Selasa, 14 April 2009

Hati-hati berobat di RS. Tugurejo Semarang

Informasi dari mail tetangga



Katanya, peserta Askes akan dilayani dengan baik. Tapi kami mengalami kejadian yang memilukan. Pada 9 Desember 2008 ,mertua saya, Ibu Sarmi menjalani operasi pengangkatan empedu di Rumah Sakit Tugurejo Semarang oleh dr. Irwan. Sembilan jam setelah operasi, Ibu Sarmi langsung meninggal. Ini sangat mengejutkan seluruh anggota keluarga. Bahkan kakak ipar saya yang lagi hamil langsung keguguran saat itu juga.
Dokter Irwan mengatakan kepada kami, bahwa dia tidak jadi mengangkat empedu Ibu Sarmi karena lengket. Katanya, dia akan mengirim Ibu Sarmi ke Rumah Sakit Kariadi yang fasilitasnya lebih lengkap dan dokternya lebih senior. Kami kira, rumah sakit telah menyiapkan ambulans. Ternyata kami sendiri harus pontang-panting mencari ambulans sendiri.

Setelah ambulans kami dapat, ternyata Ibu tidak jadi dikirim ke Rumah Sakit Kariadi. Akhirnya meninggal di ICU. Meninggalnya Ibu, membuat kami sangat terkejut dan bertanya-tanya :
1. Pagi sebelum operasi, Ibu Sarmi masih bisa berbicara, bercanda dan tertawa. Ke kamar mandi sendiri dan berjalan-jalan di lorong. Mengapa setelah operasi langsung meninggal ?

2. Mengapa kami tidak diberitahu sebelumnya mengenai adanya risiko besar operasi pengangkatan empedu ?

3. Mengapa kami tidak diberikan altenatif tempat operasi dan teknik operasi yang lebih baik ? Dokter Irwan sebelum operasi berkali-kali menyatakan sanggup dan sering melakukan pembedahan.

4. Mengapa dokter memaksakan diri mengoperasi Ibu Sarmi, bila peralatan tidak lengkap dan kemampuannya terbatas ?

5. Mengapa dokter tidak segera mengirim ke rumah sakit Kariadi bila operasi gagal ?

6. Apakah wajar seseorang yang hanya dibuka perutnya (belum dioperasi) meninggal 9 jam setelah operasi ?

7. Tidak ada satu pun pihak rumah sakit yang menyatakan belasungkawa. Setelah kami meminta pertemuan, kami pun mendapat penjelasan mengenai penyebab kematian Ibu. Tapi mengapa yang memberi penjelasan bukan dokter yang membedah ? Kami sangat awam dalam hal kedokteran, sehingga tidak tahu apakah penjelasan yang diberikan benar atau tidak.

8. Katanya bila operasi gagal, dokter tidak bisa tidur, sulit makan dan hanya berdiam diri di rumah mempelajari kegagalan operasi. Tapi nyatanya keesokan hari setelah gagal mengoperasi ibu saya, dr. Irwan masih mengoperasi lagi. Mungkin bagi dia meninggal atau tidak pasien yang dioperasi bukan urusannya.

Belakangan kami baru mengetahui bahwa Dr. Irwan pernah dilaporkan ke polisi pada tanggal 7 Agustus 2006, karena ada pasien yang berumur 22 tahun meninggal langsung setelah operasi. Bisa jadi ada pasien lain yang mengalami seperti ini. Meninggal setelah dioperasi Dr. Irwan.
Mungkin dikira karena peserta askes, kami orang yang bisa disepelekan begitu saja dan tidak protes bila pasien meninggal. Kami minta tolong kepada lembaga yang berwenang untuk membantu kami mendapatkan keadilan. Agar kejadian ini tidak terulang pada pasien lain.

Hendra Setiawan
JI. Muh Damin No 18 Cipadung Cibiru
Bandung 40614

Tidak ada komentar: