nota: Syiah tidak mencaci sahabat-sahabat Nabi SAW tetapi menunjukkan perbuatan ‘beberapa orang’ dari mereka yang menyalahi al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW seperti yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah dan Hadith. Mereka menilai dan mengkritik perangai setengah sahabat dengan dasar al-Qur'an dan Hadith Nabi SAW.] Dan jangan lupa! Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda bahawa terdapat sahabat yang masuk neraka seperti dalam riwayat Sahih Muslim dan Sahih Bukhari [akan dijelaskan di bawah].Istilah sahabat telah digunakan dalam al-Qur’an untuk Abu Bakar dan ini tidak serta-merta menunjukkan beliau terjamin masuk syurga dan tidak melakukan kesalahan.

Apakah kita lupa istilah sahabat juga digunakan dalam al-Qur an untuk teman Nabi Yusuf yang bukan beriman kepada Allah SWT ketika dalam penjara? Silakan baca Surah Yusuf untuk memuaskan hati kita (istilah sohibi al-Sijni digunakan=sahabatku dalam penjara [nota:beliau bukan Islam dan bersama Nabi Yusuf AS dalam penjara]). Memang Nabi Muhammad SAW mempunyai sahabat-sahabat yang baik seperti Ammar bin Yasir, Abu Dzar al-Ghifari, Salman al-Farisi dan sebagainya tetapi di Madinah juga ada golongan munafiq yang dipanggil “sahabat” oleh Nabi SAW seperti Abdullah bin Ubay bin Salool. Dalam Sohih Bukhari juga diriwayatkan bahawa ada segolongan “sahabat” yang bakal masuk neraka ketika berjumpa Nabi Muhammad SAW di al-Haudh. Nabi SAW memanggil mereka dengan istilah ‘ashabi’ [sahabatku]. Silakan rujuk Sahih Bukhari [Sahih Al-Bukhari, Jilid 4, hlm.94-96]; Sahih Muslim, Jilid IV, hadith 2133,2440.] Sahabat yang baik memang kita hormati , sanjungi dan ikuti tetapi sahabat yang jahat seperti Muawiyah yang menentang Imam Ali AS dan mencaci Ali AS di atas mimbar patutkah kita berdiam diri?

Bukankah pasukan Muawiyah terlibat membunuh Amar bin Yasir dalam Perang Siffin? Nabi SAW pernah menyatakan sebuah hadith dalam Sahih Bukhari menyifatkan orang yang terlibat dalam pembunuhan Amar adalah golongan pemberontak dan Rasulullah SAW bersabda [terjemahan]:…Kamu (Amar) mengajak kelompok itu menuju ke Jannah tetapi kelompok itu mengajak ke neraka.” [Sahih Bukhari, Jilid II,Hadith 462].

Al-Qur’an memerintahkan kita taat kepada Ulil Amri - pada ketika itu Imam Ali AS sebagai khalifah yang sah dan wajib ditaati. Adakah tindakan Muawiyah itu selaras dengan ajaran al-Qur’an dan tidak boleh dikritik?

Kita ikuti ‘sahabat yang baik’ dan kita tinggalkan contoh sahabat yang jauh dari ajaran al-Qur’an dan Hadith Nabi SAW. Sejarah menunjukkan bahwa seorang sahabat bernama al-Walid bin Utbah dikaitkan dengan asbabul nuzul ayat 6 Surah al-Hujurat yang menyatakan beliau seorang fasiq. Qudamah bin Maz un seorang sahabat Badar dihukum had pada zaman khalifah Umar karena minum arak seperti dalam riwayat Sahih Bukhari.

Jika ada orang yang masih teguh dengan pendirian bahawa semua sahabat adalah ‘adil maka apakah hukumnya Muawiyah mencaci Ali di atas mimbar? Apakah ijtihad Muawiyah boleh sampai mencaci Ali? Sebaliknya orang yang mengkritik Muawiyah dikatakan mencaci sahabat Nabi SAW? Jika seseorang yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dianggap kafir, apakah pula hukumnya orang yang menolak perlantikan Ali setelah ada Hadith al-Ghadir yang menetapkan Ali AS sebagai khalifah selepas Nabi SAW wafat? Bolehkah umat Islam memilih selain dari yang telah ditetapkan oleh Rasulnya?

Alllah SWT berfirman dalam Surah Hud:113,: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh oleh api neraka…”

Dan banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menyuruh manusia berbuat adil, dan melarang mereka dari berbuat zalim [nota: standard "adil"atau sebaliknya adalah berpandukan Kitab Allah Azza Wa-Jalla dan tidak ada siapapun dikecualikan hatta para "sahabat" sekalipun]. Balasan Allah SWT di akhirat kelak berasaskan segala amalan manusia ketika hidup di dunia - yang baik ke syurga dan yang buruk ke neraka.

Ini bermakna istilah “sahabatku”dalam Hadith Nabi SAW tidak bermakna merujuk kepada semua sahabat [sekiranya jumlah yang hadir pada Haji Wida' sebanyak 140,000 atau 90,000 orang] adalah adil belaka. Sahabat yang adil memang ada seperti Abu Dzar al-Ghiffari yang dinyatakan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW [terjemahan]:”Tidaklah langit menaungi seseorang dan tidak bumi membawa seseorang yang lebih jujur daripada Abu Dzar RA.”[Sunan al-Tirmidzi, Hadith 3889]. Begitu juga terdapat segolongan sahabat yang ingkar mengikut perintah Nabi SAW terutama selepas Nabi SAW wafat dan menjadi seteru Ahlul Bayt AS [keluarga Nabi SAW] seperti yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah. Nabi SAW bersabda seperti yang diriwayatkan dalam Sunan al-Tirmidzi, hadith 3878,[terjemahan]: “Cintailah Allah karena nikmat-nikmatNya yang diberikan kepadamu dan cintailah aku karena cinta kepada Allah dan cintailah keluargaku karena cinta kepadaku.”

Oleh sebab itu siapa yang memusuhi Ahlul Bayt AS memang menjadi musuh Rasulullah SAW dan Allah SWT. Bukankah Allah SWT telah melaknat golongan yang zalim dalam al-Qur’an? “Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) ke atas orang-orang yang zalim.” [Qur'an: 11: 18]

7. Syiah didakwa bukan mengikuti ajaran Ahlul Bayt Nabi SAW

Imam Ja’far al-Sadiq bukan Syiah tetapi Ahlul Sunnah. Sebaliknya semenjak kita belajar Ahlul Sunnah nama Imam Ja’far al-Sadiq tidak dikenal langsung tetapi golongan Syiah sering mengutip hadith-hadith dari beliau dalam pelbagai aspek ajaran Islam. Malahan semua sarjana fiqh bersepakat bahwa Jaafar al-Sadiq pengasas fiqh Madzhab Syiah Ja’fariyyah. Oleh itu dakwaan di atas dibuat atas dasar emosi dan tidak berasaskan akademik.

8. Syiah percaya kepada kepada al-Bada’

Tuduhan: Ilmu Allah Berubah-ubah Mengikut Sesuatu Peristiwa Yang Berlaku Kepada Manusia (al-Bada’).

Ulama Syiah tidak pernah menganggap Allah tidak mengetahui seperti tuduhan-tuduhan yang sengaja menyelewengkan maksud sebenarnya.

Al-Bada’ tidak bermaksud kejelasan yang sebelumnya samar dinisbahkan kepada Allah SWT.

Al-Bada’ yang difahami oleh ulama Syiah ialah adalah Allah berkuasa mengubah sesuatu kejadian dengan kejadian yang lain seperti nasikh dan mansukh sesuatu hukum syariah yang tercatat dalam al-Qur’an tetapi al-Bada’ menyangkut tentang sesuatu kejadian [takwini] seperti hidup dan mati dan seumpamanya.

Misalnya kisah penyembelihan Nabi Ismail AS tetapi kemudian Allah Azza Wa-Jalla menggantikannya dengan seekor kibas.

Alllah SWT berfirman dalam al-Qur’an 13:39: “Allah menghapus apa yang Ia kehendaki dan menetapkan [apa yang Ia kehendaki] dan di sisinya terdapat Umm al-Kitab [Lauh al-Mahfuzh].”

Sebuah hadith yang dipetik dari al-Kulaini dalam Kitabul Tauhid, Usul al-Kafi, hadith 373.:”Allah tidak menerbitkan [bada'] pada sesuatu melainkan ianya berada dalam ilmuNya sebelum [Allah menetapkan] berlakunya [bada' tersebut].”

Hadith 374 menegaskan:” Sesungguhnya Allah tidak menerbitkan Bada’ dari kejahilan[Nya]“.

Syeikh al-Mufid menulis dalam bukunya Awail Maqalat: ” Apa yang saya fatwakan tentang masalah al-bada’ ialah sama dengan pendapat yang diakui oleh kaum muslimin dalam menanggapi masalah nasakh [penghapusan] dan sebagainya seperti memiskinkan kemudian membuat kaya, mematikan kemudian menghidupkan dan menambah umur dan rezeki kerana ada sesuatu perbuatan yang dilakukan. Itu semua kami kategorikan sebagai bada’ berdasarkan beberapa ayat dan nas-nas yang kami dapatkan dari para Imam.”

9. Syiah mengamalkan taqiyah

Mereka mendakwa taqiyyah bermaksud berpura-pura dan sinonim dengan perbuatan golongan munafiq. Syeikh Muhammad Ridha al-Muzaffar menulis dalam bukunya Aqidah Syiah Imamiyyah: “Taqiyah merupkan motto Ahlul Bayt AS bermotifkan untuk melindungi agama, diri mereka dan pengikut mereka dari bencana dan pertumpahan darah, untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin serta penyelarasan mereka, dan memulihkan ketertiban mereka.”

Mengikut Alamah Tabatabai’ dalam bukunya Islam Syiah bahawa sumber amalan taqiyah ini merujuk juga kepada al-Qur’an seperti Surah 3:28,: “Jangan sampai orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai teman-teman mereka selain orang-orang beriman. Barang siapa yang melakukan hal itu maka tidak ada pertolongan dari Allah kecuali untuk menjaga diri terhadap mereka [orang-orang kafir] dengan sebaik-baiknya. Allah memperingatkan kalian [agar selalu ingat] kepadaNya. Dan kepada Allahlah kalian kembali.”

Ungkapan menjaga diri terhadap orang-orang kafir dengan sebaik-baiknya diterjemahkan dari tattaquu minhum tuqatan dan kata tattaquu dan tuqatan mempunyai akar kata yang sama dengan taqiyah.

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan peristiwa taqiyah Amar bin Yasir yang mencari perlindungan dengan mengaku kafir di hadapan musuh-musuh Islam iaitu dalam Surah 16:106: “…kecuali orang yang terpaksa, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman…”

Jelaslah bahwa taqiyah bukan membawa maksud berpura-pura seperti yang sering didakwa oleh orang yang berpura-pura berilmu pengetahuan tetapi sarat dengan kejahilan dan niat yang buruk.

10. Mengapa Syiah sujud di Tanah Karbala?

Soal mengapa pengikut Syi’ah bersujud di atas tanah Karbala tidak bertentangan dengan hukum fiqh dari semua madzhab.

Solat adalah perbuatan ibadah yang cara-caranya terikat kepada amalan Rasulullah SAW. Kaedah ini diterima oleh semua madzhab dan tidak ada yang berani mempertikaikannya atau dia akan keluar dari status “Muslim”.

Hadith Nabi SAW yang mulia menjelaskan tentang cara-cara bersujud seperti yang tercatat dalam Sahih Muslim, misalnya hadith nomor 469, [terjemahan]…. Dan di mana saja kamu berada, jika waktu solat telah tiba, maka solatlah, karena bumi ialah tempat bersujud (masjid)

Atau hadith nomor 473, [terjemahan] “….Bumi dijadikan suci bagiku [nota: misalnya debu tanah boleh digunakan untuk bertayammum] dan menjadi tempat sujud [wa ju'ilat ila-l-ardh tuhura wa-masjidan].

Dan memang orang-orang Syiah mengikut contoh Imam-imam mereka seperti Imam Ali Zainal Abidin AS dan seterusnya, yang meletakkan tanah Karbala sebagai tempat untuk bersujud.

Yang patut diingatkan bahawa Syiah tidak sujud kepada tanah Karbala. [nota: perbuatan ini tentunya syirik] tetapi di atas tanah Karbala untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT.Imam Ja’far al-Sadiq AS ketika ditanya perkara tersebut berkata: “….karena sujud adalah untuk merendahkan diri di hadapan Allah, oleh karena itu adalah tidak wajar seseorang itu bersujud di atas benda-benda yang dicintai oleh manusia di dunia ini.” [Wasa'il al-Syi'ah, Juzuk III, hlm.591]

Dalam hadith yang lain Imam Ja’far al-Sadiq AS menjelaskan bahwa: “Sujud di atas tanah lebih utama karena lebih sempurna dalam merendahkan diri dan penghambaan di hadapan Allah Azza Wa-Jalla.” [Al-Bihar, Juzuk, 85, hlm.154]

11. Mengapa Syiah tidak boleh menerima Madzhab Ahlul Sunnah Wal-Jama’ah?

As-Sayyid Syarafuddin al-Musawi al-’Amili seorang ulama Syi’ah dengan tegas menjelaskan: ” Bila dalam kenyataannya kami kaum Syiah tidak berpegang kepada Madzhab Asy’ari dalam hal usuluddin dan madzhab yang empat dalam cabang syari’at, maka ini sekali-kali bukan kerana kami taksub; bukan pula kerana meragukan usaha ijtihad para tokoh-tokoh madzhab tersebut.Dan juga bukan kerana kami menganggap mereka itu tidak memiliki kemampuan, kejujuran, kebersihan jiwa atau ketinggian ilmu dan amal, tetapi sebabnya ialah bahawa dalil-dalil syari’ah telah memaksa kami untuk berpegang hanya kepada madzhab Ahlul Bayt AS, ahli rumah Rasulullah SAW, pusat Nubuwwah dan Risalah, tempat persinggahan para malaikat, dan tempat turunnya wahyu al-Qur’an. Maka hanya dari merekalah kami mengambil cabang-cabang agama dan aqidahnya, usul fiqh dan kaedahnya.Pengetahuan tentang al-Qur’an dan al-Sunnah. Ilmu-ilmu akhlak, etika dan moral. Hal itu semata-mata kerana tunduk pada hasil kesimpulan dalil-dalil dan bukti-bukti. Dan sepenuhnya mengikuti petunjuk dan jejak penghulu para Nabi, Rasulullah SAW.” [As-Syarafuddin al-Musawi,al-Muruja'at (Dialog Sunnah-Syi'ah, Penerbit Mizan,hlm.17-18]

Imam Ja’far al-Sadiq AS berkata: “Hadith-hadith yang aku riwayatkan adalah dari ayahku. Dan semua hadith tersebut adalah riwayat dari datukku. Dan semua riwayat datukku adalah dari hadith datukku al-Husayn AS. Dan semua riwayat al-Husayn AS adalah dari hadith al-Hasan AS. Dan semua hadith al-Hasan AS

dari datukku Amirul Mu’minin Ali AS; dan semua hadith Amirul Mu’minin Ali AS adalah dari hadith Rasulullah SAW. Dan hadith-hadith Rasulullah SAW adalah Qaul Allah Azza Wa-Jalla.” [Al-Kulaini,al-Kafi, Juzuk I, hadith 154-14]

Bagi Syiah, tidak ada dalil bagi seseorang itu untuk menerima selain dari Mazhab Ahlul Bayt AS karena perkara itu telah diputuskan oleh Allah SWT.

12. Imam Mahdi AS hidup lebih dari 1000 tahun

Mereka mendakwa kepercayaan bahawa Imam Mahdi AS masih hidup sejak peristiwa ghaib kubra pada tahun 329H adalah sesuatu kepercayaan yang karut. Mengapa mereka lupa bahwa Allah SWT telah menghidupkan nabi-nabi terdahulu dengan umur yang panjang seperti Nabi Nuh AS dan Nabi Adam AS? Malahan umat Islam percaya Nabi Isa AS masih hidup hingga kini sejak beliau diangkat ke langit oleh Allah SWT dalam peristiwa beliau diselamatkan dari pembunuhan pengikut-pengikutnya. Ini bermakna beliau as telah hidup lebih seribu tahun. Pemuda-pemuda Ashabul Kahfi di bangkitkan oleh Allah SWT setelah ditidurkan dengan begitu lama. Begitu juga umat Islam percaya Nabi Khidir as masih hidup hingga kini. Malahan iblis syaitan la’natullah alahi masih hidup sejak makhluk ini engkar kepada Allah SWT. Ini bermakna iblis syaitan telah hidup lebih lama dari 1,000 tahun. Tidakkah kisah-kisah ini menunjukkan bahawa umur panjang bagi Imam Mahdi AS bukanlah sesuatu yang mustahil kerana Allah SWT Maha Berkuasa bagi perkara yang sekecil itu.

13. Aqidah Raja’ah

Al-Allamah al-Safi menjawab tentang masalah rajaah seperti berikut: ” Qaul tentang raja’ah itu merupakan qaul dari itrah Rasulullah SAW yang suci. Perbahasan tentang masalah ini telah beredar dikalangan mereka dan selain dari mereka. Pedoman mereka dalam masalah ini adalah ayat-ayat Qur’an dan hadith-hadith yang mereka riwayatkan dengan sanad yang turun temurun dari datuk-datuk mereka sampai kepada datuk Rasulullah SAW.

Kenyataan yang tidak mungkin diingkari oleh para peneliti masalah-masalah keislaman adalah bahwa sumber aqidah raja’ah itu adalah imam-imam Ahlul Bayt AS yang telah ditetapkan kewajiban berpegang teguh kepada mereka dengan keterangan dari hadith al- tsaqalain dan lain-lainnya.

Pihak syiah mengatakan tentang raja’ah secara global. Mereka membandingkan hal ini dengan kejadian-kejadian para ummah terdahulu seperti yang diceritakan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya,: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-beribu (jumlahnya) kerana takut; maka Allah berfirman kepada mereka:” Matilah kamu,” kemudian Allah menghidupkan mereka (kembali)…” (Al-Baqarah:243).

Ayat yang lain,: “Atau apakah (kamu tidak mepmerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atasnya. Dia berkata:” Bagaimanakah Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah ia roboh?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali….” (Al-Baqarah:259)

Dan boleh juga mengambil teladan dari firman Allah Ta’ala dalam ayat berikut: “Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada pada dirinya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami melipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (Al-Anbiya:84)

Mereka golongan syiah mengatakan bahawa hal itu tidak mustahil akan terjadi kepada umat ini berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagikan (dalam kelompok-kelompok).” (Al-Naml:83)

Hari yang disebutkan Allah SWT dalam ayat di atas, tentu bukan Hari Qiamat, karena pada Hari Qiamat Allah membangkitkan semua umat manusia, sebagaimana yang difirmankanNya dalam ayat berikut: “Dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (Al-Kahfi:47)

Dalam dua ayat di atas, Allah SWT menyatakan bahawa Hari Kebangkitan itu ada dua. Kebangkitan umum dan kebangkitan khusus. Hari yang dibangkitkannya segolongan orang-orang dari tiap-tiap umat itu bukan Hari Qiamat, jadi ia tidak lain adalah Yaumul Raja’ah.

Adapun tentang perincian Yaumul Raja’ah itu tidak ada hadith-hadtih sahih yang menyatakannya. Hadith-hadith yang menyebutkan tentang perincian Yaumul Raja’ah adalah hadith-hadith dhaif sama ada dari segi dalalahnya ataupun sanadnya. Pendapat ini juga dinyatakan oleh Lutfollah Saafi Golpayegani dalam bukunya yang bertajuk “Aqidah Mahdi dalam Syiah Imamiyyah” menyatakan bahawa hadith-hadith perincian tentang Yaumul Raja’ah adalah hadith-hadith dhaif dan ditolak oleh ulama hadith syiah.

Aqidah Raja’ah mempunyai asas ajaran dalam al-Qur’an dan dinyatakan oleh para Imam Ahlul Bayt AS, oleh itu apakah wajar kita menolaknya?

14. Isu-isu al-Qur’an, Mushaf, dan Wahyu kepada Fatimah AS

Apabila dibicarakan tentang persamaan antara sunnah dan syiah berarti di situ pasti ada perbedaannya.

Permasalahannya apabila ada perbedaan, apakah pegangan kepada satu mazhab menjadi penilai

kebenaran dalam mengukur mazhab yang lain atau dikembalikan kepada Al Quran dan hadis dan

mengukurnya secara rasional yang bebas dari ketasuban bermazhab?

Fitnah terhadap syiah bukan satu yang baru dan sepertinya tidak akan berahkir. Setelah membaca banyak buku yang menyalahkan syiah, kami melihat hal ini disebabkan oleh beberapa perkara.

1- Menilai kebenaran berdasarkan mazhab tertentu.

2- Menafsir sendiri riwayat syiah tanpa melihat penfsiran ulama syiah tentang hadis tersebut, sehingga natijah yang diambil berdasarkan selera sendiri.

3- Mengambil kata-kata ulama sebagai sandaran tanpa menilai kembali pandangan mereka dan suasana mereka mengeluarkan fatwa.

4- Menungkilkan hadis separuh-separuh hingga menyebabkan maknanya berubah.

5- Menanggap apa saja yang tertulis dalam kitab-kitab hadis muktabar syiah itu sahih sebagai mana

Ahlu suunah menanggap semua yang ada dalam Bukhari itu sahih.

Kami berterima kasih kepada penulis ABC kerana komentarnya atas artikel ‘persamaan dan perbedaan antara sunnah dan syiah’. Izinkan kami di sini untuk mengomentar kembali tilisannya berdasarkan ukhwah islamiah dan perbahsan ilmiah tulen yang menjadi pemangkin kepada pendekatan antara mazhab2 islam untuk saling mengenali hingga tidak tibul tuduhan liar.

1- Al Quran

a- makna mushaf

Kebanyakan umat Islam menanggap bahwa perkataan ‘mushaf’ itu sinonim ‘Al Quran’. Sedangkan

dalam lisan Al Quran dan hadis Rasul tidak demikian. Mushaf itu artinya kumpulan tulisan dan

selepas wafat Rasul digunakan untuk ayat2 al quran dikumpulkan oleh para sahabat dan juga tulisan2

hadis.

Oleh karena itu jika ada perkataan mushaf dalam riwayat syiah jangan terus menanggap ia adalah Al Quran. Penulis ABC juga ada menukilkan riwayat dari Al Kafi yang menunjukan bahawa mushaf Fatimah bukan Al Quran tetapi kumpulan khabar yang di sampaikan oleh Jibril.

b- Wahyu untuk Fatimah as

Persoalannya di sini apakah ia mungkin atau tidak? Pertama kita perlu mengenal maqam Fatimah as terlebih dahulu. Tiada yang mengingkari bahwa ia adalah penghulu wanita, yang paling mulia antara 4 wanita yang termulia.

Kedua apakah Jibril boleh menurunkan wahyu untuk selain nabi. Yang mengatakan tidak berarti ia jahil tentang Al Quran. Dalam surah Ali Imran ayat 42 hingga 45 menceritakan pembicaraan jibril dengan Mariam. Dan Fatimah as lebih mulia dari Mariam. Riwayat tentang turunnya Jibril pada Fatimah banyak dalam kitab-kitab syiah. Sudah tentu mereka yang menjauhinya tidak akan meriwayatkan peristiwa tersebut.

15. Mazhab Ahlu Sunnah

a- Seperti penulis ABC setuju bahawa mazhab ahlu sunnah terbentuk secara evolusi. Malah pengikutnya hari ini pun tidak mengamalkan fatwa Imam2 mereka baik dari segi fiqih maupun akidah secara murni. Tetapi permasalahnnya bukan di sini tapi pada sumber hukum. Mereka mengenepikan Imam2 Ahlu Bait as. baik dalam fiqih maupun akidah. Bagaimana hati boleh aman dengan apa yang di amalkan sedangkan bahtera penyelamat umat Muhammad SAW ditinggalkan. Bukankah mereka sebagaimana sabda Ar Rasul SAW. Umpama ahlu baitku di dalam umatku seperti bahtera Nuh siapa yang menaikinya selamat siapa yang meninggalkannya akan tenggelam.

b- Para pemerintah yang zalim ketika itu mengambil kesempatan untuk menyebarkan fatwa para mujtahid tersebut dan menakutkan orang ramai dari mendekati Imam2 ahlu bait dan ulama mereka.

c- Penutupan pintu ijtihad oleh khalifah yang zalim bukan satu yang pelik tetapi yang pelik adalah apabila para ulama besar ahlu sunnah juga merelakan hal ini seperti Al Ghazali, Sayuti. Ibnu Hajar dll dan akhirnya percobaan membuka pintu ijtihad dianggap dosa besar sebagaimana penulisan hadis pada kurun pertama hijrah dan tidak melaknat Imam Ali pada hari jumaat pada 80 tahun pertama pemerintahan bani umaiyah. Sedangkan proses ijtihad terus subur dalam mazhab syiah dan tidak timbul kekalutan dalam permasalahan mujtahid palsu. Dan para muqalid sentiasa bertaqlid kepada mujtahid yang hidup pada setiap waktu.

16. Ahlul Sunnah Wa l-Jama’ah dan Ahlu Bait AS

Syiah menerima bahawa ahlu sunnah mencintai dan memuliakan ahlu bait, tetapi apakah mereka benar-benar meletakkan ahlu bait pada posisi yang Allah SWT telah letakkan? Apakah tiada hikmah mengapa mereka disucikan dan diwajibkan kecintaan ke atas mereka dan solat dan selawat tidak diterima tanpa menyebut mereka.

Jika ahlu sunnah benar2 menghormati mereka sepatutunya mereka juga perlu menghormati orang2 yang mengikuti mereka, bukan menuduh dengan hal2 yang tidak benar. Kita diwajibkan untuk mengikuti Al Quran, apakah tidak wajib kita mengikuti mereka yang disucikan untuk menjaga Al Quran dan mendampingi Al Quran.

17. Ilmu Para Imam AS

Hadis dari Imam Jaffar as Sadeq itu jelas menunjukkan, ilmu yang mereka miliki adalah kurnia Allah bukan mereka memiliki dengan sendiri, karena ini akan mendatangkan syirik.

Di dalam surah yunus ayat 20 dan an An’am jelas menunjukan bahawa yang mengetahui hal yang ghaib itu hanya Allah. Dan dalam surah az zhuruf ayat 4, al Buruj ayat 22, ar radh ayat 39, menunjuk bahwa ilmu Allah itu

terletak di kitab almknun, kitabun mubin, umul kitab, luh mahfuz. Ia juga dipanggil Imamul mubin “kulu sha’ain ahsaina hu fi Imamul mubin” walau namanya berbeda ia memiliki hakikat yang sama yaitu khazahna ilmu Allah yang Allah berikan kepada orang2 yang tertentu (surah aj jin ayat 27) dan tidak akan menyentuhnya kecuali yang disucikan (al waqih’ah ayat 79) dan kita semua tahu yang disucikan hanya ahlu bait (al ahzab ayat 33)

Jadi jika ada yang masih tidak faham yang ahlu bait mengetahui yang ghaib atas izin Allah dengan mengunakan dalil-dalil Al Quran yang jelas bererti orang tersebut mau meletakkan dirinya pada jalan kedegilan dan ketasuban.

18. Maqam Para Imam AS

a- Di dalam Al Quran membicarakan tugas para Rasul hanya sebagai hanya untuk menyampaikan saja (iblaq) dan tidak lebih dari itu. “ma ala Rasul ilal balaq” dan juga surah An Nissa, ayat 165 dan As Syura, ayat 3 dll.

Selain dari itu ada ayat2 yang membicarakan satu lagi maqam selain maqam Rasul dan memiliki tugas yang lain dengan tugas rasul iaitu maqam Imam ‘kami jadikan mereka Imam untuk memberi hidayah dengan urusan kami ketika mereka bersabar dan yakin dengan ayat2 kami’ surah as sajadah ayat 24.

Ayat di atas jelas menunjukkan sebagian Rasul di angkat menjadi Imam, satu maqam yang lebih tinggi dari maqam Rasul. Tugas Imam di sini berbeda dengan tugas Rasul yaitu sebagai pemberi hidayah.

Nabi Ibrahim sebagaimana dalam surah al Baqarah ayat 124 diangkat menjadi Imam selepas ia menjadi Rasul. Jelas di sini menunjukan maqam Imam lebih tinggi dari maqam Rasul. Persoalanya sekarang apakah maqam Imam ini berterusan? Sudah tentu selagi manusia wujud di atas muka bumi ini selagi itu manusia perlu kepada hidayah dan ini tugas Imam. Dalam surah di atas Allah juga mengangkat zuriah Ibrahim sebagai Imam sebagimana Ibrahim. Dalam surah Ar Radh, ayat tujuh, Allah SWT. berfirman “Sesungguhnya kau (Muhammad) pemberi peringatan dan untuk setiap kaum ada yang memberi hidayah”

Kami ulangi lagi bahawa tugas memberi hidayah adalah tugas Imam dan hanya Allah yang melantik Imam bukan manusia. Dan ayat ini jelas menunjukan Imam yang dilantik oleh Allah itu berterusan dan maqamnya lebih tinggi dari maqam Rasul. Apakah kita lupa pada satu hadis yang mahsyur yang bermaksud “ulama umatku lebih afdhal dari para nabi bani israel” atau kita menanggap hadis ini daif. Atau hadis yang mengatakan bahawa Nabi Isa as. akan solat dibelakang Imam Mahdi juga tidak benar.

b- Apakah pelik apabila kita mengatakan para Imam itu lebih mulia dari Malaikat sedangkan Abu Basyar Adam as. merupakan khalifah pertama dari sekian kahlifah Allah mendapat didikan langsung dari Allah (syarat khalifah Allah) dan menjadi guru kepada para Malaikat dan menjadi sujutan Malaikat, apakah ini tidak menunjukan bahawa maqam insan lebih mulia dari maqam malaikat? apakan lagi maqam imam. Apakah ini berarti mendewakan mereka atau meletakan mereka pada tempat yang sewajarnya?

Apakah menjadikan semua sahabat itu adil dan tidak boleh disentuh dan dikritik bukan pendewaan? Dan bila keisalaman dan kekufuran seseorang diukur dengan sahabat? Apakah ini bukan pendewaan terhadap mereka? Apakah segala perubahan yang dilakukan oleh khalifah pertama, kedua, ketiga tidak mengubah hukum Allah? Dan apabila menerima perbuatan mereka dan menolak hukum Allah bukan pendewaan?

19. Maqam Imam ‘Ali AS

Mereka menyatakan Syiah mempercayai Saidina Ali as separuh Tuhan, menganggap guruh dan petir itu suara Ali, mempercayai imam-imam 12 itu lebih baik dari para malaikat yang muqarrabun kepada Tuhan, menggunakan mushaf al-Quran lain dari mushaf Uhtman dan lain-lain.

Di dalam Usul al-Kafi oleh al-Kulaini dilaporkan bahwa Abu Basir seorang kepercayaan

Imam Jaafar telah datang berjumpa dengan Imam Jaafar. Abu Basir bertanya kepada Imam Jaafar berhubungan dengan ilmu dan kelebihan Saidina Ali dan imam imam syiah… didalam buku tulisan Al Kualaini tersebut Imam Jaafar telah dikatakan menjawab sedemikian.. “Kita juga ada Mushaf Fatimah dan apakah yang orang ramai tahu tentang Mushaf Fatimah ? Ianya adalah sebuah Mushaf yang tiga kali lebih besar dari Al Quraan dan tidak ada satu ayat Al Quraan mereka didalam nya. (Usul al-Kafi oleh al-Kulaini ms 146)

Seterusnya Imam Jaafar bila ditanya lagi oleh Abu Basir berhubung dengan Mushaf Fatima , Abu Basir menyatakan Imam Jaafar menyebut : “ Apabila Allah menaikkan Rasul Nya dari dunia (wafat) … Fatimah menjadi terlalu sedih yang teramat sangat dan berduka cita yang hanya diketahui oleh Allah saja. Allah kemudian menurunkan malaikat untuk membujuknya semasa kesedihan tersebut dan malaikat tersebut telah berbicara dengan Fatimah. Fatimah menceritakan peristiwa tersebut kepada Ali dan Ali meminta Fatimah memberitahunya apabila malaikat tersebut datang. Setiap kali malaikat datang Ali telah mencatatkan segala yang disebut oleh malaikat tersebut… dan Inilah yang di panggil mushaf Fatimah. Usul al-Kafi oleh al-Kulaini ms 147)

Al Kulaini seterusnya di dalam kitab yang sama menyatakan bahawa Jabir Al Jufi berkata “aku telah mendengar Muhammad Al Baqir berkata “ Seseorang tidak akan mengatakan bahawa Al Quraan telah diturunkan sekelompok kecuali dia itu pendusta. Tiada seorang pun yang mengumpul dan menghafal semuanya yang di turunkan Nya kecuali Abi bin Abi Talib dan para pengikut sesudahnya. “ muka surat 228

Komentar

Kesimpulan dari paparan di atas… bagaimana mungkin seorang ahli sunnah tidak menyatakan keheranannya diatas isu adanya orang-orang syiah yang berpahaman ujudnya satu kitab Al Quraan yang selain nya dari mushaf Othman…. Apabila perkara sedemikian memang tertulis didalam salah sebuah kitab pokok rujukan Syiah iaitu Usul al-Kafi oleh al-Kulaini. Nota: Permasalahannya ialah pihak Ahlul Sunnah tidak dapat membedakan antara hadith yang sahih atau sebaliknya dalam kitab-kitab Syiah. Menurut Imam Ja’far al-Sadiq AS hadith yang bertentangan dengan al-Qur’an hendaklah ditolak samasekali. Imam Ja’far al-Sadiq AS meriwayatkan sebuah Hadith dari datuknya Rasulullah SAWA [bermaksud]: ” Setiap Hadith yang kamu terima dan bersesuaian dengan Kitab Allah tidak diragukan datangnya dari aku dan Hadith-hadith yang kamu terima yang bertentangan dengan Kitab Allah, sesungguhnya bukan datang dariku.” [Al-Kulaini, al-Kafi, Jilid I, Hadith 205-5.

Pengertian umum, Ahlul Sunnah ialah siapa yang mengikut Sunnah Nabi SAW kemudian ia dihimpun kepada empat madzhab fiqh yang diketuai oleh Imam Malik yang lahir pada tahun 95 Hijrah dan meninggal tahun 179 Hijrah, Abu Hanifah yang lahir tahun 80 Hijrah dan meninggal tahun 150 Hijrah, Syafie yang lahir tahun 150 Hijrah dan meninggal tahun 204 Hijrah, dan Ibnu Hanbal yang lahir tahun 164 Hijrah dan meninggal tahun 241 Hijrah.

38 Tanggapan ke “Obyek-Obyek Isu Kesesatan Syiah”

  1. Tersuskan perjuanganmu akhi….
    insya Allah kebenaran akan muncul,
    segala fitnah akan musnah,
    musuh-musuh akan dihancurkan,
    Umat Islam akan bersatu,
    dan kejayaan akan ditangan kita,
    ditangan pimpinan dunia baru,
    pemimpin Islam baru,
    sang Imam Mahdi as.


  2. ass,
    mohon maaf baru tahu syiah mengikuti imam bait AS tapi aq mengikuti ahlus sunnah, mohon di beri penjelasan lagi tentang artikael diatas heran koq rasanya islam koq bertengkar antara sunni dan syi’ah, toh dua-duanya apa merasa benar atau sebaliknya…

    ——————–
    Jawab:

    Perbedaan adalah hal lumrah dan alami, selama disikapi dengan bijak. Jangankan dengan mazhab lain, sesama pengikut satu mazhab pun sering terjadi perbedaan pendapat. Sunni dan Syiah bisa bersatu dalam menegakkan Ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan dan persatuan antara Suni-Syiah bukan berarti peleburan, yang Sunni harus menjadi Syiah semua, atau sebaliknya, yang Syiah harus menjadi Sunni semua. Dengan adanya ketidakjelasan pendapat masing-masing dan munculnya saling curiga, inilah penyebab pertikaian. Di sini, blog ini hanya setetes dari usaha untuk menjelaskan hakekat Syiah yang sering disalahpahami dan dicurigai oleh beberapa oknum yang entah sengaja atau tidak berusaha memanas-manasi pihak lain untuk membenci Syiah. Jika anda ingin tahu Syiah maka dengarkanlah dari pengikutnya, jangan dari pembencinya…dan dengan tegas saya katakan bahwa, blog ini adalah pengikut Islam Syiah


  3. di/pada Agustus 6, 2007 pada 7:54 am del hakim

    salam dariku, wahai para pecinta ahlu bait


  4. Selama ini saya bnyak mendengar ttg, keburukan2 syiah. Dg jawaban2 yg anda sampaikan membuat saya semakin penasaran dan ingin tambah ingin tau soal ahlul bait. Mohon dtambah artikel2 soal syiah.


  5. saya adalah pengikut ahlul sunnah
    tapi saya tidak sependapat dengan pengkafiran muslim yang lain
    bukankah muslim yang satu dengan yang lain ibarat satu tubuh.
    kita hanya berbeda sudut pandang dalam memahami islam dan ilmu Allah yang begitu luas
    ibarat 3 orang buta memahami gajah
    orang buta pertama berkata gajah itu spt tali karena yang dipegang adalah ekornya, yg kedua berkata bhw gajah seperti pedang krn yng dipegang adalah gadingnya, dan yg terakhir berkata kalau gajah itu seperti ular karena yang ia pegang adalah belalainya.

    tetap berjuang saudaraku
    walaupun kita berbeda pemahaman

    wallahu allam


  6. di/pada Oktober 1, 2007 pada 7:23 am syed mokhtar Alsagoff

    assalamualaikum,
    Jawapan anda tentang kemusykilan ahlul sunnah wal jamaah berhubung syiah menimbulkan beberapa tanda tanya:

    1. Perbuatan meletakkan batu Karbala ketika solat bukan sunnah Rasulullah.Sesuatu bidaah itu tempatnya di neraka.

    2. Memuliakan alim ulama itu sesuatu yang baik tetapi mengagung-agungkan mereka sehingga ke peringkat ‘maksum’ memang keterlaluan seolah-olah mereka setaraf rasul. apatah lagi membina binaan dan bersolat di kubur mereka. janganlah berlebih-lebihan.

    3. Sememangnya keluarga Rasulullah itu tinggi martabatnya terutama Saidina Ali,Hussain, Hassan dan Fatimah.Namun janganlah dipandang rendah dan hina para sahabat yang bermati-matian berjuang bersama Rasulullah S.a.w, seolah-olah mereka tidak mengasihi keluarga baginda sehinggakan dikutuk begitu sekali malah dikafiri.
    Merekalah juga pendakwah yang membawa sinar keislaman ke seluruh pelosok dunia selepas kewafatan baginda.

    4. Pengiktirafan tinggi kaum kepada ahlul bayts sepatutnya menginsafkan kita tentang kemuliaan perjuangan Rasulullah dan mengukur diri sejauh mana kita sebagai keturunan mulia meneladani baginda, bukan memandang rendah mereka yang bukan ahlul bayts, apatah lagi golongan ‘ajam. Ingatlah, Allah tidak memandang wajah-wajah, tetapi apa yang ada di sanubari kita(ketaqwaan)

    ——————————————————————————————————————–

    Jawab:

    1- Sujud di atas tanah bukan hal baru dan bid’ah. Hal itu terdapat dalam kitab standart anda, Shahih Bukhari bab Sujud di atas tanah. Kalau kita mau jujur, justru sujud di atas permadani itulah yang bid’ah, karena Rasul besrta sahabatnya tak pernah mencontohkannya.

    2- Siapa yang mengagung-agungkan ulama hinga taraf maksum, jangan mengada-ada tanpa bukti. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

    3- Apakah Syiah mengkafirkan “semua” sahabat Rasul, atau “sebagian” kecil saja? Jangan suka mengada-ada tanpa ilmu. Ingat kebodohan ibarat bumerang yang akan mencelakakan buat pelemparnya sendiri.

    4- Poin yang keempat ini bagus, tetapi itu kembali kepada pribadi-pribadi orang seperti anda yang katanya Sayid itu. Kesayidan bukan menjadi kebanggaan tanpa didukung dengan ketakwaan yang cukup.


  7. KAWIN MUT’ AH

    sapa mau kawin sama aku mumpung gratis

    MUT’AH ADALAH ZINA

    Dalil Pertama:

    ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang
    terjemahannya):

    “Dan orang yang menjaga (farji) kemaluan mereka,
    kecuali kepada isteri-isteri mereka atau budak-budak
    yang mereka miliki, maka dalam hal ini sesungguhnya
    mereka tidak tercela. Maka barangsiapa yang mencari
    selainnya (yakni selain dari isteri atau budak), maka
    mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
    (al-Mukminun: 5-7).

    Dalil Kedua:

    “Dan hendaklah orang-orang yang tidak/belum mampu
    menikah (tetap) menjaga kesucian (diri)nya (ta’affuf),
    sampai ALLAH mencukupi mereka dengan karunia-Nya.
    (an_Nur: 33).

    Dalil ketiga: (Lihat QS: An-Nisa: 25)

    Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi
    Wasallam:

    1. Dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu, berkata:

    “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi
    Wasallam melarang kawin mut’ah dan makan daging Himar
    piaraan pada waktu perang Khaibar.” (HR.
    Bukhari & Muslim).

    Ali radhiallahu ‘anhu yang termasuk Ahlul Bait dan
    termasuk imam bagi kelompok Syi’ah telah meriwayatkan
    hadits yang menerangkan bahwa kawin mut’ah telah
    dilarang sejak perang Khaibar untuk selama-lamanya,
    maka sangat tidak beralasan kalau kelompok Syi’ah
    justru mengingkari hadits yang telah diriwayatkan oleh
    imam mereka, dengan tetap bersikukuh atas bolehnya
    kawin mut’ah, padahal dengan tegas imam mereka
    meriwayatkan hadits atas pelarangan kawin kontrak
    tersebut.

    2. Dari Ibnu Subrah al-Juhany berkata: Rasulullah ?
    bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku pernah
    mengizinkan kepadamu kawin mut’ah dan sesungguhnya
    ALLAH telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat.
    Barangsiapa yang masih mempunyai mut’ah maka
    tinggalkanlah dan bila telah memberikan kontraknya
    janganlah diminta kembali sedikitpun.” (HR. Muslim).

    Dan masih banyak riwayat-riwayat shahih lainnya yang
    menjelaskan tentang pengharaman kawin mut’ah.

    ———————————-
    Islam Syiah:

    Ayat-ayat yang anda sebutkan itu berkaitan dengan Zina, bukan Mut’ah.
    Jikalau Mut’ah saa dengan Zina maka berarti Rasulullah pernah memperbolehkan Mut’ah, itu terbukti dalam kitab-kitab standart Ahlusunah sendiri. Apa Rasululah benar pernah memperbolehkan Zina (Mut’ah)? Naudzubillah min Dzalik…
    Silahkan baca kembali riwayat-riwayat dari buku Ahlusunah yang terdapat dalam artikel di Islamsyiah.wordpress.com ini dengan judul “Nikah Mut’ah Sama dengan Zina?“…Silahkan cek kebenarannya dan jawablah dengan baik. Terimakasih.


  8. SYIAH DAN AL - QUR’AN

    Al-Kasyiy mengetengahkan riwayat lain lagi mengenai hal itu. Riwayat tersebut dikatakan berasal dari Hamduwaih yang mendengar dari Ayyub bin Nuh, ia mendengar dari Muhammad bin Al-Fadhl, berasal dari Shafwan yang mendengarkan dari Abu Khalid Al-Qummath, berasal dari Hamran yang berkata kepada Abu Ja’far a.s.: “Alangkah sedikitnya jumlah kita, seandainya kita berkumpul (untuk makan bersama), kita tidak akan menghabiskan seekor kambing!” Abu Ja’far menyahut: “Maukah engkau kuberitahu tentang sesuatu yang lebih aneh dari itu? Hamran menjawab: “Ya, baiklah.” Abu Ja’far menerangkan: “Kaum Muhajirin dan Anshar telah pergi semua, kecuali tiga orang.” [Rijalul Kasyiy, hal. 13]

    Itulah beberapa soal tentang kebohongan dan kebatilan yang ada pada kaum Syi’ah.

    Mereka tidak mempunyai jawaban yang dapat diterima akal fikiran kecuali ingkar dan membuat penafsiran lain (ta’wil). Mereka hanya dapat mengatakan, bahwa para sahabat Nabi itu telah menambah-nambah firman Allah untuk memuji-muji diri mereka sendiri. Mereka juga mengatakan, bahwa para sahabat Nabi menghapus ayat-ayat yang mencela pemikiran mereka yang mengancam mereka dengan adzab neraka. Mengenai hal itu Al-Kaliniy menyajikan sebuah riwayat yang dikatakannya berasal dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Nashr yang mengatakan sebagai berikut: “Abdul Hasan a.s menyerahkan sebuah mushhaf kepadaku sambil berkata”: “Lihatlah isinya.” Mushhaf itu kubuka lalu kubaca ayat pertama Surah Al-Bayyinah. Ternyata kulihat ada tujuh puluh nama orang-orang Qureisy lengkap dengan nama-nama orang tua mereka (dinyatakan sebagai golongan kafir).” [Al Kafiy fil Ushul, Kitab Fadhlul Qur'an, Bab Nawadir, hal. 631, Jilid II, cet. Teheran; hal 670, Jilid I, cet. India.]

    Sebagaimana telah kami sebutkan pada bagian terdahulu bahwa menurut riwayat yang dibuat oleh kaum Syi’ah ‘Ali bin Abi Thalib menyerahkan kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an kepada kaum Muhajirin dan Anshar. Ketika dibuka oleh Abu Bakar lembar pertama ditemukan ayat- ayat yang menjelek-jelekkan kaum Muhajirin dan Anshar. Karena itu ia lalu mengembalikan kumpulan ayat-ayat tersebut kepada ‘Ali seraya berkata: “Kami tidak membutuhkan hal ini.” [Unzur Awwalal Maqal Riwayat At Thibrisiy dalam Al Ihtijaj, hal. 86 dan 88.]

    Seorang ulama Syi’ah bernama Malla Muhammad Taqiy Al-Kasyaniy dalam bukunya berbahasa Persia, “Hidayatuth Thalibin”, terdapat uraian yang terjemahannya sebagai berikut:

    “‘Utsman memerintahkan salah seorang sahabatnya, Zaid bin Tsabit, musuh ‘Ali, supaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dengan membuang kebaikan-kebaikan Ahlul-Bait dan kejelekan-kejelekan musuh-musuh Ahlul Bait. Al-Qur’an yang sekarang ini ada di tangan kaum Muslimin Qur’an yang kita kenal itu, adalah Mushhaf ‘Utsman, yaitu Qur’an yang dihimpun atas perintah ‘Utsman.” [Hidayatuth Thalibin, hal. 368, cet. Iran, tahun 1282H.]

    Seorang ulama besar Syi’ah yang mendapat gelar Syeikhul Islam dan Khatimatul-Mujtahidin, bernama Al-Malla Muhammad Baqir Al- Majlisiy menulis sebagai berikut:

    “Orang-orang munafik telah merampas kekhalifahan ‘Ali, begitulah mereka berbuat terhadap seorang Khalifah. Sedang Khalifah kedua telah merobek-robek Kitabullah.” [Hayatul Qulub, Bab Hijjatul Wada' nomor 49, hal. 681, Jilid II, dalam bahasa Persia, cet. India.]

    Dalam bukunya yang lain lagi ia mengatakan, bahwa ‘Utsman menghapuskan tiga hal dari Al-Qur’an, yaitu keutamaan Amirul Mu’minin ‘Ali, keutamaan Ahlul-Bait dan kejelekan Qureisy termasuk tiga orang Khalifah. Misalnya ayat Al-Furqan:28 yang diubah hingga berbunyi: “Alangkah baiknya kalau aku dahulu (di dunia) tidak menjadikan Abu Bakar sebagai teman karib.” [Tadzkiratul A'immah, hal. 9]

    Karena kaum Syi’ah hendak mengingkari kedudukan para sahabat Nabi yang mendapat pujian dari Allah swt. Dalam Al-Qur’anul-Karim, mereka tidak bisa lain harus mengingkari firman Allah, sebab Al- Qur’an mengandung keterangan-keterangan mengenai kegiatan dan perjuangan para sahabat Nabi, terutama Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman - radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Menurut kenyataan, penghimpunan ayat- ayat Al-Qur’an dilakukan atas perintah Abu Bakar Ash-Shiddiq berdasarkan saran ‘Umar Ibnul-Khattab hingga mencapai penyelesaiannya yang terakhir pada zaman kekhalifahan ‘Utsman. Dengan demikian tiga orang Khalifah tersebut telah berhasil memperoleh keutamaan besar. Semoga Allah berkenan melimpahkan pahala dan karunia-Nya yang sebaik- baiknya kepada mereka bertiga. Ketika kaum Syi’ah melihat sendiri bahwa melalui tangan-tangan mereka itu Allah menjaga kemurnian dan kelestarian Al-Qur’an sebagai sumber terpokok ajaran Islam, kaum Syi’ah melancarkan sikap permusuhan dan kebencian kepada mereka. Atas dorongan kedengkian dan kebenciaannya itu kaum Syi’ah terperosok ke dalam sikap hendak menghancurkan Al-Qur’an itu, lalu dengan serta- merta melontarkan tuduhan yang bukan-bukan, seperti “revisi”, “diubah” dan lain sebagainya, padahal mereka sendiri yang merevisi dan mengubahnya.

    Al-Maisam Al-Bahrani menuduhkan sepuluh kejelekan untuk menjatuhkan nama baik Khalifah ‘Utsman, yaitu tuduhan-tuduhan yang selama ini dimamahbiak oleh kaum Syi’ah terhadap prbadi Khalifah ketiga itu. Tuduhan yang ketujuh mengatakan, bahwa ‘Utsman memerintahkan kaum Muslimin hanya membaca Al-Qur’an yang dihimpun oleh Zaid bin Tsabit saja, sedangkan Mushhaf-Mushhaf yang lain dibakar habis, dan membatalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak diragukan turun dari Allah.” [Syarah Nahjul Balaghah, hal. 1, Jilid XI, cet. Iran.]

    Dengan tindakan dan sikap seperti itu kaum Syi’ah bermaksud mendiskreditkan para sahabat Nabi terkemuka itu, yang oleh mereka dituduh merampas hak kepemimpinan ‘Ali dan anak keturunannya, baik sebagai Khalifah maupun sebagai Imam. Kaum Syi’ah juga mengatakan, para sahabat Nabi itu tidak mau melihat adanya nash-nash dalam Al- Qur’an yang mengungkapkan cacad dan kekurangan mereka. Dalam upaya membenarkan tuduhan itu kaum Syi’ah sengaja membuat dan menambah ayat- ayat yang sesuai dengan keinginan mereka. Seperti Al-Kaliniy, misalnya, dalam “Al-Kafiy” ia mengetengahkan sebuah riwayat yang dikatakannya berasal dari Abu Hamzah, bahwasannya Abu Ja’far pernah menegaskan sebagai berikut: “Jibril turun membawa ayat”:

    “Sungguh, orang-orang yang ingkar dan berlaku zhalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya, mereka itu tidak akan memperoleh ampunan Allah dan mereka tidak akan diberi petunjuk jalan selain jalan ke neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya, dan yang demikian itu mudah bagi Allah.” [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Yang digarisbawahi adalah tambahan mereka terhadap ayat An Nisaa’ 168-169)

    Riwayat Syi’ah lainnya yang berasal dari Abu Hamzah juga mengatakan bahwa Abu Ja’far pernah berkata: “Jibril turun membawa ayat kepda Muhammad saw.”:

    “… Orang-orang yang zhalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya mengubah ucapan (hingga berbeda dari apa yang dikatakan kepada mereka), lalu Kami turunkan kepada mereka yang berlaku zhalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya, bencana dari langit, karena kefasikan mereka.” [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 267, cet. India] (Yang digarisbawahi adalah tambahan mereka terhadap ayat Al-Baqarah:59).

    Al-Qummiy mengatakan, bahwa ayat yang berbunyi:

    “Sekiranya engkau melihat bagaimana keadaan orang-orang yang berlaku zhalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya pada saat malaikat mengulurkan tangan sambil sakratulmaut, yaitu pada saat malaikat mengulurkan tangan sambil berkata ‘keluarkanlah nyawamu’, pada saat itu kalian dibalas dengan adzab yang sangat menghinakan.”

    Al-Qummiy mengatakan bahwa Abu ‘Abdullah telah berkata bahwa ayat itu tertuju kepada Mu’awiyah, orang-orang Bani Umayyah dan sekutu-sekutu serta pemimpin-pemimpin mereka. [Tafsir Al Qummy, hal. 211, Jilid I, cet. Najf-Irak.]

    Mengenai akhir Surah Asy-Syu’ara, Al-Qummiy mengatakan: “Kemudian Allah menyebut keluarga Muhammad dan para pengikut mereka yang telah memperoleh hidayat, dengan firman-Nya”:

    “Kecuali yang beriman dan berbuat kebaikan, banyak mengingat Allah dan hanya membela diri sesudah diperlakukan secara zhalim”. “Setelah itu Allah menyebut musuh-musuh keluarga Muhammad saw. dan orang-orang yang berlaku zhalim terhadap mereka, dengan firman-Nya”: “Mereka yang berlaku zhalim terhadap keluarga Muhammad dan hak-haknya akan mengetahui bagaimana kesudahannya (ke tempat mana akan kembali).”

    Al-Qummiy menambahkan: “Begitulah yang diturunkan, demi Allah!” [Tafsir Al Qummy, hal. 125, Jilid II, cet. Najf-Irak.] (Pemalsuan terhadap ayat Asy-Syu’ara:227).

    Sebagaimana diketahui, apa yang dikatakan oleh Syi’ah tentang “keluarga Muhammad dan hak-haknya” seperti yang terdapat dalam riwayat-riwayat tersebut diatas bukan lain hanyalah suatu kebohongan yang mereka ciptakan sendiri dengan mengatasnamakan Allah swt.

    Di bawah ini kami kemukakan sebuah riwayat panjang yang disajikan oleh At-Thibrisiy di dalam “Al-Ihtijaj”. Riwayat tersebut menerangkan kepada kita soal apa yang mereka namakan “keluarga Nabi dan hak-haknya”. Menurut At-Thibrisiy, pada suatu hari ada seorang zindiq mengajukan berbagai pertanyaan kepada ‘Ali bin Abi Thalib, yang dijawab olehnya sebagai berikut:

    “Allah menyebut nama beberapa orang Nabi dengan nama kiasan (kinayah) tidak bertujuan lain kecuali supaya difikirkan oleh orang-orang yang berusaha mengetahui hal-hal ghaib dengan pandangan batin (ahlul- istibshar). Mengenai nama-nama kiasan di dalam Al-Qur’an yang mengenai orang-orang munafik yang melakukan kejahatan besar, bukanlah berasal dari Allah Ta’ala, melainkan dari orang-orang yang mengubah dan mengganti ayat-ayat Al-Qur’an. Merekalah yang menjadikan Al- Qur’an terbagi-bagi (ada yang harus dipercaya dan ada yang boleh tidak dipercaya), yaitu orang-orang yang menukar agama dengan keduniaan.

    Mengenai kisah mereka yang mengubah-ubah Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan dengan firman-Nya:

    “Mereka itu ialah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian mengatakan: “Kitab ini dari Allah’ dengan tujuan supaya banyak orang membelinya dengan harga murah.” “Mereka yang lidahnya komat-kamit membaca Kitab …”

    Lebih jauh ‘Ali menegaskan:

    “Sepeninggal Rasul Allah mereka memasukkan kalimat-kalimat yang tidak semestinya, yaitu kalimat-kalimat yang dapat mereka pergunakan untuk menegakkan kebatilan mereka. Sama halnya dengan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengubah Taurat dan Injil serta mengubah-ubah kalimat secara tidak pada tempatnya, sepeninggal Nabi Musa dan Nabi ‘Isa. Mengenai hal ini Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya: “Mereka hendak memandamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, akan tetapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya (agama-Nya).”

    Itu berarti mereka telah menetapkan di dalam Al-Qur’an sesuatu yang tidak difirmankan Allah untuk menimbulkan keragu-raguan orang terhadap Khalifah (yakni ‘Ali sendiri). Karena itu Allah membuat hati mereka menjadi buta sehingga mereka membiarkan semua ayat-ayat yang menunjukkan perbuatan mereka merevisi dan mengubah ayat Al-Qur’an. Mereka berbuat kebohongan dan penipuan serta menyembunyikan hal-hal yang sebenarnya mereka ketahui. Oleh karena itu Allah berfirman tertuju kepada mereka:

    “Mengapa kalian mencampuradukkan yang hak (kebenaran) dengan yang batil .”

    Allah kemudian mengumpamakan mereka sebagai berikut:

    “Yang berupa buih akan lenyap tak ada harganya, adapun yang bermanfaat bagi manusia ia akan tetap berada di bumi.”

    Yang dimaksud dengan ‘buih’ dalam hal ini ialah omongan orang-orang kafir yang dimasukkan ke dalam Al-Qur’an. Semuanya itu pasti akan musnah, tak ada bekas kegunaannya sama sekali. Adapun yang bermanfaat bagi manusia di dalam Al-Qur’an itulah yang benar-benar diturunkan Allah, yaitu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang tidak disentuh kebatilan apa pun juga dan dapat diterima dengan hati dan fikiran. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘Bumi’ ialah tempat ilmu tersimpan. Prinsip ‘taqiyyah’ secara umum tidak memperbolehkan adanya pernyataan secara terang-terangan mengenai nama orang-orang yang melakukan pengubahan Al-qur’an itu. Juga tidak memperbolehkan penambahan ayat-ayat yang telah mereka tetapkan di dalam Al-Qur’an menurut kemauan mereka sendiri. Sebab pernyataan seperti itu akan memperkuat alasan bagi orang-orang yang hendak melumpuhkan agama, dan memperkuat hujah bagi para penganut agama yang telah diselewengkan, untuk menolak kami.

    Mengenai pertanyaanmu tentang sikap mereka yang pura-pura tidak mengerti firman Allah: “Jika kalian khawatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak- anak yatim, maka nikahilah wanita yang baik bagi kalian.”

    Menikahi wanita tidak ada kaitannya dengan persoalan anak-anak yatim, lagi pula tidak semua wanita (janda) itu mempunyai anak yatim. Masalah tersebut termasuk yang telah kami sebutkan, yaitu orang-orang munafik itu telah menghapuskan ayat-ayat Al-Qur’an antara firman mengenai anak-anak yatim dan firman mengenai menikahi wanita, yang banyaknya lebih dari sepertiga Al-Qur’an.

    ————————————-

    Islam Syiah:

    Sejak kapan Mushaf diidetikkan dengan al-Quran? Apakah Mushaf selalu berarti al-Quran?
    Bukankah dalam sejarah terbukti bahwa bukan hanya Ali bin Abi Thamlib dan Fathimah saja yang memiliki Mushaf, Umar, Abu Bakar, Aisyah, Ibnu Abbas dsb semuanya memiliki mushaf…lantas apakah masing-masing mushaf mereka yang berbeda satu sama lain berarti al-Quran mereka berbeda-beda?
    Apakah dalam kitab-kitab standart Ahlusunah tidak ada riwayat satupun yang menjelaskan bahwa al-Quran sudah berobah yang berarti bahwa al-Quran yang sekarang ini sudah tidak orosinil lagi? Silahkan coba lihat lagi artikel kami tentang “Al-Quran Sunni-Syiah Satu; Tiada Perobahan dalam Al-Quran“. Lihatlah, dalam kitab-kitab Ahlusunah ternyata ada beberapa riwayat yang menjelaskan hal itu…baca lagi dengan teliti dan cek dengan kepala dingin.
    Selain itu, saya tidak yakin apa yang anda copy-pastekan itu ditulis oleh orang-orang yang meneliti langsung dari kitab aslinya orang Syiah.


  9. yang kamu tulis sangat tidak ilmiyah. tidak ada referensi yang jelas dan menyesatkan ahlu sunnah. bertaubatlah wahai syiah, pantas saja Alloh memberikan fitnah(musibah yang besar di tanah irak dan iran karena akibat perbuatan kalian sendiri. jangan engkau sesatkan kaum muslimin di Indonesia. Syiah memang mirip dengan orang Yahudi. mencela sahabat, menolak hadits shohoh Bukhori dan Muslim. kalau menukil ayat dan hadits jangan sepotong-sepotong. kamu harus tahu lengkapnya dan penjelasannya dari ulama. beginilah akibat orang yang mengambil dalil secuil-secuil untuk membenarkan kelompok sesatnya. saya bersaksi dengan keyakinan saya bahwa syi’ah sesat dan menyesatkan. sangat jelek karena memiliki pemahaman JIL, syirik, munafik,dll. Bertaubatlah wahai syiah. Semoga Alloh memberi petunjuk kepada saudaraku islam yang terkena musibah syiah ini.

    ———————————–

    Islam Syiah:

    Apa yang anda fitnahkan itu sudah kita jawab dalam artikel-artikel yang ada, silahkan cek dan baca kembali…apakah Syiah yang mengajarkan untuk mencela sahabat seperti Abu Hurairah yang hadisnya banyak dicantumkan oleh Bukhari dan Muslim, atau para sahabat sendiri yang mengajarkan untuk mencela Abu Hurairah? Silahkan baca lagi dengan kepala dingin artikel kami yang berjudul “Apakah Abu Hurairah bukan Sahabat Nabi?“.


  10. Salam,
    Yang menghantarkan aku ikut ikut bahtera Ahlulbait justeru setelah aku mempelajari kitab-kitab yang menghujat habis-habisan, seperti yang ditulis oleh Prof. DR. Ilahi Zhahir, dan banyak buku dan tulisan semisalnya. Penulusuranku memahami syi’ah memakan waktu sekitar 12 tahun. Kepada saudara aditya dan Leo, coba download kitab2 yang ada di http://www.rafed.net atau http://www.al-shia.com versi arab, insya Allah bermanfaat untuk menambah wawasan…
    Wassalam


  11. Salam,
    Untuk Aditya dan Leo, apakah anda benar2 sudah membaca semua referensi yang membuat anda berfikir syiah itu sesat.

    Tidak ada satupun didalam ajaran syiah sesat, yang membuat orang2 yakin akan kesesatan syiah adalah informasi yang datangnya bukan dari syiah. Cobalah mulai membaca lalu memahami dengan kecintaan bukan dengan kebencian.

    Semoga anda berdua mendapatkan hidayah dari Allah azza wa jala. Insya Allah.. karena hanya Allah SWT yang berkehendak…

    Allahumma sholi ala Muhammad wa aali Muhammad 3x
    Wassalam.


  12. Islam syiah itu komplit…segala ilmu masuk ke ajaran ini.

    trus menurut saya fiqihny itu lebih progres daripada sunni. bukan berarti sunni jelek loh. sunni itu bagus, tp menurut saya ada lebih bagus lagi. peace…


  13. Pada saudara yang begitu hebat mengujat apakah anda sudah sepeti Imam Khomaeni atau Ali Syariati? banayklah belajar dan merenung nanti anda akan diberi petunjuk oleh Allah ,ingat napsu itu bersifat destruktif merusak jiawa anda sendiri.


  14. Ass’kum ww

    KEPADA PARA SAUDARAKU, MARILAH KITA IMPLEMENTASIKAN HUJATAN ATAS ISU- ISU OBYEK TERSEBUT DENGAN KESUCIAN - KERENDAHAN HATI DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI, SAYA RASA CUKUP SUDAH KETERANGAN2 ITU. INI ADALAH PENGALAMAN SAYA, KESESUAIAN PEMAHAMAN AKAN DIDAPAT BAGI YANG SELALU BERJUANG, ENTAH BENAR ENTAH SALAH PEMAHAMAN ITU KITA LAKSANAKAN SESUAI KAPASITAS ILMU YANG MUNCUL DALAM PEMAHAMAN. kESAMPINGKAN AKIDAH, DAHULUKAN UKHUWAH. INI REALITA.HINDARI DAMPAK DESTRUKTIF DARI SETIAP PERBEDAAN. DENGAN BEGITU GENERASI KITA SEKARANG INI MEMBERI PELUANG KEPADA GENERASI ANAK2 KITA UNTUK MENERUSKAN MENUNTUT ILMU YANG TAK PERNAH HABIS. JADI TOLONG YA, SAUDARAKU-SAUDARAKU PECINTA AHLI BAIT


  15. http://www.youtube.com/watch?v=SOcoFZVhf80

    ULAMA2 BESAR SYIAH MELAKNAT SAIDITANA AISYAH SEBAGAI PEREMPUAN ZINA…… DAN SEKARANG KERAS BERFATWA: MASJID2 SUNNI HARUS DIROBOH DAN ORANG2 SUNNI WAJIB DIBUNUH…. INI SEDANG BERLAKU DI IRAQ.

    APA KOMEN ANDA..????

    TOLONG JAWAB KOMEN INI… JANGAN DELETE DARI RUANGAN KOMENTAR INI.. SEKIRANYA ANDA DI PIHAK YANG BENAR!!!!

    PESANAN KERAS DARI SAYA: JANGAN DELETE DAN WAJIB JAWAB…. SAYA SETIA MENUNGGU KOMENTAR DARI ANDA.

    TIMA KASIH!!!!

    —————————————————-

    Islam Syiah:
    Menuduh Zina? Mana bukti otentik dari tuduhan anda, padahal dalam al-Quran dengan jelas menuduh orang zina itu apa hukumnya…?
    Ulama2 besar Syiah menfatwakan untuk merobohkan masjid Sunni di Irak? Fitnah apa lagi ini….lihat apa yang difatwakan marja’ a’la Sayid Ali Sistani di Irak justru kebalikan yang anda tuduhkan….
    Kalau Ibnu Jabrin salah satu contoh dari sekian banyak ulama Wahaby Saudi -maaf, Wahabi bukan Ahlusunah- yang justru menghalalkan darah Syiah…bahkan dalam sejarah, mereka bukan hanya menghalalkan darah Syiah, orang Sunni biasa pun dihalalkan darahnya…mau bukti? http://www.ibn-jabreen.com/fatwa/frame_02.htm


  16. Assalamualaikum,

    Saya juga seorang “newbe” dalam mempelajari mazhab Ahlul Bayt.

    Yang mendorong saya semakin ingin masuk lebih ke dalam adalah alasan sederhana, semua tanda tanya yang selama ini hanya berhenti di tingkatan tradisi dalam mahzab lainnya ternyata terjelaskan di mahzab ini! Semuanya menjadi logis!
    Tidak ada doktrinasi/tradisi dalam mazhab ini. Semua terpapar begitu nyata dan menjawab semua. Sama sekali jangan disamakan dengan sempalan-sempalan lainnya yang sama sekali jauuuuuh dari pemahaman logika.

    Berangkat saja dari hal paling ’sepele’ yaitu hati nurani. Pastinya lebih nikmat menjalankan dengan ikhlas karena tahu apa yang sedang dikerjakan. Bukan dari sekedar menjalani ritual semata. Itu saja.

    Islam itu kaya dan lengkap. Segala sesuatunya yang berkaitan dengan kehidupan ini ada penjelasannya dalam Islam. Bukan hanya sekedar tradisi/ritual apalagi menjadi doktrinasi. Tinggal bagaimana kita bisa lebih arif untuk membuka mata dan hati.

    Beranikah kita mempertanyakan apa yang sedang kita kerjakan? Dengan tujuan: mencari kebenaran! Silakan direnungi.


  17. wah ternyata ada nama aditya juga di atas sana.. hehe
    sederhananya saya aditya yang pro dengan syiah.. ;)


  18. Allah melarang mencela sesama manusia baik itu muslim,nasra,yahudi,apalagi sesama islam…jadi janganlah kita memandang sebelah mata tapi gunakan semua potensi yang telah diciptakan Allah SWT terutama akal. Janganlah menghujat syiah, itu sama dengan menghujat keturunan Muhammad,yg berarti menghujat Nabi Muhammad,yg berarti menghujat Allah…Saya termasuk sunni,tapi demiAllah Muhammad dan keturunannya yang suci adalah makhluk yang paling mulia….


  19. Salam kenal,
    Saya terus terang lebih tertarik dengan masalah ahlak dalam Islam.Saya tidak mengklaim diri saya sunni atau syi’ah.Bagi saya sunni dan syi’ah bagus asalkan tidak terlalu fanatik.Bisa kirimkan saya Hadis dari kalangan syi’ah yang berhubungan dengan ahlak manusia(dalam bahasa Indonesia)?.Setahu saya mahzab ja’fari terkenal dengan mahzab ahlak.
    Jikia ada tolong kirimkan ke email saya, oktara@yahoo.com


  20. Terkadang apa yang dilontarkan para pembenci syi’ah SEMUANYA BAAAASI !!!!, karena mereka tidak mampu mencari hakikat kebenaran yang sesungguhnya dan mata hati mereka tertutup dengan fanatisme buta, sektarian dan segala macamnya tanpa memakai nurani yang bersih, yaaa gt deeeh………cape…cape


  21. di/pada Juni 24, 2008 pada 6:20 pm apa sajalah

    salam,terus terang yang sy mengenal syiah dari kalangan penghujat syiah. namun waktu itu tidak ada ketertarikan untuk tahu lebih lanjutnya,namun sejak membaca karya2 nya Sarjana2 Muslim Iran dan Iraq; Ali syariati tentang Agama vs Agama, Makna Doa, Murtadha Mutahhari tentang Society And History, Man And Universe, Muhammad Baqir Al Sadr tentang FALSAFATUNA dan IQTISHADUNA. sy lebih tertarik untuk belajar lebih jauh tentang Iran, Syiah, Revolusi dan tentunya semangat untuk mendalami Islam semakin menggebu.
    ternyata ada ya Orang Islam semacam beliau2 diatas yang menjelaskan masalah sosial keagamaan dengan wawasan yang amat luas.
    Maha Suci Allah……..


  22. Assalamualaikum wr.wb

    salam kenal semuanya , saya baru belajar tentang syiah dan menemukan blog ini adalah berkat rahmat Allah untuk saya. Sebenarnya atau sebaiknya Islam dan umatnya harus bersatu dalam menegakkan kebenaran . jangan saling tuduh menuduh yang tak jelas aal muasalnya, ini dikarenakan ketidaktahuan kita tentang syiah. Yang kita tahu tentang syiah adalah perkataan2 sahabat, orang tua atau ulama2 bahwa syiah itu begini syiah itu begitu, sehingga timbul banyak persangkaan yang negatif tentang syiah , seperti pernyataan2 para sahabat di atas yang telah dijawab dengan baik oleh admin blog ini.

    Saya juga termasuk orang yang penasaran tentang syiah , apa betul apa yang dikatakan orang tentang syiah itu benar adanya ? Alhamdulillah saya diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk berkunjung ke Iran selama 2 bulan dalam rangka misi kemanusiaan , sebagai anggota tim kesehatan Republik Indonesia yang berusaha membantu meringankan penderitaan korban gempa bumi di BAM, Iran.

    Yang saya lihat disana cukup membuka hati saya tentang apa itu syiah, ternyata apa yang diragukan semua orang tentang syiah tidak terbukti sama sekali, saya banyak berkonsultasi dengan mahasiswa2 indonesia yang belajar di Qum tentang syiah dan mereka memberi penjelasan dengan senang hati.

    Pendeknya mereka memberi penjelasan hampir sama dengan jawaban admin blog ini tentang isu-isu kesesatan syiah!

    Islam syiah di negeri Iran ternyata lebih toleran terhadap para pnganut non muslim (Kristen, yahudi, majusi dan bahkan atheis), bayangkan saya pernah pergi ke khurasan dan melihat masjid, gereja dan sinagog berdiri saling berdampingan / saling bersebelahan tanpa ada perselisihan antar umatnya.

    Maksud saya menulis ini adalah, mari kita belajar memahami apa yang menurut kita asing, dan jangan memvonis sesuatu itu jelek sebelum menerima penjelasan dari penganut syiah sendiri dan bukan dari para pembenci syiah. sekian.

    Wassalam


  23. Ass.wr.wb.
    Sebelum saya menceritakan pengalaman saya yang berikut ini, saya memohon agar kita sebagai muslim agak sedikit melapangkan dada untuk menerima atau tidak menerima cerita saya berikut ini.Apakah ini suatu kenyataan ataukah tidak terserahlah kepada yg mendengarnya, kalau seandainya bapak keberatan untuk menerimanya dan menghapusnnya, untuk pribadi saya, juga saya tidak ada masalah,karena menurut hakikat saya,mendengar atau melihat cerita ini akan menimbulkan kebencian, penghasutan, pencacian dll,jadi saya serahkan saja kepada akal manusia yg sehat untuk menimbang baik atau buruknya.

    Beginilah ceritanya:
    Pada tanggal 3 bulan juli th 2008 masuk bulan rajab malam jumaat lalu setelah maghrib muncul makhluk bersayap yg sayapnya seperti mutiara-mutiara yg bertebaran di muka bumi ,begitu besarnya beliau dari pandangan saya,yg berjarak kira-kira 5 meter dari hadapan saya,keindahaan beliau tidak terlukiskan.
    Perkataan beliau yg pertama adalah: Tuliskan!lantas sekali lagi Tuliskan!
    Saya cepat mengambil kertas dan pena kemudian duduk kira-kira satu meter dari hadapan beliau.
    Perkataan beliau yg kedua:Assalamualaikum.
    Saya jawab wallaikumsalam.
    Perkataan beliau yg ketiga:saya Jibril,Tuliskan!
    Saya akan datang bersama Isa almasih kedunia bersama sembilan wali-wali dan bersama 200 lebih malaikat-malaikat.
    Waktu sudah sangat singkat, mulai tahun 2010 banyak kejadian yg akan merampas jiwa manusia.
    Perkataan beliau yg keempat:apa yg engkau inginkan? menyebarkan firman-firman Allah S.W.T, jawab saya.
    Perkataan beliau yg kelima:ada lagi?InsyaAllah, Allah S.W.T akan memberikan petunjuk kepada kami,jawab saya.
    Perkataan beliau yg keenam:baiklah! lantas beliau mengambil kedua belah tangan saya,beliau menyuruh saya berzikir.
    -Allahhuakhbar33x
    -Subhanallah33x
    -Alhamdulillah33x
    -Allah S.W.T33x
    -Laillahhailallah33x
    -Laillahhailallahmuhammadarasulallah33x
    Perkataan beliau yg kesepuluh:ingat!
    1.jangan engkau sombong
    2.bersabarlah
    3.sayang kepada kedua orang tua
    4.jangan engkau membuat kesalahan
    Beliau tunduk sejenak, lantas beliau berkata,saya musti kembali dan menyapa saya assalamualaikum, saya jawab wallaikumsalam Jibril a.s, dia membuka sayapnya lantas terbang begitu cepatnya.

    Saya beranggapan bahwa ini hanyalah sebagai amanah.
    Marilah kita menyimak cerita ini bersama dengan akal yg sehat menurut Alquran dan hadits-hadits rasulallah Muhammad S.A.W.
    Apakah kita sudah bersiap untuk mendekati tanda-tanda akhir zaman?

    Wassalam


  24. Asswb.
    saya juga ingin mecari info tentang Ahlul Bait.
    Namun kenapa ya, saya kok diburu waktu untuk mencari sesuap nasi saja selama ini???
    Melalui blog ini saya ingin punya kenalan dengan para ihwan sekalian. Kebetulan pekerjaan saya mobile di 13 propinsi (6 di jawa+bali, 4 di kalimantan, 3 di SulUt-tenggara, dan SumSel)
    jika ada yang mau kenalan bisa sms ke Hp saya 085640755789.


  25. di/pada Agustus 11, 2008 pada 6:29 pm altered zone

    Assalamualaikum. Saya sebagai warga melayu Islam di Malaysia amat kagum dan teruja melihat komen2(komentar..) anda semua. Di Malaysia, (…sekadar apa yg saya tahu…) tak ramai orang syiah. Ada yg menganggap syiah ini salah(sesat). Tapi, dengan membaca komen2 anda semua, secara tidak langsung saya dapat banyak belajar. Saya bukanlah seorang yg kuat beribadat. Tapi saya percaya, dengan menjenguk2 website2 ilmiah seperti ini, akan dapat memperbaiki lagi amalan dan ibadah saya.

    terima kasih.


  26. di/pada Agustus 11, 2008 pada 7:14 pm altered zone

    sedang menjenguk2 laman2 ilmiah, terjumpa dengan video clip dari hizbut tahrir malaysia. hati terasa pedih…terhiris…tercabar….

    YA ALLAH……KEMBALIKANLAH DAULAH KHALIFAH!!
    YA ALLAH……SATUKANLAH HATI KAMI!!

    TAKBIR!!!!!!!!!


  27. salah satu hal yang harus kita pikirkan adalah mengenai mushaf Fatimah. mengapa Al Quran yang kita kenal selama ini adalah mushaf utsmani, bukan mushaf Muhammad. sebenarnya nabinya orang islam itu Muhammad atau utsman. kalau ada mushaf utsmani kenapa tidak boleh ada mushaf Fatimah ?

    ———————————————-

    Islam Syiah:
    Seringnya kesalahan beberapa oknum yang menuduh Syiah memiliki Quran sendiri adalah dengan berdalil bahwa Syiah meyakini adanya Mushaf Fathimah dan Mushaf Ali. Padahal ini justru sebagai bukti kebodohan mereka. Sejak kapan Mushaf disamaartikan dengan al-Quran al-Karim, sehingga Mushaf Ali atau Mushaf Fathimah sama dengan al-Quran? Padahal dalam sejarah yang ada terbukti bahwa Mushaf Ali berbeda dengan Mushaf Fathimah. Lantas apakah itu membuktikan Syiah meyakini dua atau bahkan tiga al-Quran? Ini lelucon yang lebih lucu lagi…
    Jadi Mushaf tidak musti berarti al-Quran sehingga harus diidentikkan dengan al-Quran.
    Dalam kasus Mushaf Ustman dinyatakan -dalam kitab-kitab Ahlusunnah- bahwa Usmanlah yang menyuruh untuk mengumpulkan lembaran-lembaran itu sehingga terkenal dengan namanya. Padahal pelakunya (pelaksananya) buklanlah dirinya sendiri….Sekarang yang jadi pertanyaan, kita tahu bahwa al-Quran turun tidak berdasarkan urutan sebagaimana al-Quran sekarang ini. Lantas sahabat Usman tahu dari mana bahwa ayat pertama yang turun (Iqra’) berada di hampir akhir al-Quran sedang ayat yang paling akhrir turun (ayat ikmaluddin) terletak pada surat Al-Maidah: 3? Berdasarkan apa sahabat Usman meletakkan susunan ayat dan surat pada mushafnya? Apakah atas dasar pikirannya sendiri ataukah karena ajaran seseorang, sedang kita tahu bahwa ada sahabat yang lebih alim darinya tentang al-Quran seperti Ali dan Ibnu Abbas? Jika atas dasar pikirannya sendiri, maka apa hukumnya mengada-ngada semacam itu? Jika atas ajaran seseorang maka siapa orang itu dan apa ada ACC dari Rasul berkaitan dengan keilmuannya? Jika tidak ada ACC maka hukumnya sama, mengada-ada dalam penyusunan al-Quran. Kalau mendapat ACC dari Rasul (yang sebagai Duta Resmi Ilahi) maka baru itu memiliki legalitas penyusunan versi Allah, penurun al-Quran. Lantas apakah al-Quran yang kita baca sekarang ini mendapat legalitas Ilahi ataukah pengatasnamaan Mushaf Usmani hanya sekedar pengatasnamaan saja? YAng jelas, al-Quran sekarang ini ada adalah resmi diakui/legal versi Ilahi…itu adalah kesepakatan Sunni-Syiah.


  28. di/pada September 28, 2008 pada 9:54 am Idirs As Syafi'i

    Di dalam kitab Al-Kaafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih Al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far Ash-Shadiq), ia berkata : “Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam (ada) 17.000 ayat.”

    Di dalam Juz 1, hal 239-240, dari Abu Abdillah ia berkata: “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihas salam, mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata: ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata: ‘Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur’an kalian…’.”
    (Dinukil dari kitab Asy-Syi’ah Wal Qur’an, hal. 31-32, karya Ihsan Ilahi Dzahir).

    Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad At-Taqi An-Nuri Ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab Fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.

    Sekarang wahai Rafidhah, tunjukkan kepada kami Mushaf Fathimah itu !

    ——————————————————–

    Islam Syiah:
    Silahkan baca lagi artikel kami tentang al-Quran.
    Sejak kapan Mushaf selalu diidentikkan dengan al-Quran? Apakah Mushaf PASTI berarti Quran? KEnapa para sahabat memiliki mushaf sedang mushaf mereka berbeda-beda, apakah berarti Quran mereka berbeda-beda? Apakah ketika dibilang Nabi Musa dan Ibrahin memiliki mushaf juga berarti Quran? Argumen yang lucu…

    Sekarang giliran kami bertanya, lantas apa kata anda dengan hilangnya beberapa ayat/surat al-Quran yang karena dimakan rayap, dimana riwayat itu ada di kitab yang paling sahih setelah al-Quran? Beranikah anda mengingkari riwayat itu yang berarti anda juga akan mengingkari kesahihan kitab yang sudah terlanjur dikonsensuskan sebagai kitab sahih? Kalau gak berani, ya berarti anda pun menganggap Quran sudah banyak perobahan bukan? Lantas mau dikemanakan ayat; Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan al-Quran dan Kami pula yang menjaganya? Koq ayat tadi bertentangan dengan riwayat yang tercantum dalam kitab sahih anda ya?

    Anda pasti belum melihat langsung kitab muhaddis Nuri tersebut khan? Dalam kitab itu, ia selain menukil riwayat-riwayat Syiah, di setengah akhir kitabnya juga menukil hadis dan riwayat dari kitab-kitab yang terlanjur dinyatakan sahih oleh Ahlusunnah…dan dalam mukadimahnya juga mengatakan bahwa ia hanya menukil riwayat saja, untuk bukti riilnya, gak ada…Quran Sunni-Syiah tetap satu

    Baca lagi artikel tentang Quran di sini….


  29. Quran Sunni-Syiah tetap satu… Saya yakin itu..
    Salah satu bukti (walaupun tidak ilmiah,) yang diyakini (mungkin) setiap muslim dari madzhab manapun sekarang ini adalah Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i, yang hafal Quran 30 juz dalam usia 5 tahun…


  30. numpang nanya mas,

    secara rasional, proses belajar sebuah ideologi mestinya dimulai dari rujukan/ referensi utama ideologi tersebut. kalau rujukan utama idelogi shia itu apa ya? (setelah kitab suci tentunya)

    ada yang bilang namanya Alkaafy. tapi sekian banyak penyalur buku agama tidak meyediakan kitab tersebut. emang bisa didapat dimana ya?

    kan sangat lucu kalau ngikutin sebuah ideologi tanpa tahu landasan dasarnya. tetapi lebih lucu lagi kalau yang nyembunyikan referensi utamanya justru strategi dakwah ideologi tersebut.

    trus satu lagi mas,
    kata orang para imam shia itu suci (maksum) ya? kalau gitu pasti para imam itu kasih petunjuk kepada pengikutnya hadis-hadis nabi yang shahih (atau apa pun istilahnya) dan petunjuknya pasti benar, mereka maksum kan? jadi kitab hadis apa yang direkomendasikan oleh para imam itu bagi para pengikutnya?

    pasti kitab tersebut juga lepas dari kesalahan. karena imam kan maksum. dan pasti mereka kasih petunjuk yang jelas (tidak bias. tidak ngambang) bagi umatnya.

    orang shia juga bilang, pandangan orang shia terhadap marji’nya berbeda dengan pandangan sunnah terhadap shahih bukhary. ok. yang perlu dijelaskan : bagian-bagian mana dari marji’ shia yang dikritik itu?

    apa saja? kenapa dikritik?

    salahkah?

    siapa yang bertanggung jawab terhadap kesalahan tersebut? apakah salah penulis, sanad/perawi, atau salah sumbernya?

    sebenarnya hal-hal itu yang perlu dijelaskan ketimbang terlalu sibuk berkomentar “shia kritis”. lebih baik nunjukin bukti kekritisannya.

    tungu bentar, kalau mau kritis, lalu bisakah mengkritik pendapat para imam yang maksum tersebut? kalau kitabnya sudah direkomendasikan oleh imam, lalu lembaga atau pangkat apa dari seseorang yang mampu mengkritik pendapar imam?

    —————————————————————

    Islam Syiah:

    Menurut Syiah, tidak ada kitab yang dijamin kesahihannya melainkan al-Quran. Alkafi adalah salah satu kitab standart, tapi tidak bergelar sahih. Kenapa?
    1- Penulisnya tidak maksum.
    2- Dia hanya mengumpulkan hadis yang sahih menurut ijtihadnya dalam menentukan kesahihan hadis (ilmu hadis).
    Jadi di sinilah perbedaan antara Sunni-Syiah.

    Di sunni pintu ijtihad telah ditutup rapat-rapat, termasuk dalam penentuan hadis. Menurut mereka, pasca Imam Bukhari dan Muslim tidak ada yang layak berijtihad dalam menentukan hadis sahih melainkan dua orang tadi. Akhirnya, hadis yang mereka riwayatkan dinyatakan pasti sahih dan tidak layak untuk ditinjau kembali oleh siapapun. Oleh karenanya, al-hakim an-naisaburi yang mengumpulkan hadis sesuai dengan standart kesahihan Bukhari dan Muslim pun tetap tidak diterima, karena ijtihad penentuan hadis sahih telah ditutup dengan meninggalnya Bukhari dan Muslim. Seakan bukhari dan Muslim adalah maksum (suci dari salah dan dosa) dalam periwayatan hadis. Sekarang pertanyaan yang bisa ditujukan kepada saudara Sunni adalah; siapakah penentu kesahihan Bukhari dan Muslim, Imam Bukhari dan Musim sendiri ataukah orang yang datang setelahnya? Kenapa hanya Bukhari dan Muslim saja yang pasti sahih? Adakah dalil naqli dan naqli yang membuktikan bahwa kitab bukhari dan Muslim adalah kitab yang sahih sehinga tidak bisa digangu gugat? Kenapa kitab seperti Musnad Ahmad bin Hambal tidak masuk kategori Sohih, apakah Imam Ahmad termasuk orang yang sembrono dalam mengumpulkan hadis sehingga kitabnya tidak layak disebut sahih?

    Sedang di Syiah pintu ijtihad masih dibuka lebar-lebar. Tentu bagi yang memiliki kelayakan berijtihad, gak sembarang orang. Bukan hanya dalam masalah fikih, teology dan yang lainya, termasuk dalam menentukan kesahihan hadis. Atas dasar itu, Syiah tidak pernah menyatakan bahwa kitab seperti al-Kafi adalah pasti sahih. Ya, al-Kafi adalah kitab Sahih menurut penulisnya, karena ia berijtihad dalam penentuan hadis yang ia kumpulkan. Tetapi belum tentu sahih untuk mujtahid lain yang memiliki neraca penentuan sahih yang berbeda dengan Kulaini.

    Jadi letak perbedaan Sunni-Syiah dalam masalah ini adalah berkisar masalah ijtihad, masih terbuka ataukah sudah tertutup.

    Kalau anda ingin dapati buku standart2 Syiah, bisa anda beli dengan bebas di setiap ekspo buku di Mesir, Beirut dan Iran, juga bisa pesan di perwakilan toko buku Beirut di Indonesia. Kalau gak ada yang pesan ya gak bakal dijual, karena pembelinya minim. Khan mereka mau dagang, jadi menyesuaikan permintaan pasar. Kalau anda tidak punya uang untuk membeli buku2 standart (bukan buku sahih, tahu kha bedanya?) Syiah maka datang saja ke pusat2 Syiah di Indonesia niscaya anda akan dikasih unjuk, tapi bukan untuk dibawa pulang, karena seringnya gak kembali. Jadi bohong besar kalau Syiah menyembunyikan referensinya. Jika anda ingin mencari kebenaran maka harus ada usaha nyata, bukan hanya menunggu.

    Kita meyakini imam Maksum kembali kepada kitab tersahih di dunia ini, yang tidak ada tandingannya, Al-Quran al-Karim. Lihat ayat 33:33 dimana Ahlul Bayt dinyatakan disucikan Allah sesuci-sucinya. Dalam kitab standart Suni sendiri (terkhusus kitab tafsir) tidak jarang dinyatakan bahwa Ahlul Bayt adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Ketika mereka maksum maka mereka mustahil melakukan salah. Dan ketika orang yang mustahil salah mengatakan bahwa fulan-fulan dari keturunanku yang berjumlah sekian orang adalah maksum juga maka kembali ke premis pertama, ungkapan mereka mustahuil salah. Ketika mustahil salah berarti pasti benar khan? Ketika ungkapan mereka mustahil salah dan pasti benar maka kritis terhadap mereka tidak lagi bermanfaat. Karena kritis itu ada tempatnya khusus, bukan mutlak. Semua kaum muslimin yang mukmin sepakat untuk tidak dapat mengkritisi Allah, para Nabi dan Rasulnya bukan? Kanapa kritisi dibatasi? Karena kritis kepada Allah dalam mengkritisi kebijakan-Nya adalah pekerjaan sia-sia yang bahkan akan membahayakan. Para Nabi/Rasul juga tidak dapat dikritisi karena mereka adalah manusia pilihan, duta Ilahi yang suci dari salah dan dosa. Sedang Syiah menmabhkan, selain para Nabi/Rasul, para Imam adalah maksum, sesuai dengan firman Allah dan hadis Nabi (yang juga dapat kita tarik dari hadis2 di kitab Sunni). Oleh karenanya, kritis dan mengkritisi manusia suci adalah sia-sia, karena pasti kita salah dalam mengkritisi. Kepastian itu dilihat dari jaminan kemaksuman yang kita kritisi.

    Sampai di sini pahamkah anda?


  31. di/pada Oktober 15, 2008 pada 2:52 pm Single Fighter

    Kulaini dalam bukunya Alkafi di dalam bab “Para Imam Syi’ah tahu kapan ia mati dan mereka hanya akan mati atas kehendak sendiri”, meriwayatkan dari Abi Bashir, dari Ja’far bin Muhammad al-Baqir, bahwa ia berkata: “Seseorang Imam yang tidak tahu sesuatu yang ghaib dari dirinya dan tidak tahu kemana sesuatu akan terjadi, maka dia bukanlah merupakan bukti kebenaran Allah untuk makhluk-Nya.” (Alkafi fil Ushul, 1:285, cetakan Teheran).

    Itu adalah yang dikatakan oleh Bintang Ulama Syi’ah Alkulaini dalam kitabnya “Alkafi”, kitab yang pernah diberi ijazah oleh imam mereka yang gaib dan direstui dengan ucapan “Sungguh cukup kitab ini untuk Syiah kami”, dan karena Syahadah Imam itulah kitab tersebut dinamakan “ALKAFI”.

    Laen lagi Khomeini yang celaka menyebutkan - dalam salah satu tulisannya bahwa para imam lebih afdhal (mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata (semoga Allah menghinakannya) : “Sesungguhnya imam-imam kita mempunyai suatu kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang didekatkan, dan tidak pula oleh nabi yang diutus”

    Berarti para imam mereka lebih mulia dari Rasulullah SAW sendiri, apakah perkataan seperti ini adalah perkataan seorang muslim yang memeluk agama Islam ?

    En The Almighty Alllah membantah mereka :

    (Ingatlah), hari diwaktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka): “Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu.” Para rasul menjawab: “Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib.” (QS. 5:109)

    “(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (Al Jin : 26)

    “Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (Al An’am : 50)

    Want some candy ?

    ————————————————————

    Islam Syiah:

    Ini sebagai bukti bahwa anda tidak memahami konsep imamah versi Syiah.
    Imam adalah wakil Rasululah SAWW. Dan Rasul adalah pemimpin para Nabi/Rasul (sayyidul ambiya’ wal mursalin). Untuk lebih mudahnya saya bikin analogy aja, biar lebih mudah dicerna. Rasulullah ibarat presiden yang membawahi semua nabi/rasul yang kita ibaratkan menteri2. Wakil presiden (imam) walaupun dia hanya seorang wakil, namun karena wakil presiden (Rasulullah) maka jabatannya lebih tinggi dari para menteri (nabi/rasul). Dari sini anda sudah paham atau belom?

    Karena pemberian jabatan nabi/rasul dan imam adalah hak mutlak Allah maka semua harus sesuai dengan ketentuan Allah. Hubungan kebijakan mereka pun harus bersifat verrtikal dengan Allah. Mustahil kebijakan mereka bertentangan dengan kebijakan Allah. Dan dikarenakan mereka adalah para kekasih Ilahi maka sebagian rahasia Ilahi pun dibocorkan Allah kepada mereka saja, termasuk masalah kematian yang anda singung. Jadi kapan mereka mati pun mereka sudah tahu, karena kabar dari Allah. Karena kehendak mereka sesuai dengan kehendak Ilahi maka kematian yang mereka kehendaki adalah tidak lepas dari kehendak Ilahi. Sampai di sini paham?


  32. di/pada Nopember 5, 2008 pada 8:24 am abdul ghofur

    kalau dibuat tabel perbandingan hal-hal yang dipermasalahkan antara syiah dan sunni kemudian masing-masing menulis dalilnya & kritik dalil akan lebih mudah difahami oleh orang awam, sehingga tidak membingungkan, informasinya obyektif, kesalahfahaman & sikap menjelek-jelekkan dapat dikurangi (syukur kalu bisa dihilangkan). lebih baik lagi kalau masing masing pakar bertabayyun, berdiskusi lalu hasilnya dikomunikasikan ke publik. tidak mungkin bagi orang awam yang ilmunya tidak memadai untuk mengkomparasi pendapat mazhab satu dengan mazhab lainnya lalau memilih mana yang paling benar.

    terima kasih


  33. hanya orang2 yg bodoh yg mendengar dr satu pihak dan tidak mendengar pihak2 lain agar kita tahu mana yang harus dipercaya dan agar dapat menilai mana yg buruk atau baik…

    itulah ketololan di indonesia yg tidak pernah mengkaji suatu masalah malah bikin memperuwet masalah itu sendiri..bukannya kita memerangi amerika yg begitu sadis dan kejam melawan umat muslimin di timur tengah malah kita ribut antar sesama muslim..
    bukannya lebih baik kita berjihad menolong sesama muslim yg sedang sengsara di bumi allah malah kalian gitu2an sm istri kalian…. enak2an dasar ahsan mati aja bikin rosulluwlah sedih aja mikir dikit otak dipake dikit gt lo..

    segoblok-goblok dan setolol-tololnya orang amerika adalah sok pinternya orang indonesia bistu dijadiin imam lagi
    kok bisa gw tinggal indonesia malu gw

    itulah mengapa indonesia slalu terbelakang…
    yaitu karna ke goblokan orang indonesia SEMUA ORANG INDONESIA BUKAN 1 ATO 2 ORANG TP SEMUA…

    ———————————————–

    Islam Syiah:
    Buat saya aneh disaat anda mengatakan: “segoblok-goblok dan setolol-tololnya orang amerika adalah sok pinternya orang indonesia…”. Saya katakan: “emang anda pernah ke USA dan melihat dari dekat semua pelosok USA….?”. Anda juga akan dapati kebegoan USA lebih dari si Kabayan atau si Ogah itu…

    Anda katakan: “ke goblokan orang indonesia SEMUA ORANG INDONESIA BUKAN 1 ATO 2 ORANG TP SEMUA…”. Saya katakan: “Dan ternyata anda pun adalah manusia Indonesia bukan?”.

    SAYA BANGGA MENJADI ORANG INDONESIA!


  34. assalamualaikum..

    wahai saudaraku hidup ini adalah pilihan, sunni-syiah jg pilihan. Selama yg sy baca dari buku2 tentang syiah, ternyata mereka adalah ahlusunnah wal jamaaah sama spert halnya “sunni” (Prof.Dr. Quraish Shihab). Sebagaimanapun sy yg jg ingin mendalami tentang syiah.

    slam & salawat untuk Rasullulaah SAW, Ali as & ahlu bayt as serta sahabatnya….

    smg kita termasuk bersama dgn mereka di telaga al- kautsar di hari kiamat kelak. amiiin


  35. assalamualaikum.
    nanya nich..saya bingung mengenai syiah. ada yang bilang syiah g mengakui nabi muhammad sebagai nabi, tp ada juga yang bilang syiah mengakui bliau sbg nabi. mhon penjelasannya. terimakasih

    —————————————————————-

    Islam Syiah:
    Waalikumsalam
    Wah, saya sendiri yang Syiah baru denger ada isu semacam itu mbak..?!
    Yang saya dengar isu itu ditujukan ke Ahmadiyah, bukan Syiah. Karena buat Syiah jelas, bahwa Nabi terakhir dan pembawa Risalah terakhir adalah Muhammad bin Abdillah SAW.


  36. oh gtu yach..maaf banget karena saya memang blm tw banyak tentang syiah. ini msh awal saya mencari tw ttg syiah ketika da yg berkomentar ttg syiah. terimakasih banyak penjelasannya.


  37. Semoga Rahmat Allah swt terus dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, Keluarganya, Ahlulbaytnya, Imam-imam Yang Suci serta Pencinta dan Pengikut mereka yang setia hingga akhir jaman.


  38. di/pada Januari 29, 2009 pada 6:08 pm Andiemil43FR_313

    salam………. saya copy ya ustad….

    untuk menjelaskan2 kepada lingkungan2 sekitar saya.
    semoga di izinkan.

    ——————————————-

    Islam Syiah:
    Silahkan, semoga Allah meridhoi usaha anda.

Tidak ada komentar: